Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

5 Tips Cerdas Mendidik Anak Pra Remaja Tanpa Drama

Asri Ediyati   |   HaiBunda

Kamis, 03 Dec 2020 15:03 WIB

ilustrasi ibu dan anak
5 Tips Cerdas Mendidik Anak Pra Remaja Tanpa Drama/ Foto: iStock
Jakarta -

Ketika anak masih bayi atau balita, orang tua lebih mudah menjaga dan mengontrol aktivitasnya. Tapi, banyak yang berubah ketika mereka beranjak remaja. Banyak aktivitas di luar rumah yang tidak bisa Bunda lihat secara langsung.

Pengaruh lingkungan, ditambah dengan besarnya rasa ingin tahu membuat mereka kadang-kadang jadi sok tahu. Nah, kalau sudah begini, enggak jarak Bunda dan anak-anak jadi suka berdebat ya.

Ya, anak ketika anak memasuki masa pra remaja, sekitar 9-12 tahun, ini bisa menjadi tahap yang sulit bagi anak dan orang tua. Anak-anak seusia ini tidak berpikir dengan jernih, dan pasti tidak ingin diperlakukan seperti, anak kecil lagi. Di sisi lain, mereka belum bersikap matang seperti remaja.

"Hal ini dapat menyebabkan kurangnya komunikasi antara orang tua dan anak, dan konflik," kata guru Douglas Haddad, penulis The Ultimate Guide to Raising Teens and Tweens.

"Ada tiga hal yang paling diinginkan oleh remaja yaitu untuk dicintai, didengarkan, dan dipahami. Jika Anda melakukannya dengan benar pada seorang anak, Anda akan membentuk ikatan yang tidak terputus seumur hidup," kata Haddad, dikutip dari Irish Times.

Saat Bunda merasa kebingungan mendidik anak pra remaja, berikut ini lima tips cerdas mendidik anak pra remaja tanpa drama:

1. Jangan ambil hati perilaku pra remaja

Bunda tidak perlu mengambil hati atau baper, saat anak-anak menolak bercerita dengan orang tuanya. Merasa sedikit ditolak oleh anak merupakan hal yang wajar kok. Jadi, tidak perlu bereaksi berlebihan agar tak merusak hubungan Bunda dengan anak pra remaja.

Menurut psikolog Dr.Tali Shenfield, anak pra remaja tidak melakukannya (perilaku) dengan sengaja. Otaknya mendorongnya untuk mencari kemerdekaan atau kemandirian sebagai bagian dari perkembangan alaminya.

Perhatiannya diarahkan kepada teman-temannya daripada orang tuanya, sehingga dia dapat mulai mempelajari keterampilan yang dia butuhkan untuk membentuk hubungan pertemanan yang sehat.

"Biarkan dia memiliki privasi selama masa sulit ini dan jangan mencoba memaksanya untuk terbuka dengan Anda. Terlalu memaksa anak Anda hanya akan membuatnya semakin terasing dan memicu konflik selama masa remaja," tulis Shenfield, dikutip dari Advanced Psychology.

2. Luangkan waktu bersama anak 1 atau 2 kali seminggu

Sebagai orang tua,  penting untuk menyisihkan waktu untuk menghabiskan waktu dengan anak 1-2 seminggu. Manfaatkan momen tersebut untuk memberikan perhatian penuh kepada anak pra remaja Bunda.

Hal ini tidak hanya akan membantu Bunda dan anak tetap dekat, tetapi juga akan mengajarinya keterampilan interpersonal yang dapat dia terapkan dengan teman-temannya. Oleh karena itu, dengan sering berkumpul bersama keluarga, Bunda turut mengurangi jumlah konflik yang harus anak hadapi. Ya, karena perselisihan teman sebaya juga biasanya meningkat selama usia 9-12 tahun.

3. Pancing anak dengan beberapa pertanyaan

Saat kecil, mungkin anak masih senang dan mau cerita ketika dia ditanyakan pertanyaan sederhana seperti, 'Bagaimana tadi sekolahnya?' atau' Di sekolah ngapain saja?'

Namun, saat anak menginjak usia pra remaja, pertanyaan-pertanyaan tersebut mungkin mulai mengganggu dan bahkan menghakimi. Penting untuk diketahui bahwa pra remaja biasanya sudah merasa kewalahan dengan semua perubahan yang terjadi dalam tubuh dan kehidupan mereka. Pertanyaan tersebut akan dengan mudah membebani mereka tanpa sengaja.

Pendekatan terbaik yang bisa dilakukan dengan pra remaja adalah memberitahu dia bahwa Bunda selalu ada jika dia ingin bicara, lalu tunggu sampai dia terbuka. Saat dia melakukannya, gali atau pancing pertanyaan yang ringan dan penuh kasih untuk mendorongnya berkomunikasi lebih jauh.

4. Jangan menghakimi anak

Seperti sempat disinggung, remaja sedang melalui waktu yang sangat sensitif. Oleh karena itu mereka cenderung menganggap kritik yang ringan sekalipun sebagai penilaian yang kasar. Ini meluas ke cara mereka memandang komentar Bunda tentang anak-anak lain juga.

"Misalnya, jika Bunda terlalu menilai bagaimana salah satu teman anak berpakaian atau berperilaku, dia mungkin khawatir Bunda akan terlalu kritis terhadap cara dia berpakaian dan berperilaku juga," tulis Talu.

Jadi, minimalkan komentar seperti itu. Pastikan untuk menjalankan disiplin dengan cara yang tenang, konsisten, dan tidak menghakimi.) Selain itu, Bunda juga harus terbuka untuk menonton apa yang ditonton oleh anak pra remaja.

5. Jangan hindari percakapan yang sulit

Jangan menghindari percakapan yang sulit. Jangan ganti topik diskusi ketika anak memasuki usia pra remaja. Hal ini karena anak di usia tersebut bisa saja bereksperimen dengan obat-obatan, alkohol, dan rokok yang bahkan semuda 9 atau 10.

Memang, pusat John Hopkins melaporkan bahwa usia rata-rata 12-17 tahun, Mereka mulai minum adalah 13 tahun. Oleh karena itu, sangat penting bagi Bunda untuk berbicara dengan anak pra remaja tentang alkohol dan obat-obatan.

Semoga informasi ini bisa membantu Bunda dalam menghadapi anak ABG atau pra remaja ya.

Simak juga tips mempersiapkan dana pendidikan anak:

[Gambas:Video Haibunda]

Banner Gunawan



(aci/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda