Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

5 Fakta Bedak Bayi Johnson & Johnson, Benarkah Picu Kanker Ovarium?

Tim HaiBunda   |   HaiBunda

Selasa, 11 Apr 2023 17:00 WIB

Spilled baby scented powder on striped background with short depth of field
Ilustrasi Fakta Bedak Bayi/Foto: iStock

Bedak bayi tabur Johnson & Johnson menarik perhatian netizen belum lama ini. Bukan tanpa alasan, bedak ini disebut sebabkan ribuan orang mengidap kanker, Bunda.

Lebih dari 38 ribu orang mengaku menjadi penyintas kanker karena menggunakan bedak bayi yang dikeluarkan oleh Johnson & Johnson. Mereka pun melayangkan tuntutan ganti rugi.

Perusahaan menerima tuntutan ini dan menyetujui membayar ganti rugi secara hukum. Biaya yang dikeluarkan adalah US$8,9 miliar atau setara dengan Rp132 triliun.

Fakta bedak bayi Johnson & Johnson

Ada beberapa fakta tentang bedak bayi Johnson & Johnson yang perlu Bunda ketahui. Melansir dari laman detikcom, berikut ini Bubun rangkumkan deretannya:

1. Diduga terkontaminasi asbes

Produk bedak bayi Johnson & Johnson diduga mengalami kontaminasi asbes di dalamnya. Hal ini berdasarkan laporan penyelidikan Reuters tahun 2018, Bunda.

Lebih lanjut, disebutkan juga bahwa Johnson & Johnson mengetahui selama beberapa dekade bahwa asbes dan karsinogen, ada di dalam produk mereka.

Catatan internal perusahaan, kesaksian persidangan, dan bukti lain menunjukkan bahwa setidaknya dari tahun 1971 hingga awal tahun 2000-an, bedak mentah dan bubuk jadi Johnson & Johnson terkadang diuji positif mengandung sejumlah kecil asbes.

2. Penelitian sebut bisa picu kanker ovarium

Kasus ini disoroti oleh sejumlah ahli termasuk dokter spesialis penyakit dalam subspesialis hematologi-onkologi (kanker), Prof Zubairi Djoerban dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Mengutip salah satu riset, Prof Zubairi menjelaskan risiko kanker akibat penggunaan bedak di area tertentu jelas meningkat.

"Jadi rupanya pemakaian talk di sekitar organ genital atau di sekitar vagina itu bisa meningkatkan risiko kanker ovarium," jelas Prof Zubairi dalam akun Twitter pribadinya, dikutip detikcom atas izin yang bersangkutan.

"Dalam hal ini adalah bedak talk dari Johnson & Johnson yang diduga terkontaminasi dengan asbes," sambungnya.

Tak hanya itu, mengacu pada American Cancer Society, Prof Zubairi menekankan bahwa bedak talk memang bisa memicu kanker jika partikel dari produk melewati vagina, rahim, dan saluran tuba hingga sampai ke ovarium.

"Terdapat keberagaman temuan penelitian soal kemungkinan hubungan antara bedak dan kanker ovarium," jelas Prof Zubairi.

Klik baca halaman berikutnya untuk melihat fakta lainnya ya, Bunda.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

Saksikan juga video manfaat lain bedak bayi berikut ini:

[Gambas:Video Haibunda]



FAKTA BEDAK BAYI JOHNSON & JOHNSON

Ilustrasi Fakta Bedak Bayi

Ilustrasi Fakta Bedak Bayi/Foto: iStock

3. IDAI tidak sarankan bedak untuk bayi

Melihat dari rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dokter spesialis anak, dr. Citra SpA, IBCLC, MKes, dari RS Murni Teguh Sudirman menjelaskan bahwa bedak anak atau bayi memang tidak disarankan untuk digunakan.

Hal ini karena bedak tersebut bisa terserap ke saluran napas. Jika terjadi, maka paru-paru anak akan mengalami iritasi, Bunda.

"Dari IDAI, kita tidak disarankan pakai bedak. Karena bedak itu jika keserap ke saluran napas yang itu bisa menyebabkan iritasi di paru-paru jadi tidak disarankan memakai bedak," tuturnya saat ditemui detikcom di Jakarta Pusat.

Banner 20 Dongeng Sebelum Tidur

Meski begitu, kalau Bunda tetap ingin menggunakan bedak bayi, Citra menyarankan untuk menggunakannya dalam kondisi tertentu. Misalnya digunakan pada area tubuh bagian bawah bayi dan jangan mendekati mulut.

"Tapi kalau misalnya dipakaikan di bagian popok supaya cepat kering mungkin nggak papa-papa, tapi jangan dekat mulut. Kesimpulannya bedak sudah tidak dianjurkan. Kalau misalnya untuk di bawah supaya cepat kering, highlight untuk kondisi khusus," sambungnya

4. Johnson & Johnson membantah tuduhan

Sebelumnya, disebutkan bahwa Johnson & Johnson telah membayarkan ganti rugi pada korban penyintas kanker, Bunda. Meski begitu, bukan berarti perusahaan mengakui tuduhan tersebut.

Sejak awal, Johnson & Johnson bersikeras menyebut klaim dari para korban penyintas adalah palsu dan tidak berdasar.

"Perusahaan terus percaya bahwa klaim ini palsu dan kurang ilmiah," kata Erik Haas, Wakil Presiden Litigasi Sedunia di Johnson & Johnson.

Simak fakta lainnya di laman berikutnya ya, Bunda.

FAKTA BEDAK BAYI JOHNSON & JOHNSON

Spilled baby scented powder on striped background with short depth of field

Ilustrasi Fakta Bedak Bayi/Foto: Istock

5. Cerita korban bedak bayi

Diberitakan oleh NBC News, para korban berpendapat bahwa pihak eksekutif Johnson & Johnson seharusnya memperingatkan konsumen tentang risiko kesehatan dari bedak tabur tersebut.

Salah satu wanita yang menuntut bedak tabur bayi ini adalah Deborah Smith. Deborah didiagnosis menderita kanker ovarium pada tahun 2003 setelah dokternya menemukan tumor selama prosedur pengangkatan fibroid rahim.

Ia menjalani dua operasi dan tiga siklus kemoterapi yang menyebabkan rambutnya rontok. Rambutnya pun tidak pernah tumbuh kembali dengan baik, jadi, kini Deborah mengenakan wig.

Menurut gugatannya, Deborah menggunakan bedak bayi Johnson & Johnson sebagai produk kebersihan wanita untuk menyerap keringat dan menjaga kulitnya tetap kering selama lebih dari 15 tahun. Gugatan tersebut mengatakan Deborah juga menggunakan Shower to Shower, produk berbahan dasar bedak yang sebelumnya diproduksi oleh Johnson & Johnson hingga tahun 2003.

Lebih lanjut, gugatan Deborah ini mengutip lebih dari 25 penelitian yang diterbitkan sejak tahun 1982 yang mengevaluasi hubungan antara bedak dan risiko kanker ovarium. Gugatan tersebut pun menuduh hampir semua studi tersebut mendokumentasikan risiko tertentu yang terkait dengan penggunaan bedak pada area genital.

Deborah mencari ganti rugi serta kompensasi untuk biaya pengobatan dan rasa sakit serta penderitaan. Kankernya pun telah sembuh sejak tahun 2005.

"Meskipun saya telah bebas kanker selama bertahun-tahun, ketika saya pergi ke dokter untuk menjalani tes apa pun, saya selalu bertanya-tanya apakah mereka akan menemukan sesuatu yang salah," katanya.


(mua/som)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda