parenting
20 Kalimat Ini Tidak Boleh Diucapkan Ayah kepada Anak, Bisa Bikin Tidak Sukses
Selasa, 23 May 2023 20:55 WIB
Tak cuma Bunda, Ayah memegang peranan penting dalam mengasuh anak. Komunikasi antara Ayah dan anak juga salah satu kunci dalam pengasuhan.
Menurut sebuah penelitian yang dipublikasi dalam jurnal Acta Pediactrica, anak-anak lebih mungkin sukses di kemudian hari jika Ayah mereka hadir dan apabila mereka berkomunikasi dengan cara yang efektif secara berkala.
Namun, kurangnya komunikasi atau lebih buruk lagi yaitu komunikasi yang tidak efektif sebenarnya dapat memberikan risiko anak-anak dalam jangka panjang. Misalnya, jika Ayah mencaci-maki anak pada saat stres tinggi, mereka akan menginternalisasi kata-kata Ayahnya. Hal ini akan menjadi lebih buruk.
20 Kalimat yang Tak Boleh Diucapkan Ayah pada Anak
Untuk para Ayah, hindari melontarkan frasa negatif ini kepada anak kita, yuk. Berikut kalimat-kalimat yang tidak boleh diucapkan Ayah pada anak seperti dilansir berbagai sumber:
1. "Nilai B itu baik, tapi A lebih baik."
Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Personality and Social Psychology, menempatkan semua penekanan pada nilai dan prestasi akademik sejak usia muda justru akan membuat prestasi anak di sekolah menurun.
Meskipun baik untuk berpikir bahwa anak bisa, lebih baik mendorong mereka untuk berani gagal dan mengejar usaha kreatif lainnya juga.
2. "Ini bukan masalah besar kok!"
Ketika anak stres karena sesuatu, mudah untuk mengabaikan masalah yang tampaknya tidak membuat kita stres. Sayangnya, praktik ini bisa membuat anak merasa malu karena memiliki emosi dan kecemasan. Alih-alih mempermalukan emosi, akui mereka dan bicarakan perasaan anak secara terbuka.
3. "Enggak sakit kok, kamu baik-baik saja."
Ketika anak sedang sakit, hal terakhir yang ingin dilakukan orang tua adalah menghilangkan rasa sakitnya dengan berbicara seperti itu. Faktanya, mereka tidak baik-baik saja.
"Dalam situasi ini, penting untuk tetap sabar dan memvalidasi perasaan mereka," kata Denise Daniels, pakar pengasuhan dan perkembangan anak, dan penemu Moodsters, dikutip dari Best Life.
4. "Kamu malas banget."
Mencoba memotivasi anak dengan sindirian ini hanya akan membuat mereka kurang mau bekerja lebih keras. Pasti, ada alasan di balik mengapa mereka malas belajar, olahraga, atau malas aktivitas tertentu. Tugas Ayah sebagai orang tua untuk mencari tahu akar masalahnya.
5. "Jangan kayak anak kecil!"
Ingatlah, anak bertingkah seperti anak kecil karena itu natural dan ya, masih anak-anak. Kita tidak dapat mengharapkan mereka menangani setiap situasi dengan kedewasaan yang belum mereka miliki.
"Sekali lagi, dalam setiap situasi, akui perasaan anak Anda," kata Daniels.
6. "Kamu tinggal di bawah atap rumah ini, kamu mengikuti aturan Ayah!"
Mengancam anak dengan cara ini membuat mereka merasa tidak diterima. Seringkali merupakan ancaman kosong karena kita tidak mungkin mengusir anak dari rumah karena pelanggaran kecil.
7. "Aduh. Kamu sama seperti Bunda."
Tidak ada yang lebih buruk daripada secara bersamaan membicarakan pasangan dan anak dengan kalimat ini. Dilansir dari Best Life, menurut Crystal Rice, pekerja sosial berlisensi, terapis anak, dan konsultan di Insieme Consulting, ucapan ini membuat anak merasa terpaksa untuk memihak atau berusaha menyenangkan salah satu orang tuanya.
8. "Jangan bodoh!"
Orang tua pasti pernah lelah dan pernah melepaskan emosi. Namun, mengarahkan kalimat ini pada anak bisa sangat menyakitkan dan merusak. Setelah istilah yang menghina digunakan, seorang anak kemungkinan besar akan memblokir semua yang dikatakan dan hanya memikirkan nama mereka dipanggil.
9. "Anak laki-laki harus melawan."
Jika anak diintimidasi, mudah untuk mengatakan kepadanya untuk melawan. Menurut sebuah artikel oleh CNN Internasional, mengajari anak-anak untuk membalas (baik secara fisik maupun metaforis) hanya mengajarkan mereka untuk menggunakan kekerasan alih-alih penyelesaian masalah yang tenang dan logis.
10. "Berhentilah menangis."
Dengan mendiskusikan perasaan anak, kita memungkinkan mereka untuk berbicara secara terbuka tentang apa yang membuat mereka sakit. Hal ini juga membuktikan bahwa kita akan selalu ada untuk mereka.
"Meremehkan emosi anak hanya akan membuat mereka lebih rela mengabaikan perasaan penting di kemudian hari," ujar Debbie Glasser, Ph.D., direktur Layanan Dukungan Keluarga di Mailman Segal Institute for Early Childhood Studies di Nova Southeastern University.
![]() |
11. "Kamu laki-laki. Kamu seharusnya suka olahraga."
Tidak semua anak laki-laki menyukai olahraga dan tidak semua anak perempuan suka mengambil pelajaran menari. Biarkan anak-anak memilih hobinya sendiri. Siapa tahu bisa menjadi profesinya kelak.
12. "Maaf, Ayah sibuk."
Tentu, seorang Ayah mungkin kewalahan di tempat kerja, tetapi ketika anak-anak ingin menghabiskan waktu bersama atau bahkan mengajukan pertanyaan PR sekolah, Ayah harus membiasakan diri untuk tidak mengucapkan frasa ini.
Ucapan itu juga membuat mereka merasa Ayah tidak punya waktu untuk mereka. Itu juga akan membuat anak kurang mempercayai sosok Ayah.
13. "Kamu Kok Sensitif Banget"
Seorang anak kecil tidak memiliki kepercayaan diri untuk melawan pernyataan ini dan akan berasumsi bahwa dia telah melakukan sesuatu yang salah. Dia akan sering percaya bahwa kepekaannya adalah masalahnya dan pada gilirannya, membuatnya tidak mempercayai perasaan dan persepsinya.
"Memberitahu seorang anak bahwa dia 'terlalu sensitif' adalah perilaku umum di antara orang tua yang tidak mencintai dan tidak terbiasa, karena hal itu secara efektif mengalihkan tanggung jawab dan kesalahan dari perilaku mereka ke ketidakmampuan anak yang seharusnya," kata Peg Streep, penulis Daughter Detox: Recovering from an Unloving Mother and Reclaiming Your Life, dikutip dari Redbook.
14. "Kamu bikin Ayah Marah!"
Menurut psikolog klinis Timothy Gunn, pekerjaan nomor satu orang tua adalah tetap tenang apa pun yang terjadi. Selain fakta bahwa kita biasanya mengatakan hal-hal yang kemudian kita sesali saat kita marah atau frustrasi, tetap tenang juga menjadi contoh bagi anak-anak kita bagaimana kita ingin mereka berperilaku.
Hal itu terutama berlaku untuk orang tua dari anak-anak yang cenderung mudah marah. Jadi hindari mengatakan kalimat seperti ini.
15. "Anak laki-laki tidak boleh takut!"
Semua anak merasa takut, tanpa memandang usia. Mengatakan ini kepada mereka akan tak memvalidasi perasaan mereka dan mengabaikan mereka. Hal tersebut justru membuat anak merasa tidak didengarkan.
16. "Jangan bertingkah konyol!
Anak-anak memandang orang dewasa untuk memvalidasi perasaan dan pengalaman mereka, jadi ketika sang Ayah mengabaikannya, itu membuat mereka merasa tidak penting.
Jika sang Ayah tidak mengerti mengapa anak melakukan sesuatu, tanyakan kepada mereka. Lalu coba dan ingat sebuah pengalaman ketika sang Ayah berada dalam situasi yang sama.
17. "Begitulah cara Ayah dibesarkan, toh ternyata Ayah baik-baik saja."
Gaya pengasuhan orang tua memang bisa menjadi panduan yang diberikan kepada kita tentang cara menjadi orang tua, tetapi itu tidak berarti semua yang mereka lakukan benar.
Dalam hal mengasuh anak, lebih penting untuk memahami kebutuhan anak daripada membesarkan mereka dengan cara yang sama seperti kita dibesarkan. Hal ini berdasarkan sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Family Psychology.
18. "Contoh tuh kakakmu!"
Setiap anak memiliki keunikan masing-masing. Anak-anak tidak boleh dibandingkan dengan orang lain, tetapi diingatkan bahwa perbedaan mereka hanyalah bagian dari manusia.
19. "Apakah kamu yakin bisa melakukannya?"
Orang tua yang terlalu protektif mungkin bermaksud baik dalam mencoba menjaga anak-anak mereka aman dari semua bahaya. Namun dengan terus-menerus membuat ragu pilihan anak, kita menyiratkan bahwa menurut kita, mereka tidak cukup pintar atau mampu untuk mencoba sesuatu yang baru.
Jika dilakukan cukup sering dan anak mungkin mengembangkan "Sindrom Peter Pan", di mana mereka merasa takut atau tidak dapat tumbuh dewasa.
20. "Jangan kayak perempuan!"
Seorang Ayah tidak berhak mengatakannya kepada anak-anak. Dengan membandingkan perilaku buruk atau lemah dengan "Jangan kayak perempuan", pada dasarnya ini menyiratkan bahwa menjadi perempuan itu posisinya rendah, di bawah laki-laki.
Bunda ingin membeli produk kesehatan dan kebutuhan untuk anak. Langsung aja yuk, Bun klik di sini.
(fir/fir)
