
parenting
Dispraksia pada Anak: Penyebab, Gejala, Cara Mengatasi dan Mengobatinya
HaiBunda
Rabu, 31 May 2023 16:45 WIB

Dispraksia adalah gangguan koordinasi perkembangan saraf yang dimulai pada masa kanak-kanak yang membuat kemampuan motorik menjadi sulit. Kondisi ini menyebabkan masalah dengan koordinasi Si Kecil.
Meskipun belum ada obatnya, terapi okupasi dan wicara dapat sangat membantu anak-anak penderita dispraksia belajar cara mengatasi serta mengelola tantangan ini. Anak dengan dispraksia memiliki masalah dengan gerakan dan koordinasi.
Dispraksia tidak memengaruhi kecerdasan, tetapi dapat memengaruhi beberapa keterampilan kognitif anak. Ini juga dapat memengaruhi sistem kekebalan dan saraf.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dispraksia dikenal sebagai gangguan koordinasi perkembangan. Kondisi ini terjadi pada 5 sampai 6 persen dari populasi anak dan sekitar 10 persen populasi secara keseluruhan. Ini adalah kondisi seumur hidup, dan saat ini belum ada obatnya," kata Nancy Hammond ahli saraf yang berbasis di Amerika serikat dikutip dari laman Healthline.
Apa itu dispraksia pada anak?
Dispraksia dikenal sebagai kesulitan belajar motorik, disfungsi persepsi-motorik, dan gangguan koordinasi perkembangan. Gangguan ini juga dikenal dengan istilah kerusakan otak ringan dan sindrom anak kikuk.
Melansir laman Medical News Today, individu dengan dispraksia mengalami kesulitan dalam merencanakan dan menyelesaikan tugas motorik halus dan kasar. Seperti kesulitan dalam gerakan motorik sederhana, seperti melambaikan tangan, hingga yang lebih kompleks seperti sulit dalam mengikuti langkah-langkah berurutan saat menyikat gigi atau aktivitas lainnya.
Penyebab dispraksia
Penyebab pasti dispraksia belum diketahui dan diprediksi tidak ada penyebab tunggalnya. Menurut para ahli di Queen Mary University of London, penelitian menunjukkan kondisi dispraksia ini berkaitan dengan variasi cara neuron di otak berkembang.
Ini memengaruhi cara otak mengirim pesan ke seluruh tubuh. Itulah mengapa sulit untuk merencanakan serangkaian gerakan dan kemudian melaksanakannya dengan sukses pada penderita dispraksia.
Gejala dispraksia pada anak
Jika bayi menderita dispraksia, Bunda mungkin akan melihat pencapaian tumbuh kembangnya yang lebih lambat atau tidak berjalan dengan baik. Hal ini seperti kemampuan mengangkat kepala, berguling, dan duduk, meskipun anak-anak dengan kondisi ini pada akhirnya dapat mencapai tonggak awal tepat waktu.
Berikut gejala dispraksia pada anak-anak yang bisa Bunda perhatikan ada pada Si Kecil seperti dilansir berbagai sumber
- Postur tubuh yang tidak biasa
- Lekas marah tanpa sebab
- Kepekaan terhadap suara keras
- Masalah makan dan tidur
- Gerakan lengan dan kaki yang berlebihan
Saat anak bertumbuh, Bunda juga mengamati keterlambatan dalam hal berikut ini:
- Merangkak
- Berjalan
- Toilet training
- Makan sendiri
- Berpakaian sendiri
- Dispraksia membuat anak sulit untuk mengatur gerakan fisiknya. Misalnya, seorang anak ingin berjalan melintasi ruang tamu sambil membawa buku sekolahnya, tetapi anak sering tersandung, menabrak sesuatu, atau menjatuhkan bukunya.
- Kesulitan dengan keterampilan motorik halus yang memengaruhi menulis, membuat karya seni, dan bermain dengan balok dan teka-teki.
- Masalah koordinasi yang membuat sulit untuk melompat atau menangkap bola.
- Mengepakkan tangan, gelisah, atau mudah berganti suasana hati.
- Makan dan minum yang berantakan.
- Menjadi kurang fit secara fisik karena anak akan menghindar dari aktivitas fisik.
Meskipun dispraksia tidak memengaruhi kecerdasan, gangguan saraf ini dapat mempersulit belajar dan bersosialisasi anak. Ini disebabkan karena hal berikut ini:
- Rentang perhatian yang pendek untuk tugas-tugas yang sulit
- Kesulitan mengikuti atau mengingat instruksi
- Kurangnya keterampilan organisasi
- Kesulitan mempelajari keterampilan baru
- Rendah diri
- Perilaku yang tidak dewasa
- Kesulitan berteman
![]() |
Cara mengatasi dan mengobati dispraksia
Meskipun dispraksia tidak dapat disembuhkan, dengan pengobatan yang tepat, anak dapat membaik. Namun, semakin dini seorang anak didiagnosis, semakin baik prognosisnya. Berikut perawatan dan pengobatan dispraksia yang disarankan ahli saraf, dilansir dari laman Medical News Today:
1. Terapi okupasi
Terapis okupasi akan mengevaluasi bagaimana anak mengelola fungsi sehari-hari baik di rumah maupun di sekolah. Mereka kemudian akan membantu anak mengembangkan keterampilan khusus untuk aktivitas sehari-hari yang menurut mereka sulit.
2. Terapi bicara dan bahasa
Ahli patologi wicara dan bahasa akan melakukan penilaian terhadap wicara anak. Kemudian menerapkan rencana perawatan untuk membantu mereka berkomunikasi dengan lebih efektif.
3. Pelatihan motorik persepsi
Ini melibatkan peningkatan keterampilan bahasa, visual, gerakan, dan pendengaran anak. Anak diberi serangkaian tugas yang secara bertahap menjadi lebih maju. Tujuannya adalah untuk menantang anak sehingga kemampuan mereka meningkat, tetapi tidak membuat mereka frustasi atau stres.
4. Terapi kuda untuk dispraksia
Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Alternative and Complementary Medicine, tim peneliti dari Irlandia, Inggris, dan Swedia mengevaluasi efek terapi menunggang kuda pada sekelompok 40 anak berusia 6-15 tahun yang mengalami dispraksia.
Anak-anak berpartisipasi dalam enam sesi menunggang kuda yang masing-masing berlangsung selama 30 menit, serta dua sesi pemutaran audiovisual selama 30 menit.
Mereka menemukan bahwa terapi menunggang kuda ini dapat merangsang dan meningkatkan parameter kognisi, suasana hati, dan semangat belajar anak. Para penulis menambahkan data tersebut juga menunjukkan nilai potensial dari pendekatan audiovisual untuk terapi kuda.
5. Pemainan aktif
Para ahli mengatakan permainan aktif yaitu permainan apa pun yang melibatkan aktivitas fisik baik yang bisa dilakukan di luar atau di dalam rumah dan membantu meningkatkan aktivitas motorik.
Bermain adalah cara anak belajar tentang lingkungan dan tentang dirinya sendiri. Khususnya untuk anak usia 3-5 tahun, permainan aktif adalah bagian penting dari tumbuh kembang mereka.
Bermain aktif adalah tempat pembelajaran fisik dan emosional anak. Perkembangan bahasa, kontrol diri, perkembangan indra, semuanya bersatu saat melakukan permainan aktif.
Semakin banyak anak terlibat dalam permainan aktif, semakin baik mereka berinteraksi dengan anak-anak lain. Sehingga ini sangat membantu anak-anak yang mengalami dispraksia dapat sukses berinteraksi dengan lingkungannya.
Inilah penyebab, gejala, dan cara mengobati dispraksia pada anak Bunda. Semoga penjelasan ini dapat membantu Bunda.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(fir/fir)TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Parenting
Dampak Buruk Tumbuh Kembang Anak Tanpa Peran Ayah

Parenting
Kenali Tanda Dyspraxia, Sindrom Anak Kikuk yang Diidap Aktor Harry Potter

Parenting
Cara Dukung Tumbuh Kembang Anak Usia 1-3 Tahun Secara Optimal

Parenting
Bunda, Yuk Kenali Gangguan Belajar Disleksia, Disgrafia, Diskalkulia, dan Dispraksia

Parenting
Bun, Yuk Fokus pada Tumbuh Kembang Anak Kita, Bukan Anak Lain


12 Foto