HaiBunda

PARENTING

Usia Berapa Anak Biasanya Punya Teman Khayalan?

Kinan   |   HaiBunda

Senin, 18 Dec 2023 21:45 WIB
Usia Berapa Anak Biasanya Punya Teman Khayalan?/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Antonio_Diaz

Keberadaan teman khayalan atau imaginary friend sering kali membuat orang tua khawatir tentang kesehatan mental anaknya. Lalu, di usia berapa biasanya anak sudah mulai punya teman khayalan ya, Bunda?

Dilansir laman Raising Children, teman khayalan adalah teman pura-pura yang diciptakan anak-anak dalam imajinasinya. Biasanya, keberadaan teman khayalan tidak perlu dikhawatirkan.

Teman khayalan datang dalam berbagai bentuk dan ukuran. Wujudnya bisa seseorang yang sudah dikenal oleh anak, karakter dalam buku cerita, atau bahkan mainan. 


Terapi, terkadang bentuk teman khayalan juga bisa sepenuhnya murni berasal dari imajinasi anak. Sebagian besar teman khayalan memiliki wujud manusia, tapi juga bisa seekor binatang.

"Teman khayalan dikenal di bidang psikologi sebagai imaginary companion (IC). Teman pura-pura ini bisa jadi sama sekali tidak terlihat atau dipersonifikasikan dalam mainan atau benda lain di mana seorang anak menghubungkan karakteristik manusia dengan benda mati," kata neuropsikolog pediatrik bersertifikat di Curry Psychology Group di California, Dr. Ashley M. Whitaker, dikutip dari Today.

'Teman' ini mungkin selalu ada, atau mungkin hanya sementara alias datang dan pergi. Bisa juga mereka hanya ada di tempat-tempat tertentu, seperti di kamar tidur atau di dapur. Namun paling sering, teman khayalan ini mungkin muncul dan menghilang tanpa alasan yang jelas.

Usia berapa anak mulai punya teman khayalan?  

Anak-anak biasanya mulai memiliki teman khayalan di usia 2,5 tahun. Dalam beberapa kasus, anak terkadang memiliki lebih dari satu teman khayalan.

Whitaker mengatakan bahwa teman khayalan paling umum terjadi pada anak-anak usia prasekolah. Namun, ini juga bisa berlanjut hingga awal masa remaja, Bunda.

Beberapa anak biasanya berhenti bermain dengan teman khayalan saat sudah siap untuk 'melanjutkan hidup'. Akan tetapi, teman khayalan kemungkinan besar akan ada selama beberapa bulan atau bahkan tahun. 

"Mereka sering kali tetap ada dan stabil dalam kehidupan seorang anak selama beberapa bulan hingga bertahun-tahun," ujarnya.

Mengapa anak-anak mempunyai teman khayalan?

Ada beberapa alasan kenapa anak menciptakan teman khayalan. Bagi anak, teman khayalan mungkin bisa menjadi sosok 'teman' yang mampu memberikan efek positif baginya, seperti:

  • Mau mendengarkan dan mendukung anak
  • Mau bermain dengan anak
  • Mau melakukan hal-hal yang tidak dapat dilakukan anak 
  • Bersifat istimewa dan hanya milik anak
  • Tidak menghakimi atau mencari-cari kesalahan pada anak 

Sementara itu, berikut beberapa manfaat yang bisa didapatkan anak dari memiliki teman khayalan:

  • Teman khayalan dapat membantu anak-anak memahami dunia dengan mengeksplorasi pengalaman di luar pemahaman konkret mereka.
  • Teman khayalan bisa menjadi pendamping, seperti dalam kasus anak tunggal, meski tidak selalu menunjukkan perlunya bersosialisasi.
  • Memiliki IC dapat menjadi pelindung bagi anak-anak yang berisiko mengalami tantangan kesehatan mental.

Nah, karena teman khayalan ini merupakan ciptaan anak, maka anak bertanggung jawab atas apa yang dikatakan oleh teman khayalannya, apa yang dilakukan temannya, dan dengan siapa teman khayalannya itu dapat 'bermain'. Ini juga bisa menjadi bagian dari daya tarik teman tersebut, Bunda.

Teman khayalan memungkinkan anak-anak menjelajahi dunia khayalan yang mereka ciptakan sendiri. Faktanya, anak-anak yang memiliki teman khayalan mungkin lebih imajinatif, serta lebih menyukai permainan fantasi dan cerita magis.

Melalui cara anak bermain atau berbicara tentang temannya ini dapat memberi tahu Bunda banyak hal tentang perasaan mereka. Teman khayalan secara tak langsung dapat memberikan orang tua wawasan tentang dunia batin anak, termasuk kesukaan, ketidaksukaan, dan selera anak.

Ilustrasi Anak Bermain/ Foto: Getty Images/iStockphoto

Kapan teman khayalan menjadi suatu masalah?

Meski bisa memberikan manfaat, tapi Bunda tetap perlu waspada dengan teman khayalan yang diciptakan Si Kecil ini ya. Berikut adalah beberapa kondisi di mana teman khayalan anak bisa menjadi suatu masalah:

1. Melakukan segala sesuatu untuk teman khayalan

Orang tua mungkin diminta untuk membukakan pintu, menyiapkan makanan ringan, atau merapikan tempat tidur untuk teman khayalan anak-anaknya. Dorong anak untuk membiarkan pintu tetap terbuka, menyediakan tempat untuk temannya saat makan malam, atau merapikan tempat tidurnya sendiri alih-alih meminta orang tuanya.

Dengan cara tersebut, Bunda menunjukkan tanda sudah menerima teman khayalan anak, tetapi juga memanfaatkan kesempatan untuk mengembangkan keterampilannya.

2. Suka berbicara melalui teman khayalan

Beberapa anak bersikeras untuk selalu berkonsultasi dengan teman khayalan mereka. Misalnya, 'aku harus bertanya pada Sammy dulu'. Mereka mungkin juga meminta Bunda untuk berbicara melalui temannya, bukan secara langsung. 

Jika hal ini membuat Bunda bingung dan khawatir, coba katakan kepada anak: 'Bunda ingin mendengar apa yang kamu pikirkan, bukan apa yang Sammy pikirkan'.

3. Menyalahkan teman khayalan

Terkadang, anak-anak akan melakukan atau mengatakan sesuatu yang tidak seharusnya mereka lakukan dan kemudian malah menyalahkan teman khayalan mereka. Bunda dapat mengatasinya dengan memberi tahu anak secara jelas, bahwa teman khayalannya tidak mungkin melakukan ini. 

Kemudian, tindak lanjuti dengan konsekuensi yang sesuai, seperti menyuruh anak membereskan masalah tersebut.

Demikian ulasan tentang usia berapa anak biasanya punya teman khayalan. Jika Bunda mengkhawatirkan teman khayalan anak, misalnya sampai membuat anak mengalami peristiwa traumatis, konsultasikan dengan dokter atau ahli kesehatan lainnya.

4. Anak mulai melakukan tindakan kekerasan atau menjadi agresif

Mayoritas hubungan anak dengan teman khayalannya bersifat positif. Jadi, jika hubungan tersebut tampak terlalu negatif seperti anak mulai agresif, melakukan kekerasan atau menyakiti diri sendiri dan orang lain, maka penting untuk mengatasi faktor-faktor yang mendasarinya. Bicaralah dengan psikolog atau penyedia kesehatan mental untuk mencari solusinya.

5. Anak mulai sulit bersosialisasi dengan teman sebaya

Sebagian besar anak dapat dengan mudah beralih antara berinteraksi dengan teman khayalan dan dengan teman nyata. Tapi bila seorang anak tampak terlarut dengan teman khayalan hingga mengesampingkan interaksi dan aktivitas teman sebaya lainnya, atau menarik diri dari aspek kehidupan lain, Bunda perlu mengambil tindakan. Carilah faktor risiko atau penyebab yang mungkin berkontribusi terhadap perilaku ini. Bila diperlukan, Bunda bisa meminta bantuan profesional.

Demikian serba-serbi tentang teman khayalan yang diciptakan oleh anak. Semoga informasi ini bermanfaat ya.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(ank/ank)

Simak video di bawah ini, Bun:

Apa Itu Strawberry Parents? Ketahui Dampaknya pada Anak, Bun

TOPIK TERKAIT

ARTIKEL TERKAIT

TERPOPULER

5 Potret Memesona Yoona 'SNSD' dengan Makeup Flawless

Mom's Life Amira Salsabila

Potret Kedekatan Melanie Putria dan Anak Sambung, Terbaru Rayakan Ultah Sang Putra

Mom's Life Annisa Karnesyia

Momen Haru Serra Abbie Putri Angie Virgin Berhasil Diterima di University of Oxford

Mom's Life Amira Salsabila

5 Potret Nurah Syahfirah Rayakan Ultah Suami, Teuku Rafly Bergaya Padel Bareng Anak-anak

Mom's Life Amira Salsabila

7 Cara Menghadapi Mertua yang Tinggal Serumah agar Tidak Muncul Masalah

Mom's Life Amira Salsabila

REKOMENDASI
PRODUK

TERBARU DARI HAIBUNDA

5 Potret Memesona Yoona 'SNSD' dengan Makeup Flawless

Potret Kedekatan Melanie Putria dan Anak Sambung, Terbaru Rayakan Ultah Sang Putra

7 Cara Menghadapi Mertua yang Tinggal Serumah agar Tidak Muncul Masalah

Jarang Terekspose, Intip 5 Potret Sierra Putri Kinaryosih yang Jago Nyanyi

Nyeri Selangkangan saat Hamil Trimester 1, Normalkah?

FOTO

VIDEO

DETIK NETWORK