
parenting
5 Dampak Jika Anak Telat Toilet Training, Berpengaruh pada Kemandiriannya
HaiBunda
Jumat, 19 Jan 2024 16:30 WIB

Toilet training merupakan periode penting dalam perkembangan kemandirian anak. Bunda perlu mengajarkan toilet training ketika anak sudah siap, yang biasanya dimulai sejak usia 2 tahun.
Sebenarnya, tidak ada usia yang pasti untuk anak memulai toilet training, Bunda. Siap atau tidaknya anak akan dilihat dari kematangan fisik dan psikologis, yang umumnya muncul sekitar usia 3 tahun.
"Menurut penelitian, 'waktu terbaik' untuk toilet training tampaknya terjadi antara usia 27 hingga 32 bulan bagi sebagian besar anak," kata psikolog klinis Cara Goodwin, Ph.D., dilansir Psychology Today.
"Namun, setiap anak berbeda, dan orang tua harus menyesuaikannya dengan tanda-tanda kesiapan anak. Misalnya, popok tetap kering untuk jangka waktu yang lama, tampak tidak nyaman dengan popok kotor, berminat untuk pergi ke toilet atau mengenakan pakaian dalam, dan mampu untuk mengikuti instruksi sederhana," sambungnya.
Tapi jika Bunda belum mencoba melatih pispot anak yang berusia 3 tahun karena hambatan dalam kesehatannya, maka ini belum dihitung sebagai keterlambatan ya. Namun, jika Bunda sudah mencoba selama berbulan-bulan tanpa hasil, maka itu bisa dibilang telat. Tetapi jangan khawatir. Bila kita memiliki strategi yang baik, maka hal tersebut dapat teratasi dengan tepat.
Penyebab anak telat toilet training
Dilansir Wonder Baby, ada banyak alasan mengapa anak terlambat toilet training. Namun, sebagian besar kasus dapat dipecah menjadi tiga penyebab utama, yakni masalah medis, penolakan, dan fobia toilet. Berikut penjelasan lengkapnya:
1. Kondisi medis
Terkadang, ada alasan medis mengapa anak kesulitan dalam buang air di toilet. Bila Si Kecil tampak sangat ingin dilatih menggunakan toilet, berlari ke toilet, dan masih belum berhasil, ini bisa jadi pertanda adanya masalah.
Masalah yang paling mungkin terjadi adalah infeksi saluran kemih atau sembelit. Meski ini adalah kondisi medis, kita dapat mengatasinya dengan mengunjungi dokter anak.
Selain kondisi medis, keterlambatan perkembangan tertentu juga dapat memperlambat kesiapan anak untuk menggunakan toilet. Dalam hal ini, mintalah dukungan dari dokter anak untuk membantu Bunda.
2. Penolakan
Jika anak mengamuk ketika diingatkan untuk menggunakan pispot, berteriak dalam perjalanan ke kamar mandi, atau melakukan sesuatu dengan sengaja, maka Bunda mungkin sedang menghadapi penolakan anak terhadap toilet training. Hal ini biasa terjadi pada anak-anak yang berkemauan keras dan tidak suka diberi tahu apa yang harus dilakukan.
Terkadang, perilaku ini dapat dipicu oleh hukuman atau dipaksa menggunakan pispot saat pelatihan toilet dimulai. Namun, seringkali hal itu hanya sekedar penolakan biasa, atau rasa tidak suka anak karena terlalu sering diminta ke toilet.
3. Fobia Toilet
Fobia toilet juga bisa menjadi penyebab anak telat toilet training. Si Kecil mungkin merasakan pengalaman negatif yang membuatnya fobia.
Pada anak yang mengalami nyeri saat buang air kecil atau buang air besar karena masalah medis, mereka mungkin takut untuk menggunakan toilet. Beberapa anak juga menjadi takut untuk buang air di pispot karena suara penyiram toilet yang terdengar keras, kamar mandi tampak menakutkan, atau bentuk dudukan toilet yang tampak terjepit.
Toilet training yang terlambat bisa berdampak negatif pada kesehatan mental dan psikologis anak. Apa saja dampaknya?
Selengkapnya dapat dibaca di halaman berikutnya ya, Bunda.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
DAMPAK ANAK TOILET TRAINING
Ilustrasi Anak Toilet Training/ Foto: iStock
Dampak anak telat toilet training
Ada beberapa dampak anak telat untuk toilet training, Bunda. Berikut dampaknya:
1. Memengaruhi kesehatan mentalnya
Tugas Ayah dan Bunda sebagai orang tua adalah membesarkan anak-anak, memperkuat kepercayaan diri mereka, dan membantu mengembangkan image tubuh yang sehat. Toilet training yang terlambat tidak hanya menghambat perkembangan mereka, tetapi juga bisa membuat mereka merasa malu.
Dikutip dari laman She Knows, ketika seorang anak belum sepenuhnya dilatih menggunakan toilet pada usia 4 tahun, ia dapat dicap 'buruk' dan mungkin mengalami rasa malu dan kecewa pada dirinya sendiri. Anak juga bisa mendapatkan reaksi tidak menyenangkan dari lingkungan sosial dan hal itu dapat merusak citra diri dan kepercayaan diri, serta mengganggu perkembangan kepribadiannya.
2. Mengakibatkan konsekuensi fisik
Ketika anak-anak menjadi ketergantungan pada popok, mereka tidak belajar bagaimana menyadari perlunya pergi ke kamar mandi. Ketidakmampuan anak dalam mengendalikan keinginan untuk buang air ini sebenarnya dapat memengaruhi pengendalian kandung kemih dan usus seiring bertambahnya usia.
3. Anak enggan atau tidak sekolah
Selain konsekuensi fisik, anak yang telat toilet training bisa mendapatkan hambatan dalam kehidupan sosialnya. Ia akan merasa berbeda dari teman-temannya, hingga akhirnya enggan untuk bermain bersama.
Dalam beberapa kasus, anak-anak ini bahkan sulit untuk masuk prasekolah atau taman kanak-kanak. Ada beberapa sekolah yang mengharuskan muridnya sudah mandiri dalam urusan ke toilet, Bunda.
4. Boros popok
Tak dipungkiri harga kebutuhan anak semakin tinggi karena inflasi. Semakin lama seorang anak dilatih menggunakan toilet, semakin lama juga ia menggunakan popok sekali pakai, yang mempunyai kerugian finansial dan ekologis. Sebaliknya, menjadikan anak mandiri menggunakan toilet, justru bisa membuat Bunda berhemat budget lebih banyak.
5. Anak tidak mandiri
Anak yang sudah bisa melakukan BAK dan BAB di toilet sendiri artinya sudah terlatih untuk mandiri. Sebaliknya, anak yang telat toilet training selalu bergantung kepada orang tua atau orang sekitarnya untuk pergi ke toilet.
Untuk mengambil langkah kecil, biarkan anak memerhatikan orang tua atau saudara kandungnya buang air kecil untuk membantunya belajar secara visual. Berikan dorongan dan penguatan positif dalam mencoba menggunakan toilet.
Anak menolak toilet training, harus bagaimana?
Terkadang, mengajarkan toilet training bisa berjalan baik, tapi di waktu berikutnya gagal kembali. Anak mungkin tampak sudah menguasai toilet, namun malah mengalami kemunduran.
Peristiwa hidup atau perubahan dalam rutinitas, seperti adanya bayi baru lahir, memiliki adik laki-laki atau perempuan, atau munculnya penyakit, merupakan pemicu umum kemunduran toilet training.
Bila Si Kecil terus menolak toilet training, ada beberapa cara yang dapat Bunda lakukan. Mengutip laman Better Health Victoria, berikut beberapa caranya:
- Jangan marah dan hindari hukuman apa pun, seperti menyuruh mereka membereskan kekacauannya sendiri karena kesal diminta toilet training.
- Tetap tenang dan positif. Anak mungkin merasa terlalu tertekan untuk bisa melakukan toilet training.
- Berikan jeda toilet training selama satu atau dua minggu, dan beri mereka waktu untuk bersantai.
- Pastikan anak merasa didukung dalam upayanya menguasai toilet. Mungkin ada gunanya mencoba membuat toilet menjadi 'menyenangkan' untuk sementara waktu. Misalnya, Bunda bisa menyanyikan lagu bersama atau membacakan buku untuknya saat dia duduk di toilet, namun jangan berlebihan.
Demikian serba-serbi toilet training pada anak. Semoga informasi ini bermanfaat ya, Bunda.
Simak juga 5 tips melakukan toilet training, dalam video berikut:
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Parenting
15 Cara Membantu Balita agar Sukses Toilet Training, Buat Lebih Nyaman hingga Beri Pujian

Parenting
Kejadian Lucu Balita Terjebak Toilet Training, Bikin Petugas Damkar Bingung dan Ketawa Bun

Parenting
Bunda, Ini Tips Sukses Toilet Training untuk Si Kecil

Parenting
Cara Efektif Mengajarkan Anak Toilet Training dalam 3 Hari

Parenting
Balita Suka Luapkan Emosi Tak Terduga Saat BAB, Ternyata Ini Alasannya


10 Foto
Parenting
Lucunya Tingkah Anak-anak yang sedang Toilet Training
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda