
parenting
8 Cara Orang Tua Menghadapi Nilai Ujian Anak yang Jelek Menurut Psikolog
HaiBunda
Senin, 10 Jun 2024 11:05 WIB

Daftar Isi
Setelah anak menjalankan penilaian akhir semester, biasanya Bunda akan diminta datang ke sekolah untuk mengambil rapor. Lantas, bagaimana cara menghadapi anak ketika nilai ujiannya jelek, ya?
Nilai menjadi salah satu hal yang penting dalam penilaian akhir semester. Nilai ini menandakan seberapa jauh anak memahami tentang pembelajaran yang diberikan selama satu semester terakhir.
Ketika anak memiliki nilai yang jelek, Bunda pasti merasa khawatir. Tidak hanya itu, Bunda menjadi bingung harus bereaksi seperti apa.
Meski begitu, anak telah memberikan yang terbaik dalam ujiannya, Bunda. Perlu Bunda ketahui pula, anak-anak pasti merasa cemas sebelum mengerjakan penilaian akhir semester.
"Sangat wajar (anak merasa cemas sebelum ujian). Tapi rasa cemas jangan selalu dianggap negatif. Cemas asal tidak berlebihan justru dapat memacu semangat belajar anak," ungkap psikolog anak dan remaja, Vera Itabiliana Hadiwidjojo, ketika diwawancara HaiBunda, beberapa waktu yang lalu.
Cara orang tua menghadapi nilai anak yang jelek
Dalam kesempatan yang sama, Psikolog Vera turut membagikan beberapa tips untuk Bunda ketika melihat anak mendapatkan nilai yang jelek. Berikut ini Bubun bantu rangkumkan deretannya:
- Jaga emosi Bunda terlebih dahulu, ya.
- Cari tahu dari para guru, mengapa Si Kecil mendapatkan nilai yang buruk.
- Diskusikan dengan anak, mengapa mereka bisa mendapatkan nilai yang jelek.
- Cari bentuk bantuan yang diperlukan anak, misalnya seperti les tambahan atau hal lainnya.
- Jangan lupa evaluasi kegiatan sehari-hari anak, ya. Ketahui apakah gadget yang diberikan terlalu
- berlebihan, apakah tidurnya cukup, dan sebagainya.
- Fokus pada kelebihan anak dan jangan kekurangannya.
- Evaluasi apakah cara belajar di sekolah sudah pas dengan kebutuhan anak.
Hal mungkin membuat nilai anak menurun
Melansir dari laman Psych Central, ada banyak alasan mengapa anak mengalami kesulitan belajar selama di sekolah. Berikut ini Bubun bantu bagikan ulasannya:
1. Pemicu stres
Jika anak mengalami perubahan nilai secara tiba-tiba, perhatikan kemungkinan pemicu stres yang dapat memengaruhi keadaannya di sekolah. Faktor ini bisa saja meliputi:
- Intimidasi dari teman sekelas
- Perubahan di rumah seperti adanya adik baru atau perpisahan orang tua
- Jadwal yang terlalu padat
- Masa pubertas
- Kecemasan
- Rasa duka
- Depresi
2. Kesulitan sosial emosional
Bagi sebagian anak, masalah yang terjadi di sekolah tidak berasal dari akademiknya. Sebaliknya, mereka mengalami kesulitan dengan situasi sosial atau pengendalian emosi.
3. ADHD dan disfungsi eksekutif
Disfungsi eksekutif memengaruhi kemampuan anak-anak dalam memerhatikan, mengingat informasi, atau melakukan banyak tugas riset. Terkadang, kondisi atau cedera lain seperti cedera otak traumatis, juga dapat menyebabkan kondisi ini.
Gejalanya bervariasi dan dapat berbeda-beda antara satu anak dan anak lainnya. Misalnya sebagai berikut:
- Kesulitan membuat perencanaan ke depan atau mengatur diri
- Kesulitan menyesuaikan diri dengan perubahan rencana
- Kesulitan mengerjakan pekerjaan rumah saat ingin pergi bermain
- Kesulitan mengingat untuk membawa pulang buku atau pekerjaan rumah
- Kesulitan mengingat materi
Sementara itu, anak dengan ADHD memiliki ciri:
- Banyak melamun
- Sulit fokus ketika mereka menganggap tugas sekolah 'membosankan'
- Gelisah saat duduk diam
- Menjadi hiperaktif di kelas
- Banyak bicara tanpa terpaku pada topik
- Kehilangan atau sering melupakan sesuatu
- Rentan marah terutama ketika diminta sabar
4. Defisit kognitif
Jika anak tidak bisa mengimbangi teman-temannya secara akademis, ada kemungkinan mereka mengalami disabilitas perkembangan atau intelektual.
Berdasarkan data dari CDC, di Amerika Serikat sendiri, sekitar 1 dari 6 anak berusia antara 3 dan 17 tahun didiagnosis mengidap disabilitas perkembangan. Kondisi ini dapat memengaruhi cara otak anak dalam mempelajari keterampilan baru.
5. Gangguan belajar tertentu
Specific learning disorder (SLD) adalah gangguan perkembangan saraf. Sesuai namanya, kondisi ini menyebabkan anak menjadi kesulitan dalam belajar.
Beberapa ahli menyebut ketidakmampuan belajar dapat terjadi pada balita. Meski begitu, banyak juga profesional kesehatan yang menyebut kondisi ini sampai anak-anak mulai sekolah.
Demikian informasi seputar nilai rapor dan penurunan belajar anak. Semoga dapat memberikan manfaat, ya.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(mua/fir)TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Parenting
7 Makanan Sahur dan Berbuka Puasa untuk Anak, Dapat Tingkatkan Konsentrasi saat Ujian

Parenting
Kapan Libur Panjang Sekolah? Cek Jadwal Libur Semester Ganjil SD, SMP, SMA

Parenting
10 Kalimat Pantang Diucapkan Orang Tua saat Anak Ujian, Bikin Pengaruhi Nilainya

Parenting
Tips Bunda Dampingi Anak Ujian Akhir Semester & 9 Kalimat yang Pantang Diucap

Parenting
Jelang Ujian Semester, Ajari Si Kecil Doa Memohon Ilmu Bermanfaat


5 Foto
Parenting
5 Potret Artis Rayakan Hari Guru Nasional 2023, Quinn Salman Beri Hadiah Spesial
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda