
parenting
CEO Perusahaan Sains di Dunia Ungkap Kesalahan Orang Tua kepada Anak, Ternyata...
HaiBunda
Selasa, 25 Jun 2024 07:20 WIB

Daftar Isi
Setiap orang tua tentu ingin yang terbaik untuk anak-anaknya. Namun, sering kali tanpa disadari ada kesalahan orang tua yang justru bisa membuat anak kesulitan di kemudian hari. Apa itu?Â
Hal ini disampaikan oleh CEO dari The Society for Science, Maya Ajmera, dalam sambutannya di Regeneron International Science and Engineering Fair (ISEF). Ini merupakan acara kompetisi dan pameran sains tahunan di Amerika Serikat, Bunda.
Dikutip dari Business Insider, pameran ini secara umum diisi oleh beberapa siswa terbaik dan terpandai dari seluruh dunia, termasuk seperti Hawaii dan California.
Pemenang sebelumnya termasuk penerima Nobel Prize, Rhodes Scholars. Maka dari itu, tidak mengherankan jika suasana di acara ini sangat ketat.
Sebagai informasi, di kompetisi ISEF ada hampir 2.000 siswa dari 49 negara bagian dan 70 negara berkumpul di Los Angeles untuk memamerkan penelitian mereka kepada para juri.Â
Lalu apa kesalahan orang tua menurut CEO ini?
Menurut Ajmera, tanpa disadari orang tua kerap memberi tekanan berlebih pada anak-anaknya untuk selalu menang. Bahkan ada juga yang benar-benar tidak mau anaknya kalah.
"Saya pikir banyak anak-anak yang sangat senang berada di sini. Tetapi saya yakin mereka juga pasti merasakan tekanan karena ingin menang dan tekanan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi," ungkapnya.
Dengan kata lain, kesalahan terbesar orang tua menurut CEO yang menjadi koordinator ISEF ini yaitu menambah tekanan pada anak. Padahal sebelum adanya masalah lingkungan ambisius tersebut, para anak-anak Generasi Z alias Gen Z ini sudah memiliki lebih dari cukup sumber kecemasan.
Ajmera pun menyarankan orang tua untuk mundur dan membiarkan anak berupaya sendiri menemukan jalannya.Â
Pentingnya anak-anak merasakan kegagalan
Tidak perlu takut dan mencegah anak merasakan kegagalan. Mereka tidak harus selalu menang saat mengikuti kompetisi atau dalam hal prestasi akademik di sekolah.
Dikutip dari Child Mind Institute, kegagalan adalah bagian dari kehidupan. Saat anak gagal dan berupaya bangkit kembali, proses ini membuat mereka lebih kuat serta lebih siap menghadapi tantangan hidup.
Maka dari itu, ketika anak-anak takut gagal mereka berisiko mengalami kecemasan dan keterpurukan saat suatu hari terjadi kesalahan. Memang sulit, tetapi orang tua perlu mencoba mengambil langkah mundur dan memberikan ruang pada anak untuk melakukan kesalahan.
Jika Bunda selalu membimbing mereka, mereka tidak akan gagal dan belajar untuk mencoba lagi. Meski terlihat sederhana, tapi ini adalah pengalaman penting yang perlu mereka pelajari dan kembangkan.
Tips mendampingi anak saat gagal
Ketika anak gagal dalam suatu hal, beri tahu mereka bahwa Bunda melihat betapa frustrasi dan kecewanya mereka. Jika perasaan ini diabaikan, anak tidak punya kesempatan yang dibutuhkan untuk merasakan perasaannya.
Dengan kata lain, toleransi terhadap tekanan adalah keterampilan hidup yang penting untuk dikuasai.
"Kemampuan untuk menoleransi ketidaksempurnaan, bahwa ada sesuatu yang tidak berjalan sesuai keinginan, sering kali lebih penting untuk dipelajari dibandingkan materi apa pun," tutur psikolog klinis, Amanda Mintzer, PsyD.
Ia melanjutkan mempelajari kemampuan tersebut diperlukan agar anak-anak dapat menjadi lebih mandiri dan berhasil dalam upaya masa depannya. Baik untuk tujuan pribadi atau akademis.
Lalu bagaimana cara yang dapat dilakukan orang tua untuk mendampingi anak saat gagal? Berikut ulasannya:
1. Tunjukkan empati
Berempati dengan anak, validasi bahwa Bunda melihat bagaimana kondisinya saat itu. Bukan sekadar mengatakan 'tidak apa-apa', tapi benar-benar hadir dan mendampingi anak. Dengarkan keluh kesahnya dan beri pelukan hangat.
"Tidaklah tepat untuk mengabaikan perasaan kekecewaan seorang anak," ungkap Mintzer.Â
2. Menjadi role model
Bunda juga bisa menjelaskan bahwa kegagalan adalah bagian dari kehidupan dan terjadi pada semua orang, termasuk Bunda. Ceritakan juga sebuah contoh 'kegagalan' yang Bunda alami.Â
Orang tua dapat memberikan contoh bagaimana menangani kekecewaan mereka sendiri. Misalnya seperti kehilangan promosi di tempat kerja.
Meskipun semua orang menyukai segala sesuatunya berjalan sesuai rencana, penting untuk mengajari anak-anak bahwa tidak apa-apa jika mereka tidak melakukannya.
3. Belajar untuk 'tega'
Sangat sulit melihat anak terjatuh dan mengalami kegagalan, tetapi seperti disebutkan sebelumnya hal ini bisa membuat anak belajar bagaimana menangani kekecewaan melalui trial and error.Â
Seperti dikutip dari buku The Blessings of a Skinned Knee and The Newly Released Gift of Failure: How the Best Parents Learn to Let Go So Their Children Can Succeed, orang tua harus belajar untuk sesekali menahan diri dan tidak selalu membantu anak.
Jika tidak, hal-hal tersebut akan merampas kesempatan anak untuk belajar memecahkan masalah di kemudian hari.Â
Kesimpulannya, memberi tekanan berlebih pada anak untuk selalu menang dan melarangnya gagal bisa berdampak buruk bagi perkembangan psikologisnya. Terutama untuk membangun ketangguhan dan kepercayaan diri.
Belajar untuk gagal bisa jadi menyakitkan. Namun anak-anak hanya akan berhasil jika mereka dapat memperoleh keterampilan untuk menangani apa pun yang terjadi dalam hidup mereka. Semoga bermanfaat ya, Bunda.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(fir/fir)ARTIKEL TERKAIT

Parenting
20 Perbuatan Orang Tua yang Tanpa Disadari Menyakiti Hati Anak, Hindari ya Bun

Parenting
Pentingnya Mengatasi Inner Child agar Tak Pengaruhi Pola Asuh Bunda pada Si Kecil

Parenting
20 Nasihat Parenting Aneh Sepanjang Masa, Bayi Diletakkan Dalam Sepatu

Parenting
3 Teknik Mengendalikan Emosi Bunda saat Memarahi Anak

Parenting
Kunci Sukses Pola Asuh Ideal, Ini Saran Ahli


7 Foto
Parenting
Potret 7 Anak Artis saat Menikmati MPASI, Ekpresinya Cute dan Gemas
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda