Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

5 Pendidikan Karakter Anak Usia Dini 1-6 Tahun Menurut Psikolog

ZAHARA ARRAHMA   |   HaiBunda

Selasa, 25 Jun 2024 13:30 WIB

Ilustrasi ibu dan anak
Ilustrasi karakter anak/ Foto: Getty Images/AsiaVision
Daftar Isi

Membangun karakter anak merupakan tanggung jawab besar orang tua. Karakter anak perlu dibentuk sejak dini agar mereka terlatih bersikap positif dan bermoral. Maka dari itu, penting bagi Bunda dan Ayah untuk menanamkan pendidikan karakter pada Si Kecil. 

Namun, Bunda dan Ayah pasti sering bertanya-tanya pendidikan karakter seperti apa yang tepat untuk diajarkan kepada anak. Pendidikan karakter anak sejatinya berupa segala hal yang orang tua ajarkan kepada anak. Membentuk karakter anak dapat dilakukan dalam berbagai jenis situasi, baik di lingkungan rumah maupun sekolah. 

Pendidikan karakter untuk anak usia dini sangatlah esensial untuk dipahami para orang tua. Seperti yang dijelaskan oleh Desnita Zagoto, S.Psi., M.Psi., Psikolog, CBC., C.H., C.Ht., orang dewasalah yang berperan penting dalam membangun karakter positif pada anak. 

Lalu, sebenarnya apa yang dimaksud dengan pendidikan karakter untuk anak usia dini? Berikut telah Bubun rangkum informasi lengkap mengenai pendidikan karakter anak usia dini serta aspek pentingnya untuk diajarkan kepada Si Kecil.

Apa itu pendidikan karakter untuk anak usia dini?

Seperti yang telah Bubun singgung sebelumnya, pendidikan karakter merupakan cara orang tua mengajarkan suatu hal kepada anak bahkan dalam bentuk sekecil apapun tiap harinya. Desnita menyebut pendidikan karakter sebagai proses menumbuhkan kepribadian yang positif pada anak. 

“Pendidikan karakter adalah menumbuhkan kepribadian yang positif pada anak, yaitu kemampuan beradaptasi, kemampuan mengontrol emosi, kemampuan dalam bersosialisasi, kemampuan membaurkan diri dengan aturan yang ada,” ujar Desnita dalam wawancara eksklusif via Zoom bersama HaiBunda, Selasa (18/06/2024).

Desnita lebih lanjut menjelaskan, tidak ada pendidikan karakter secara spesifik. Namun, bagaimana orang tua memberikan feedback kepada anak dan bagaimana cara guru di sekolah berkomunikasi dengan anak sudah merupakan pendidikan karakter.

Pendidikan karakter bertujuan membentuk integritas, kedisiplinan, dan tanggung jawab pada anak. Untuk membentuk kepribadian yang positif pada Si Kecil, Bunda dan Ayah perlu memberikan didikan yang dimulai dari sifat dasarnya. 

Sebut saja, Si Kecil terbiasa mudah menangis karena hal kecil. Bunda dan Ayah perlu mengajarkannya untuk bersikap lebih kuat alias tidak cengeng. Hal ini selaras dengan pesan Desnita tentang cara sederhana menumbuhkan karakter pada anak. 

“Bagaimana menumbuhkan karakter pada anak, misal ada anak yang dikit-dikit nangis, dia diajarkan untuk bisa lebih kuat, itu sudah termasuk dalam pendidikan karakter,” ucapnya. 

Pendidikan karakter merupakan bagian dari tindakan pola asuh yang perlu diterapkan pada anak sejak usia dini. Lalu, anak umur berapakah yang termasuk dalam kategori usia dini? 

Desnita menyebutkan anak yang tergolong usia dini adalah anak usia 1-6 tahun yang belum memasuki Sekolah Dasar (SD). Walau begitu, ia menjelaskan bahwa pembentukan karakter anak usia 1-6 tahun tidak bisa disamaratakan. 

Setiap umur anak memiliki fase perkembangan psikologis yang berbeda-beda, Bunda. Hal ini berdasarkan milestone anak yang menunjukkan tahapan kemampuan atau kebiasaan pada anak yang dicapai pada usia tertentu. 

PH. Kohnstamm dalam bukunya yang berjudul Person Leijkeid in Wording menyebutkan bahwa anak usia 1-6 tahun sedang berada dalam periode mencoba dan bermain. Pada tahap ini, anak-anak akan memulai banyak eksplorasi baru dan membangun interaksi dengan orang sekitarnya. 

Oleh karena itu, diperlukan kewaspadaan orang tua mengenai apa yang mereka coba pelajari dan lakukan. Hal ini mengindikasikan bahwa lingkungan sosial memegang peranan penting dalam pembentukan karakter anak.

Benarkah karakter anak dipengaruhi kuat oleh karakter orang tua?

Sebagian orang meyakini bahwa karakter yang dimiliki oleh orang tua akan diwariskan kepada anaknya. Seperti orang tua yang memiliki sifat pemarah, maka anaknya akan mudah marah juga. Atau orang tua yang introvert maka anaknya juga akan menjadi introvert

Pemahaman ini belum tentu benar, Bunda. Desnita menekankan bahwasanya setiap anak tidak berada dalam satu aturan yang sama dengan orang tuanya. Hal ini karena anak mampu mengendalikan dirinya sendiri berdasarkan apa yang telah dipelajari di lingkungan sosialnya.

“Setiap anak punya genetikanya masing-masing, setiap anak punya cara untuk menyerap informasi masing-masing dari lingkungan. Jadi kita tidak bisa membuatnya dalam satu aturan. Jadi belum tentu gitu,” kata Desnita.

Meski begitu, karakter orang tua memang benar akan berpengaruh terhadap karakter anak. Tetapi bukan dari segi turunan, melainkan bagaimana cara orang tua memperlakukan anaknya.

"90 persen karakter dipengaruhi oleh lingkungan. Sedangkan 10 persen ada genetik, tapi tak banyak," Desnita menambahkan. 

“Yang dipengaruhi oleh orang tua ya hampir semua perilaku anak itu. Anak yang jadi manja minta ampun atau memberontak luar biasa, ya itu semua bagaimana dari orang tua, bagaimana dia diperlakukan di rumah,” lanjutnya. 

Lingkungan sosial yang sehat untuk pembentukan karakter anak 

Anak-anak merupakan sosok peniru yang andal. Sebagaimana disinggung oleh Desnita bahwa anak selalu merekam apapun yang ia lihat dan perlakuan apa yang diterimanya setiap waktu. Jadi, ketika Si Kecil dihadapkan oleh situasi-situasi yang familiar, mereka akan refleks merespons layaknya memori yang disimpannya, Bunda.

“Anak-anak itu tidak pernah bisa mempelajari hal-hal yang tidak pernah dilihat. Makanya ada anak yang sering menyaksikan orang-orang bertindak kasar, anak itu cenderung ikut melakukan kekerasan juga,” ujarnya.

Sebagai contoh, ketika anak-anak dihadapkan dengan orang tua yang temperamental, mereka berpotensi tumbuh dengan kepribadian yang tak jauh berbeda.

“Anak itu kan produk orang tua. Manusia itu tumbuh sesuai dengan lingkungan tempatnya tumbuh. Nah, contoh nih, kalau Bunda di rumah lagi marah dan suka lempar-lempar barang, Si Kecil nanti jadi ikut berpikir kalau problem solving ketika marah itu ya perlu melempar barang seperti yang Bunda lakukan.”

Sebagai orang tua, Ayah dan Bunda pastinya senantiasa menginginkan Si Kecil tumbuh menjadi pribadi yang positif, ya. Namun, sejalan dengan keinginan ini, orang tua juga wajib ingat bahwa perilakunya berdampak besar dalam membentuk karakter anak. Kalau orang tua ingin anak berperilaku seperti apa, tunjukkanlah perilaku yang diharapkan tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Berharap anak tumbuh dengan karakter positif memerlukan dukungan lingkungan sosial di sekitarnya yang sehat. Anak-anak memerlukan sosok yang bisa membantunya untuk tumbuh menjadi pribadi yang kuat, Bunda.

Untuk menciptakan lingkungan sehat tersebut, orang tua berperan krusial sebagai komponen di dalamnya. Penting untuk orang tua selalu sadari bahwa cara mengasuh yang diterapkan selama ini sehat atau tidak untuk anak mereka.

Lantas, lingkungan atau pola asuh sehat seperti apa sih yang dimaksud? Desnita sendiri menjabarkan bahwa lingkungan sehat adalah lingkungan yang tidak memberi tekanan mental kepada anak. 

“Seharusnya (anak) ditempatkan pada lingkungan sehat. Lingkungan yang suportif untuk dia. Bukan yang menjatuhkan mentalnya, bukan yang menghancurkan mentalnya. Sehingga ia bisa tumbuh menjadi pribadi yang kuat.” tuturnya.

Contohnya, sikap orang tua yang terlalu banyak menuntut dan mengintervensi di setiap langkah anaknya akan memunculkan karakter anak yang mudah minder. Nantinya, ketika beranjak dewasa, mereka akan sulit membuat keputusan, Bunda.

5 Aspek penting pendidikan karakter untuk anak 1-6 tahun menurut psikolog

Pembentukan karakter anak berkaitan erat dengan bagaimana orang tua bersikap. Oleh sebab itu, Bubun menanyakan kepada Desnita sekiranya apa saja aspek yang penting diberikan ketika mendidik karakter anak di rentang usia 1-6 tahun.

Nah, berikut lima aspek penting yang disarankan sang psikolog untuk Ayah dan Bunda lakukan dalam mendidik pembentukan karakter Si Kecil:

1. Fisik 

Hal pertama yang menjadi fokus ketika memberikan pendidikan karakter pada anak adalah perihal yang menyinggung aspek fisiknya. Orang tua harus mengutamakan perkembangan satu ini untuk menghasilkan kinerja saraf dan otot anak yang baik.

“Aspek pertama yang penting adalah bagian fisik. Fisik tuh memengaruhi bagian fokus dan emosi anak, ya karena menyangkut pada fungsi motorik,” kata Desnita.

Sayangnya, psikolog ini juga menilai bahwa banyak sekali orang tua yang melalaikan aspek fisik ketika mendidik anak-anak. 

“Hal-hal satu ini mungkin cukup simpel dilakukan tapi banyak banget diskip sama orang tua,” ungkapnya.

Di beberapa kesempatan, banyak ditemukan orang tua yang berbondong-bondong menginginkan anaknya menguasai banyak bahasa atau berhitung tanpa mempertimbangkan kematangan dari kemampuan motoriknya terlebih dahulu. 

Menyepelekan pendidikan aspek fisik atau motorik berakibat pada keseimbangan atau kontrol tubuh anak yang buruk. Anak-anak akan sulit fokus ketika melakukan pekerjaan dan tidak maksimal dalam mempelajari hal-hal di sekitarnya.

2. Kognitif

Selanjutnya orang tua perlu mendidik anak untuk mengasah kemampuan kognitifnya, Bunda. Terlebih di usia prasekolah ini, anak-anak sedang dalam masa aktifnya untuk mengembangkan aspek kognitif diri.

Menurut Desnita, kemampuan kognitif merupakan bentuk kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks untuk bernalar dan memecahkan masalah. Dengan giat mengasah kognitif anak, nantinya Ayah dan Bunda bisa membantu perkembangan karakter anak yang lebih mandiri, lho.

Kebiasaan yang menyerahkan kuasa atau keputusan ke anak dalam pemecahan masalah, seperti bermain puzzle, adalah suatu pecutan yang bisa memicu tingkat analisis anak berkembang. 

Selain itu, aspek kognitif dalam pendidikan karakter adalah bentuk pembelajaran nalar yang lebih baik. Sehingga, Si Kecil dapat tumbuh dengan kepribadian yang lebih peka dan tidak mudah menyerah, Bunda.

3. Emosi

Aspek pendidikan karakter lainnya yang wajib diajarkan adalah perihal emosi. Anak-anak perlu diarahkan untuk mengenali emosi dan perasaan apa yang sedang mereka rasakan.

Seringkali terjadi kasus orang tua yang memberikan respon menyepelekan ketika dihadapkan anak yang sedang sedih. Bukannya menyambut dengan empati, menanyakan penyebab, dan mengajak mencari solusi, beberapa orang tua memilih untuk mengabaikan dan meremehkan. 

Tak jarang ditemukan beberapa orang tua justru memarahi anak yang sedang sedih dan berujung pada tangisan. Sikap seperti ini berisiko menjadikan anak sulit mengekspresikan emosinya. Nah, Desnita seringkali menyoroti kejadian ini, Bunda.

Psikolog ini menuturkan bahwa ia seringkali menghadapi konseling dari pasien anak yang kesulitan dalam mengidentifikasi emosinya, “Bahkan sekarang marak anak kecil yang datang berkonseling untuk diajarkan dalam membedakan thinking, feeling, and action.

“Tiga hal ini berkaitan erat, ya. Feeling kamu memengaruhi cara kamu berpikir, begitupun sebaliknya. Kalau anak kebanyakan insecure ketika ingin melakukan sesuatu, ujung-ujungnya ia selalu takut untuk mencoba hal-hal baru,” kata Desnita, mengungkapkan bagaimana peran emosi dalam mengeksekusi perilaku anak.

Untuk menghindari karakter seperti di atas, orang tua perlu untuk bertindak menerima setiap emosi yang dirasakan anak, meskipun perasaan itu negatif. Ayah dan Bunda perlu membiasakan diri untuk memvalidasi emosi Si Kecil dengan senantiasa mendengarkan dan menerima apapun perasaan anak. Namun, pastikan untuk bisa merespon kondisi ini dengan cara yang bijak, ya Bunda.

4. Sosial

Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa membutuhkan kehadiran manusia lain di sekitarnya. Untuk itu, orang tua perlu untuk mendidik karakter anak untuk bersosialisasi.

Orang tua perlu memastikan anak memiliki keinginan untuk terlibat dengan interaksi sosial. Hal ini bisa dilatih dengan bagaimana respon Si Kecil bersikap ketika bekerja sama dengan orang lain.

“Aspek sosialnya. (Perhatikan) aspek kerja sama yang dimiliki anak dengan orang lain, seperti apa kerja samanya di rumah, sama orang tua, kakak atau adik,” kata Desnita.

5. Komunikasi

Nah, aspek terakhir yang perlu diperhatikan ketika mendidik karakter anak adalah komunikasi. Orang tua perlu melatih anak untuk dapat berkomunikasi dengan baik, yakni dengan menilai antusiasmenya.

“(Anak perlu dididik) aspek komunikasinya, seperti motivasi atau antusiasnya. Karena cukup banyak anak-anak yang tidak memiliki rasa ingin tahu yang tinggi,” ujar Desnita.

Rendahnya antusiasme berkomunikasi dapat menandakan anak memiliki ketertarikan sosial yang rendah, Bunda. Kondisi ini tentunya cukup mengkhawatirkan, ya.

Oleh karenanya, Ayah dan Bunda wajib selalu meluangkan waktu untuk berbincang dengan Si Kecil. Kegiatan ini akan membantunya membentuk karakter yang lebih terbuka dan tak segan untuk menceritakan apapun yang dirasakan. 

Sebagai seorang psikolog yang hari-harinya dipenuhi bincang bersama anak dan remaja, Desnita menyampaikan bahwa karakter anak sangat terbentuk melalui didikan dan sikap orang tua sehari-hari. Setiap orang tua perlu paham aspek-aspek apa saja yang penting diajarkan kepada anak untuk bisa menjadi pribadi positif.

Oleh sebab itu, Ayah dan Bunda perlu paham sekali bagaimana tindakan diri membentuk karakter Si Kecil. Semoga artikel ini dapat membantu pemahaman yang lebih banyak untuk mengasuh anak-anak, ya Bunda.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar dan klik di SINI. Gratis!



(som)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda