Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Middle Child Syndrome pada Anak Tengah Beserta Dampaknya

Mutiara Putri   |   HaiBunda

Jumat, 21 Jun 2024 18:30 WIB

Ilustrasi Sindrom Anak Tengah
Ilustrasi Sindrom Anak Tengah/Foto: iStock
Daftar Isi
Jakarta -

Karakteristik setiap anak tentu berbeda-beda, Bunda. Jika Bunda memiliki tiga orang anak, anak kedua atau anak tengah sering disebut memiliki middle child syndrome atau sindrom anak tengah.

Dilansir dari Verywell Mind, banyak ahli yang percaya bahwa karakteristik dan sifat seorang anak dapat dilihat dari urutan kelahirannya. Hal ini diungkapkan langsung oleh seorang psikolog ternama, Alfred Adler.

Alfred merupakan seorang pionir yang memperkenalkan gagasan dari teori urutan kelahiran, Bunda. Ia percaya bahwa urutan kelahiran mampu memengaruhi perkembangan dari seorang anak.

Banner Keluarga SehatBanner Keluarga Sehat/Foto: HaiBunda/Novita Rizki

Alfred meyakini bahwa banyaknya saudara kandung dan dimiliki seorang anak mampu memengaruhi potensi yang dimiliki oleh anak tersebut. Meski begitu, Alfred meyakini bahwa anak-anak tidak akan memiliki kepribadian yang sama meski tumbuh dalam satu rumah.

Ketika dalam satu keluarga memiliki tiga orang anak, Bunda pasti bisa mengetahui kepribadian dari masing-masing anak. Namun, tahukah Bunda kalau anak tengah atau anak kedua cenderung mengalami middle child syndrome?

Apa itu middle child syndrome?

Menilik dari laman WebMD, middle child syndrome atau sindrom anak tengah adalah bagian dari psikologi di balik urutan kelahiran. Urutan kelahiran berkisar dari anak sulung atau anak tertua, anak kedua, anak ketiga, dan seterusnya hingga si bungsu atau yang disebut anak terakhir.

Dilansir dari laman Healthline, sindrom anak tengah adalah keyakinan bahwa anak tengah dikucilkan atau diabaikan karena urutan kelahirannya. Tidak hanya itu, anak tengah juga disebut memiliki karakter yang sangat berbeda.

Anak tengah adalah orang yang mudah marah. Meski begitu, mereka sulit menyesuaikan diri karena 'terjepit' di antara adik dan kakaknya.

Mengapa middle child syndrome bisa terjadi?

Para peneliti masih mencoba mencari tahu bagaimana urutan kelahiran memengaruhi berbagai hal termasuk kepribadian dan kondisi kesehatan. Demikian dilansir dari laman Verywell Mind.

American Psychological Association menyebut middle child syndrome sebagai kondisi hipotesis karena tidak ada bukti substansial yang menunjukkan urutan kelahiran secara konsisten dan kuat memengaruhi kepribadian, karakteristik, atau kecerdasan.

Pahami sibling rivalry, saat kakak dan adik bersaing

Melihat dari laman Healthline, sibling rivalry atau persaingan saudara merupakan gambaran konflik yang berkelanjutan antara anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga yang sama, Bunda. Hal ini dapat terjadi pada saudara kandung yang memiliki hubungan darah, saudara tiri, bahkan saudara angkat.

Bentuk sibling rivalry pun beragam. Misalnya sebagai berikut:

  • Perkelahian verbal atau fisik
  • Nama panggilan
  • Pertengkaran
  • Berada dalam persaingan terus-menerus untuk mendapatkan perhatian orang tua
  • Menyuarakan perasaan iri

Hal ini tentu akan membuat Bunda dan Ayah menjadi stres. Namun, ini adalah sesuatu yang normal terjadi.

Umumnya, perilaku Bunda dan Ayah turut berpengaruh dalam memperburuk persaingan antar saudara ini. Tanpa disadari, Bunda dan Ayah mungkin saja melakukan hal-hal sebagai berikut:

  • Terus-menerus memuji satu anak dan mengkritik anak lainnya
  • Mengadu anak-anak dalam kompetisi
  • Menetapkan peran keluarga tertentu. Contoh, kakak ahli matematika, adik ahli seni
  • Jelas lebih memerhatikan kebutuhan dan minat anak

Ciri anak yang mengalami middle child syndrome

Anak marahIlustrasi anak marah/Foto: iStock

Terdapat beberapa ciri khas yang bisa dilihat pada anak dengan sindrom anak tengah. Berikut ini deretannya seperti dilansir dari laman Healthline:

1. Mudah marah

Anak tengah memiliki kepribadian yang seringkali dibayangi oleh saudaranya yang lain. Kakak laki-lakinya berkemauan keras dan adiknya masih bayi, sehingga anak tengah berada di antara keduanya.

Kepribadian anak tengah sering diremehkan oleh saudara-saudara. Karena itu, mereka sangat pendiam dan mudah marah.

2. Merasa tidak setara dengan saudaranya

Anak tengah mengalami kesulitan untuk merasa setara dengan saudaranya dalam hubungan dengan orang tua. Kakaknya seiring kali memikul lebih banyak tanggung jawab sedangkan adiknya diasuh dengan baik oleh orang tuanya, sehingga anak tengah tidak mendapat banyak perhatian.

3. Kompetitif dan bisa membawa perdamaian

Anak tengah sering kali merasa perlu bersaing dengan adik dan kakaknya untuk mendapatkan perhatian orang tua. Meski begitu, mereka juga bisa menjadi pembawa perdamaian.

4. Merasa tidak menjadi anak kesayangan

Anak tengah umumnya tidak merasa seperti anak kesayangan. Favoritisme mungkin terjadi pada anak tertua yang dianggap istimewa atau anak bungsu karena dianggap sebagai anak kecil.

5. Tidak perfeksionis

Anak tengah cenderung melakukan sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh kakak maupun adiknya. Misalnya saja jika kakaknya seorang sarjana, anak tengah mungkin fokus pada olahraga maupun seni.

Dampak middle child syndrome pada kehidupan anak

Ada beberapa penelitian yang mengamati dampak dari middle child syndrome pada kehidupan anak, Bunda. Berikut ini Bubun rangkumkan deretannya:

1. Tidak dekat dengan orang tua

Anak tengah mungkin memiliki hubungan yang lebih jauh dengan orang tua dan keluarganya. Tiga penelitian diterbitkan pada tahun 1998 untuk menguji pengaruh urutan kelahiran terhadap identitas diri damn hubungan keluarga.

Ketiga studi ini menunjukkan bahwa anak-anak yang lahir di tengah-tengah cenderung tidak merasa paling dekat dengan sang Ibunda dibandingkan dengan anak pertama dan anak terakhir.

2. Cenderung membuat masalah

Anak tengah sering kali mendapat stereotip sebagai anak pemarah yang disalahpahami dan mencari perhatian dengan cara mendapat masalah. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa dibandingkan dengan anak sulung, anak tengah dan anak terakhir lebih cenderung memiliki perilaku bermasalah.

Apa yang harus orang tua lakukan untuk mengatasi dan mencegah middle child syndrome?

Ada beberapa hal yang bisa Bunda lakukan agar anak tidak terkena sindrom anak tengah. Berikut ini deretannya dirangkum dari Verywell Mind:

1. Perlakukan anak dengan baik

Anak memiliki serangkaian karakteristik, kesukaan, dan ketidaksukaan yang unik. Kenali anak secara individu dan tunjukkan minat pada hobi dan aktivitasnya.

Biarkan anak dengan bebas berbagi pemikiran, perasaan, dan pengalaman mereka. Perlakukan anak tengah dengan baik sehingga mereka merasa spesial bagi Bunda dan Ayah.

2. Habiskan waktu bersama anak

Luangkan waktu sepanjang hari untuk memberikan perhatian penuh kepada anak, termasuk anak tengah. Hal ini membuat anak tahu bahwa Bunda tidak melupakan mereka dan mereka merasa dihargai.

3. Jangan bandingkan anak

Jangan menggunakan anak-anak yang lain sebagai contoh atau membandingkan perilaku anak tengah. Ini membantu mengurangi kebutuhan mereka untuk bersaing mendapatkan perhatian.

Hargai segala upaya yang telah anak kerahkan ya, Bunda. Validasi emosi anak sehingga mereka merasa Bunda menyayangi mereka apa adanya.

Demikian informasi seputar sindrom anak tengah, Bunda. Semoga dapat memberikan manfaat, ya.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(mua/mua)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda