Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

3 Cerita Anak Sekolah Minggu tentang Memberikan yang Terbaik, Bisa Dibacakan ke Si Kecil Bun

ZAHARA ARRAHMA   |   HaiBunda

Rabu, 03 Jul 2024 21:40 WIB

Cerita sekolah minggu
Cerita Anak Sekolah Minggu tentang Memberikan yang Terbaik/ Foto: Getty Images/GOLFX
Daftar Isi

Bunda dapat mencoba untuk melatih kemampuan daya ingat, berbahasa, dan jiwa religius anak dengan membacakan cerita Alkitab yang penuh nilai-nilai kebaikan. Si Kecil dapat belajar banyak hal dari kisah yang sarat akan pelajaran yang dituangkan dalam Alkitab.

Sekolah Minggu adalah kegiatan ibadah di gereja yang diperuntukkan untuk anak-anak. Dalam pelaksanaannya, Sekolah Minggu seringkali menyelipkan sesi berbagi cerita Alkitab. Hal ini bertujuan untuk memberi ajaran agama dan hidup yang terbaik untuk anak.

Merangkum dari berbagai sumber, berikut Bunda dapat menyimak tiga cerita Sekolah Minggu terbaik untuk anak dengarkan sehari-hari. 

1. Cerita anak sekolah Minggu tentang Sahabat Allah

Mengutip dari buku 74 Cerita Anak Alkitab Anak Aktif (2010), penerbit BPK Gunung Mulia, cerita Alkitab berjudul Sahabat Allah menceritakan kisah Abraham dan istrinya.

Abraham adalah orang kaya yang tinggal di tempat tenang dan indah bernama Haran. Ia punya banyak pelayan yang senang hati melakukan pekerjaan untuknya. Ia juga punya banyak unta dan domba. Kehidupannya penuh dengan kemakmuran.

Suatu hari, Allah berbicara kepada Abraham, “Aku ingin engkau pergi meninggalkan Haran,” firman Allah.

“Karena Aku punya tempat yang lebih baik untuk engkau tinggali.”

Mendengar hal itu, Abraham bisa saja berkata, “Ke mana?” atau “Tempat itu jauh atau tidak?” atau bahkan “Terima kasih, tetapi aku sudah bahagia tinggal di sini.”

Namun, Abraham memilih untuk tidak berkata demikian. Bahkan, Abraham tidak berkata apa-apa dan menuruti perintah Allah. Bahkan ia turut mengajak istrinya, pelayannya, dan hewan ternaknya untuk pergi bersama ke tempat yang ditunjukkan Allah.

Lantas apa alasan Abraham dengan senang hati menuruti perintah Allah tersebut? Jawabannya karena Abraham percaya kepada Allah. 

Mereka pun berjalan menuju tempat bernama Kanaan. Tempat yang ditunjukkan Allah sebagai rumah baru Abraham dan yang lain. Kanaan merupakan tempat yang tak kalah indah dan subur.

“Negeri yang berlimpah susu dan madu,” begitulah Kanaan dijuluki oleh orang-orang setempat. Artinya, di tempat itu ada banyak sapi, kambing, dan lebah. Selain itu, tanaman seperti rumput dan bunga tumbuh subur untuk dijadikan makanan para binatang tersebut.

Kanaan sungguh menjadi tempat yang damai dan permai. Oleh karenanya, Abraham sangat menyukai tempat tersebut.

Di tengah kebahagiaan tersebut, Abraham dan istri masih belum dikaruniai seorang anak. Padahal, Abraham dan Sara, istrinya, sudah sangat tua. Mereka sudah termasuk dalam rentang usia kakek dan nenek, atau bahkan jauh lebih tua.

Namun, Abraham tetap percaya kepada Allah. Suatu hari, Allah berbicara kepadanya, “Abraham, tengoklah ke atas. Apakah engkau melihat bintang-bintang itu? Suatu hari nanti, engkau akan mempunyai anak, cucu, dan cicit sebanyak itu. Bahkan jauh lebih banyak lagi. Menghitung bintang akan lebih mudah dibandingkan dengan menghitung jumlah keturunanmu.”

“Sekarang, coba pandanglah ke bawah. Apakah engkau melihat butir-butir pasir di tanah? Suatu hari nanti, anggota keluargamu akan jauh lebih banyak daripada itu semua.”

Mendengar perkataan Allah, respon Abraham hanya terkekeh. Ia bahkan tertawa kecil seakan tak mempercayai ucapan Allah.

“Aku dan istriku akan punya anak?” Abraham menggumam, “Tidak mungkin. Kami sudah terlalu tua dan tidak mungkin lagi punya anak!”

Namun, ucapan Allah tersebut bukanlah candaan, “Memang demikian. Kelak kamu akan punya anak,” seru Allah. “Melalui keluargamu itu, Aku akan melakukan sesuatu yang luar biasa bagi dunia!”

Atas tuturan Allah tersebut, Abraham pun mulai memercayai-Nya. Tak lama kemudian, Allah mengirimkan tiga orang utusan-Nya datang menemui Abraham di kediamannya tersebut. Abraham dengan ramah menyambut mereka, bahkan ia mencuci kaki tiga tamu tersebut, sesuai kebiasaan baik pada waktu itu. 

Selain itu, Abraham juga menyajikan roti hangat buatannya yang berasal dari bahan tepung terbaik dan memanggangnya sempurna. Ia juga memasak daging domba yang empuk beserta susunya. Sungguh nikmat!

Saat para utusan Allah itu kenyang, sembari mengusap perut mereka berkata, “Kami akan kembali tahun depan. Saat itu, Sara akan melahirkan anak laki-laki!”

Mendengar seruan itu, kali ini kembali muncul suara tertawa. Bukan dari Abraham, melainkan dari Sara. Rupanya ia menguping pembicaraan mereka di balik tenda rumahnya.

Ternyata di tahun berikutnya, ucapan ketiga tamu tersebut merupakan janji Allah yang menjadi nyata. Abraham dan Sara berhasil dikaruniai kelahiran bayi laki-laki. Atas kelahiran tersebut, rumah Abraham dan Sara kembali dipenuhi tawa bahagia yang keras. Sampai akhirnya mereka memberikan sang bayi nama yang bermakna “Tertawa”, yaitu Ishak.

2. Cerita anak sekolah Minggu tentang memberikan yang terbaik: Yusuf Sang Pemimpin

Kisah dari Alkitab mengenai Yusuf dan sebelas saudaranya ini dikutip dari buku 74 Cerita Anak Alkitab Anak Aktif (2010), penerbit BPK Gunung Mulia.

Suatu hari, ada yang mengetuk pintu rumah Yusuf. Yusuf pun bergegas membukakan pintu hingga tampaklah sebelas orang saudaranya berdiri di bibir pintu.

Tanpa ada aba-aba, mereka bersujud menyembah Yusuf. Tak hanya itu, mereka juga turut menciumi kakinya.

Dengan nada memelas, saudara Yusuf bersuara, “Tuanku yang baik, jauh-jauh kami datang ke Mesir, dari negeri kami Kanaan. Di sana kami tidak memiliki sebutir makanan. Kami sungguh kelaparan. Bisakah kami membeli sedikit saja darimu, Tuan?”

Yusuf terdiam. Ia tidak tahu bagaimana cara menanggapi saudara-saudaranya itu. Ia hanya mampu memandangi mereka. Yusuf mengenali mereka, tetapi sebelas orang itu tidak mengenal Yusuf sebagai saudaranya.

Setelah beberapa saat bergeming, Yusuf akhirnya membuka suara, “Baiklah. Aku akan menjual makanan untuk kalian.” Dengan sopan Yusuf mengarahkan para pelayannya untuk segera menyiapkan kotak-kotak kayu berisi makanan di atas keledai para saudara-saudaranya.

Bukan itu saja yang diperintahkan Yusuf kepada para pelayannya. Ada satu hal lagi yang ia katakan, “Ambillah salah satu piala perak milikku. Sembunyikan itu di dalam karung gandum yang berada di keledai yang paling muda.”

Permintaan Yusuf ini didasari rencananya untuk melihat apakah kelakuan saudara-saudaranya sudah berubah atau belum.

Ketika saudara-saudara Yusuf hampir tiba menyeberangi ujung kota, para pelayan Yusuf yang diam-diam mengikuti di belakangnya, langsung bergerak menghadang perjalanan. Mereka membongkar karung gandum yang terletak di keledai saudara paling muda Yusuf. Coba tebak apa yang ditemukan? Tentu saja mereka menemukan piala perak itu!

“Kami tidak tahu bagaimana benda itu ada di situ!” bela para saudara Yusuf menghindari tuduhan. 

Mereka bersebelas berusaha untuk memberi penjelasan kepada Yusuf. Namun, Yusuf masih bersandiwara dengan mengancam, “Saudara kalian yang paling muda sudah mencurinya. Oleh karena itu, dia wajib tinggal di Mesir dan menjadi hambaku.”

"Jangan. Kami mohon, jangan lakukan itu,” pinta mereka dengan wajah memelas, "Ayah kami tentu akan sedih kalau ia tahu hal ini.”

Takut akan nasib Si Kecil, salah satu dari sebelas saudara Yusuf membuat penawaran, “Biarlah salah satu dari kami saja yang jadi hambamu, jangan saudara kami yang paling muda ini.”

Ketika Yusuf mendengarnya. la tahu saudara-saudaranya telah berubah. Kemudian ia memberitahukan siapa dirinya yang sebenarnya saat itu juga.

"Akulah Yusuf," ujarnya. "Akulah Yusuf, saudara kalian yang sudah lama hilang."

Pemberitahuan Yusuf ini tidak membuat saudara-saudaranya merasa lebih tenang. Mereka justru sangat ketakutan. Bahkan mereka sampai tidak sanggup berkata-kata.

"Jangan khawatir." Yusuf menenangkan. "Aku memaafkan kalian. Kalian bermaksud mencelakai aku, tetapi Tuhan menjadikan peristiwa itu sebagai jalan untuk menyelamatkan kita dari bencana kelaparan yang hebat ini. Sekarang pergilah. Jemputlah bapa dan seluruh keluarga kita yang lain untuk tinggal di Mesir ini bersamaku."

Saudara-saudara Yusuf saling memandang. Mereka tersenyum dan tertawa lega. Kemudian, setelah saling berpelukan, bertegur sapa, dan bersalaman, mereka kembali ke Kanaan untuk memberitahu Yakub kabar baik ini.

Sedangkan Yusuf? Dia kembali lagi ke singgasana sambil tersenyum, la bersyukur kepada Allah yang telah mewujudkan mimpinya.

3. Cerita Alkitab tentang Tuhan Selalu Sertai

Cerita berjudul Tuhan Selalu Sertai mengandung pesan moral untuk mengurangi rasa khawatir sebab Tuhan akan selalu ada menyertai dan memberkati. Kisah ini dikutip dari buku Renungan Anak: 29 Kisah Alkitab Untuk Anak karya Tim Suara Injil.

Samar-samar terdengar percakapan orang dewasa, celoteh anak- anak, perabotan yang beradu, ringkikan dan lenguh hewan ternak serta derap langkah kaki dari balik bukit. Ternyata itu adalah rombongan Abraham.

Mereka tiba di Tanah Negeb. Abraham memutuskan untuk beristirahat dan tinggal disana selama beberapa waktu. Kemah segera didirikan, mereka membasuh diri dan beristirahat. Tak lupa hewan ternak pun diberi makan dan minum.

Tapi, gembala-gembala Abraham dan Lot berkelahi berebut rumput dan air. Ternyata rumput dan air di sana tidak cukup untuk semua hewan ternak mereka yang jumlahnya banyak sekali.

Abraham sedih mendengar kejadian itu. la mengasihi Lot dan tidak mau mereka bertengkar. Dengan berat hati Abraham mengajak Lot untuk berpisah.

"Lihatlah pemandangan di depan kamu. Kamu boleh pilih daerah mana yang kamu ingin tinggali. Kalau kamu pilih yang kiri, paman akan ke kanan. Kalau kamu pilih yang kanan, paman akan ke kiri."

Abraham menyuruh Lot untuk lebih dulu memilih tempat tinggalnya. Lot senang sekali diberi kesempatan memilih duluan.

Tentu saja ia akan memilih daerah yang subur. "Aku mau Lembah Yordan, Paman. Di sana ada banyak air," kata Lot.

Maka, Abraham dan Lot pun berpisah. Lot tinggal di Lembah Yordan sedangkan Abraham tinggal di tanah Kanaan.

Sesudah peristiwa itu, Tuhan berbicara pada Abraham. Kata-Nya, "Seluruh negeri di timur, barat, utara dan selatan yang kamu lihat ini akan Aku berikan padamu dan keturunanmu selama-lamanya. Setiap tanah yang kamu injak akan jadi milikmu."

Abraham memegang janji Tuhan itu dalam hatinya. Karena sukacitanya, ia mendirikan mezbah bagi Tuhan di dekat Hebron dan berdoa di sana.

Demikian tiga cerita Alkitab Sekolah Minggu untuk dibacakan kepada anak. Contoh cerita di atas dapat memberikan kisah yang menarik untuk Si Kecil ketahui, Bunda.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(rap/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda