Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Jangan Biasakan Anak Mandi Tanpa Busana di Depan Umum, Ini Penjelasan Psikolog

Mutiara Putri   |   HaiBunda

Jumat, 12 Jul 2024 21:25 WIB

Ilustrasi Anak Mandi di Tempat Umum
Ilustrasi Anak Mandi di Tempat Umum/Foto: iStock

Kegiatan berenang adalah salah satu hal yang menyenangkan bagi anak. Biasanya setelah berenang, anak harus membilas tubuhnya dan berganti pakaian.

Meski begitu, pastikan Bunda tidak membiarkan anak mandi atau melakukan bilas tanpa busana di depan umum, ya.Keresahan ini turut disampaikan oleh seorang Psikolog Anak, Remaja, dan Keluarga, Farraas A. Muhdiar.

Melalui laman Instagram-nya, Farraas menegaskan untuk tidak membiasakan anak mandi tempat umum tanpa busana. Sebelumnya, HaiBunda sudah menghubungi Farraas dan diperbolehkan untuk mengutip pernyataannya ini, Bunda.

"Bapak Ibu, kalau lagi ajak anak berenang, pleaaaase biasakan ajak anak mandi di ruang bilas ya!!!," ungkapnya mengutip akun @farraas pada Selasa (2/7/2024).

"Kalaupun kepepet dan harus bilas di tempat umum, pakai saja baju renangnya!! Nanti ganti bajunya melipir ke pojokan, ditutupi handuk!!! Kalau enggak bersih ya enggak apa-apa, mandi saja lagi di rumah," tambahnya.

Kata psikolog soal biarkan anak mandi di depan umum tanpa busana

Farraas mengungkapkan salah satu hal yang bisa menghindari anak dari kekerasan sosial adalah mengajarkan anak tentang batasan tubuhnya. Dengan begitu, Si Kecil menyadari ketika diminta menanggalkan pakaian di depan orang yang tidak berkepentingan.

"Untuk menghindari anak dari kekerasan seksual, salah satu hal yang perlu kita ajarkan adalah batasan tubuh (area mana yang boleh diperlihatkan ke orang lain, area mana yang privat dan hanya boleh disentuh atau diperlihatkan ke orang tua, pengasuh, atau pihak lain yang berkepentingan seperti dokter)," tuturnya.

"Jadi anak akan menyadari ada yang salah kalau nanti ia diminta untuk menanggalkan pakaian di depan orang yang tidak berkepentingan," lanjut Farraas.

Dalam kesempatan yang sama, Farraas juga menegaskan kepada para orang tua untuk menjaga area pribadi anak agar tidak terlihat di tempat publik. Bukan tanpa alasan, tidak ada yang tahu seperti apa wajah predator anak yang tengah mengincar Si Kecil.

"Tentu kita juga perlu menjaga area privat anak agar tidak terlihat di tempat publik karena kita juga enggak tahu siapa saja orang yang ada di sana. Enggak semua orang itu baik, enggak semua predator itu terlihat menyeramkan secara fisik. Jadi kita biasakan saja yuk anak untuk menutup auratnya," ujarnya.

"Jadi please jangan biarkan anak mandi atau buka baju di depan orang yang tidak berkepentingan ya, meskipun cuma omnya sendiri," imbuh Farraas.

Berdasarkan data, ternyata angka kekerasan pada anak masih sangat tinggi baik dari segi fisik, psikologis, maupun seksual. Seperti apa penjelasannya?

Simak selengkapnya pada laman berikutnya, ya.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!


DATA KEKERASAN PADA ANAK DI INDONESIA

A litte girl sitting next to a window with her head down in sadness. Feeling depressed and hurt.

Ilustrasi Kekerasan pada Anak/Foto: Getty Images/iStockphoto/globalmoments

Kasus kekerasan terhadap anak masih tinggi

Setiap orang tua pasti ingin anaknya tumbuh menjadi anak yang sehat baik secara fisik maupun psikis. Namun, kesehatan anak ini akan terganggu ketika mereka mengalami kekerasan.

Sepanjang tahun 2023, kasus kekerasan terhadap anak di Indonesia masih tinggi, Bunda. Hal ini lantas memberikan dampak buruk di segala aspek kehidupan Si Kecil.

Menurut data dari SIMFONI PPA (Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak), total jumlah kasus kekerasan terhadap anak dari Januari hingga November 2023 mencapai 15.120, di mana 12.158 adalah anak perempuan dan 4.691 anak laki-laki.

Banner 9 Resep Sayur Penurun Kolesterol

Data juga menunjukkan jenis kekerasan seksual pada anak masih yang paling tinggi, yakni 9.142 kasus. Menempati posisi selanjutnya adalah jenis kekerasan psikis dan fisik.

Tidak hanya SIMFONI PPA, sumber data lain turut memberikan hasil yang mengejutkan. Sejak aktif di tahun 2021, layanan call center 129 atau SAPA 129, sudah mengumpulkan banyak laporan dari korban dan saksi kekerasan baik pada anak maupun perempuan.

Khusus kasus kekerasan terhadap anak, kenaikan pelaporan terjadi di sepanjang tahun 2023. Bila di tahun 2022 ada 957 kasus, maka di tahun 2023 (Januari-November) naik menjadi 2.797.

Laporan yang diterima paling banyak adalah kasus kekerasan fisik dan psikis, kemudian diikuti dengan kekerasan seksual. Jumlah anak korban kekerasan masih didominasi oleh perempuan.

Demikian informasi tentang kekerasan fisik, psikologis, maupun seksual pada anak, Bunda. Semoga dapat memberikan manfaat, ya.

Jangan lupa lihat juga video tips edukasi seks pada anak sejak dini berikut ini:

[Gambas:Video Haibunda]




(mua/fir)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda