Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Jadwal Imunisasi Bayi Lengkap Sesuai Usia Beserta Jenis, Manfaat, dan Efek Sampingnya

Mutiara Putri   |   HaiBunda

Minggu, 08 Sep 2024 04:00 WIB

Infants crying and receiving vaccinations
Ilustrasi Imunisasi Bayi/Foto: Getty Images/iStockphoto/maruco
Jakarta -

Sistem kekebalan tubuh anak belum terbentuk dengan sempurna, sehingga mereka rentan terserang berbagai penyakit. Untuk mencegah kondisi ini, Si Kecil pun perlu melakukan imunisasi.

Mengutip dari laman resmi, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mencanangkan program wajib imunisasi yang dilakukan secara bertahap. Imunisasi ini diberikan sejak bayi lahir hingga berusia 18 tahun.

Imunisasi ini bertujuan untuk melindungi anak dari penyakit-penyakit menular maupun tidak menular. Dengan imunisasi ini, antibodi akan terbentuk secara alami dan menyerang balik virus yang menyerang.

Banner Ujian Tengah Semester Ganjil

Apa itu imunisasi?

Menurut laman ayosehat.kemkes.go.id, imunisasi adalah suatu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kekebalan tubuh seseorang terhadap suatu penyakit, Bunda. Dengan begitu, jika suatu saat terpapar penyakit tersebut, mereka tidak akan sakit atau hanya mengalami gejala ringan.

Imunisasi sendiri dibedakan menjadi dua, yakni imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan atau booster. Penjelasannya adalah sebagai berikut:

Imunisasi dasar

Imunisasi dasar adalah imunisasi yang harus diberikan pada bayi usia 0 sampai 11 bulan. Beberapa imunisasi yang diberikan pada usia ini adalah hepatitis B, BCG, Polio tetes, DPT, HB, PCV, Rotavirus, Campak Rubela, serta JE.

Imunisasi harus rutin diberikan sesuai dengan jadwal untuk mendapatkan kekebalan tubuh yang optimal. Apabila bayi terlambat mendapatkan imunisasi, Bunda dan Ayah perlu melihat kembali status imunisasi bayi untuk dilengkapi dan melaporkannya kepada bidan maupun petugas imunisasi setempat.

Imunisasi lanjutan (booster)

Imunisasi lanjutan merupakan pemberian dosis tambahan jenis imunisasi tertentu kepada kelompok tertentu. Imunisasi lanjutan ini pun tidak menghapuskan kewajiban pemberian imunisasi dasar pada Si Kecil.

Imunisasi lanjutan sendiri meliputi:

  • 1 dosis DPT, hepatitis B, HiB, dan campak/MR pada usia 18-24 bulan
  • 1 dosis campak dan DT di kelas 1 SD/sederajat
  • 1 dosis Td di kelas 2 dan 5 SD

Manfaat imunisasi bayi

Seperti yang Bunda ketahui, ada beberapa manfaat imunisasi jika diberikan pada bayi. Berikut ini deretannya:

1. Mencegah risiko kematian

Menurut dr. Prima Yosephine, MKM - Plt. Direktur Pengelolaan Imunisasi, Kementerian Kesehatan RI, imunisasi sangat erat kaitannya dengan angka harapan hidup, Bunda. Imunisasi dapat mencegah dua hingga tiga juta kematian setiap tahunnya.

"Ternyata dengan imunisasi, maka kita bisa menekan risiko kematian dua sampai tiga juta setiap tahunnya," kata Prima dalam sebuah konferensi pers, beberapa waktu lalu.

2. Mengurangi resistensi antibiotik

Dokter Prima mengungkapkan bahwa melakukan imunisasi bisa membantu untuk membatasi atau mengurangi terjadinya resistensi antibiotik, Bunda. Hal ini lantaran imunisasi telah mencegah terjadinya penyakit di tahap awal.

"Imunisasi juga membantu mengurangi terjadinya resistensi antibiotik karena kita sudah mencegah penyakitnya dari awal sehingga kita tidak perlu mengonsumsi antibiotik," jelasnya.

3. Mencegah berbagai macam penyakit

Setidaknya ada lebih dari 26 penyakit yang bisa dicegah dengan melakukan imunisasi. Oleh karena itu, imunisasi sangat penting diberikan untuk mencegah bayi terserang penyakit-penyakit ini.

"Imunisasi sendiri saat ini sudah bisa mencegah terhadap 26 penyakit. Walaupun secara program di tahun ini kita bisa mencegah 14 penyakit," papar dr. Prima.

4. Meningkatkan kekebalan tubuh

Melansir dari situs resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), imunisasi bisa meningkatkan sistem kekebalan tubuh pada anak. Dengan begitu, anak mampu melawan penyakit dengan imunisasi tersebut.

5. Meningkatkan kecerdasan

Dalam sebuah konferensi pers, Ketua Panitia Childhood Immunization Update 2023 dan Ketua Satgas Imunisasi IDAI, Prof. DR dr Hartono Gunardi, SpA(K), menjelaskan bahwa imunisasi yang lengkap bisa membuat anak lebih cerdas.

"Kan enak ya kalau punya anak yang pintar. Ada penelitian bahwa anak yang lengkap imunisasinya itu kepandaiannya lebih tinggi dibanding anak yang tidak lengkap imunisasinya," katanya.

Efek samping imunisasi dan cara mengatasinya

Melansir dari laman WebMD, ada beberapa efek samping yang bisa muncul setelah Si Kecil diimunisasi. Berikut ini Bubun bagikan deretannya:

  • Bengkak atau kemerahan pada area yang disuntik
  • Rewel dan mudah menangis
  • Demam ringan
  • Sulit tidur nyenyak

Efek samping ini cukup umum terjadi pada bayi setelah imunisasi dan akan hilang setelah beberapa hari. Namun, jika bayi menunjukkan efek samping parah seperti demam tinggi, sesak napas, alergi berat, atau bengkak di wajah dan leher, peningkatan detak jantung, serta kejang, segera periksakan Si Kecil ke dokter.

Cara mengatasi efek samping imunisasi

Dokter spesialis anak, dr. Mira Dewita, Sp.A, mengatakan ada beberapa cara yang bisa Bunda lakukan untuk mengatasi efek samping usai anak imunisasi. Berikut ini Bubun bagikan ulasannya:

1. Berikan cukup cairan

Hal yang terpenting jika anak dalam keadaan demam adalah memeriksa apakah cairan dalam tubuh Si Kecil tetap tercukupi.

"Berikan cairan lebih banyak. Misalnya anaknya ASI, terus biasanya anak enam bulan sudah makan, ya. Bisa ASI, bisa air putih," tutur dr. Mira kepada HaiBunda, beberapa waktu lalu.

2. Pastikan suhu anak

Usai imunisasi, anak biasanya mengalami demam. Namun, periksa terlebih dahulu suhu tubuh anak, ya. Anak yang demam memiliki suhu sekitar 38 derajat celcius.

"Kalau terjadi demam, pastikan anaknya benar demam atau tidak. Karena kalau demam itu kan harus diukur pakai termometer. Kalau suhunya di atas 37,9 artinya sudah 38 derajat celcius, berarti kan dia demam," kata dr. Mira.

3. Berikan kompres

Ketika terjadi pembengkakan atau merah pada area usai melakukan imunisasi, dr. Mira menyarankan agar Bunda memberikan kompres. Kompres pun baiknya menggunakan air hangat, ya.

"Tapi kalau bengkak, boleh dilakukan kompres dengan air hangat," paparnya kepada HaiBunda dalam kesempatan terpisah, belum lama ini.

4. Gunakan baju yang sesuai

Saat anak demam usai vaksin, jangan pakaikan baju yang tebal dan berlapis. Pakaikan baju satu lapis yang bisa membuatnya nyaman.

"Terus kalau panasnya lagi naik, jangan pakai baju yang tebal yang berlapis-lapis, ya. Nanti makin panas. Pakai bajunya satu lapis saja," ujar dr. Mira.

5. Lakukan skin to skin

Jika ingin, Bunda bisa melakukan skin to skin dengan anak. Namun, jangan paksakan anak jika mereka tidak merasa nyaman, ya.

"Terus cara berikutnya bisa skin to skin dengan orang tuanya. Bagi yang nyaman saja. Kalau anaknya tidak nyaman, ya tidak usah skin to skin," ungkapnya.

Jadwal imunisasi dari bayi baru lahir hingga anak dewasa

Urutan Imunisasi Bayi Baru Lahir, Catat Daftarnya BunIlustrasi bayi diimunisasi/Foto: Getty Images/iStockphoto/comzeal

Bunda bisa melihat jadwal imunisasi lengkap melalui buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak). Berikut ini Bubun bantu rangkumkan deretannya:

1. Imunisasi bayi usia 0-6 bulan

Usia 0 bulan

  • Hepatitis B. Imunisasi hepatitis B idealnya diberikan sedini mungkin sejak bayi lahir.
  • Polio 1. Vaksin polio oral (OPV) diberikan saat lahir, usia 2, 4, 6, 18 bulan (atau usia 2, 3, 4 bulan sesuai program pemerintah), sedangkan untuk vaksin polio suntik (IPV) diberikan pada usia 2, 4, 6-18 bulan, dan 6-8 tahun.

Usia 1 bulan

  • BCG (1 kali). Bacille Calmette-Guérin adalah vaksin untuk tuberkulosis yang dibuat dari baksil tuberkulosis yang dilemahkan dengan dikulturkan di medium buatan selama bertahun-tahun. Imunisasi ini hanya diberikan satu kali.

Usia 2 bulan

  • DTP 1. Imunisasi DTP mencegah penyakit difteri, tetanus, dan pertusis. Pemberian pertama dilakukan saat Si Kecil berusia 2 bulan.
  • Hib 1. Vaksin Hib dapat mencegah penyakit Haemophilus influenzae tipe b (Hib). Haemophilus influenzae tipe b dapat menyebabkan berbagai jenis infeksi. Infeksi ini biasanya menyerang anak-anak di bawah usia 5 tahun.
  • PCV 1. Imunisasi PCV membantu mencegah penyakit pneumokokus, yaitu segala jenis penyakit yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumoniae.
  • Rotavirus 1. Imunisasi rotavirus dapat mencegah penyakit oleh rotavirus. Rotavirus biasanya menyebabkan diare cair yang parah, kebanyakan pada bayi dan anak kecil.
  • Polio 2. Di usia 2 bulan, terdapat pengulangan vaksin Polio.
  • Hepatitis B 2. Di usia 2 bulan, terdapat pengulangan vaksin Hepatitis B sesuai program pemerintah.

Usia 3 bulan

  • DTP 2. Di usia 3 bulan, terdapat pengulangan vaksin DTP.
  • Hib 2. Di usia 3 bulan, terdapat pengulangan vaksin Hib.
  • Polio 3. Di usia 3 bulan, terdapat pengulangan vaksin Polio sesuai program pemerintah.
  • Hepatitis B 3. Di usia 3 bulan, terdapat pengulangan vaksin Hepatitis B sesuai program pemerintah.

Usia 4 bulan

  • DTP 3. Di usia 4 bulan, terdapat pengulangan vaksin DTP.
  • Hib 3. Di usia 4 bulan, terdapat pengulangan vaksin Hib.
  • PCV 2. Di usia 4 bulan, terdapat pengulangan vaksin PCV.
  • Rotavirus 2. Di usia 4 bulan, terdapat pengulangan vaksin Rotavirus.
  • Hepatitis B 4. Di usia 4 bulan, terdapat pengulangan vaksin Hepatitis B sesuai program pemerintah.
  • Polio 4. Di usia 4 bulan, terdapat pengulangan vaksin Polio sesuai program pemerintah.

Usia 6 bulan

  • PCV 3. Di usia 6 bulan, terdapat pengulangan vaksin PCV.
  • Rotavirus 3 (p) Di usia 6 bulan, terdapat pengulangan vaksin Rotavirus apabila vaksin yang digunakan adalah pentavalen.
  • Influenza 1. Vaksin influenza adalah vaksin yang melindungi terhadap empat virus influenza.

2. Imunisasi bayi usia 6-12 bulan

Usia 9 bulan

  • Measles Rubella (MR). Di usia 9 bulan, bayi mendapatkan imunisasi MR. Jika sampai usia 12 bulan belum mendapat imunisasi MR, maka dapat diberikan MMR atau Mumps, Measles, dan Rubella.
  • JE (Japanese encephalitis), untuk mencegah infeksi virus yang ditularkan oleh nyamuk dan menyebabkan radang otak.

Usia 12 bulan

  • PCV 4. Di usia 12 bulan terdapat pengulangan imunisasi PCV yang keempat atau booster.
  • Varisela. Imunisasi varisela diberikan mulai umur 12-18 bulan.
  • Hepatitis A. Imunisasi hepatitis A diberikan dua dosis mulai dari umur 1 tahun.

3. Imunisasi bayi usia 12-24 bulan

Usia 18 bulan

  • Hepatitis B. Di usia 18 bulan anak melakukan pengulangan imunisasi booster hepatitis B atau suntikan kelima.
  • Polio. Di usia 18 bulan anak melakukan pengulangan imunisasi booster polio.
  • DTP. Di usia 18 bulan anak melakukan pengulangan imunisasi booster DTP atau suntikan keempat.
  • Hib. Di usia 18 bulan anak melakukan pengulangan imunisasi booster Hib atau suntikan keempat.
  • Influenza. Di usia 18 bulan dilakukan pengulangan imunisasi influenza. Kemudian, diulang setiap setahun sekali.
  • MR/MMR. Di usia 18 bulan, anak melakukan imunisasi booster MR/MMR.

Usia 2 tahun

  • JE. Di usia 2 tahun anak melakukan pengulangan imunisasi JE atau Japanese Encephalitis. Booster juga bisa diberikan pada saat usia anak 3 tahun.
  • Tifoid. Imunisasi tifoid diberikan untuk mengendalikan demam tifoid. Imunisasi bisa diulang setiap 3 tahun.

4. Imunisasi anak usia 2-18 tahun

Usia 5 tahun

  • DPT. Di usia 5 tahun, anak mendapatkan pengulangan imunisasi DPT yang kelima.
  • Tifoid. Di usia 5 tahun, anak melakukan pengulangan imunisasi tifoid.
  • MR/MMR. Di usia 5 tahun, anak melakukan pengulangan imunisasi MR/MMR.

Usia 9 tahun

  • HPV dosis pertama, bisa diberikan saat BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah) di kelas 5.

Usia 10 tahun

  • Td/Tdap. Anak yang berusia 7 tahun atau lebih menggunakan vaksin Td atau Tdap. Selanjutnya, booster bisa dilakukan pada usia 10 hingga 18 tahun. Booster Td diberikan setiap 10 tahun sekali.

Usia 14 tahun

  • HPV dosis kedua, bisa dilakukan dalam BIAS di kelas 6 SD.

Jenis-jenis imunisasi dasar lengkap

Ada banyak jenis imunisasi dasar dan pelengkap yang bisa diberikan pada anak sesuai dengan usianya. Berikut ini Bubun bantu jabarkan deretannya:

1. Hepatitis B

Bayi yang baru berusia 24 jam sudah bisa diberikan vaksin Hepatitis B. Penyakit satu ini berbahaya karena merusak fungsi hati dan hingga saat ini belum ditemukan pengobatan yang paling ampuh.

Vaksin Hepatitis B terdiri dari empat dosis. Setelah dosis vaksin pertama, akan dilanjutkan dengan jeda sebulan sehingga bayi akan disuntik lagi pada bulan ke-2, ke-4, dan terakhir ke-6.

2. Polio

Saat anak berusia sebulan, saatnya diberikan vaksin polio. Penyakit yang berpotensi menimbulkan kelumpuhan ini bisa diberikan vaksinnya baik melalui mulut (OPV) maupun suntikan (IPV).

3. DTP (Difteri, Pertusis, Tetanus)

Dikutip dari 'Jadwal Imunisasi Anak Umur 0-18 Tahun' rekomendasi dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tahun 2023, vaksin DTP (DTwP atau DTaP) dapat diberikan mulai usia 6 minggu.

DTaP dapat diberikan pada usia 2, 3, 4 bulan atau 2, 4, 6 bulan. Booster pertama dilakukan pada usia 18 bulan. Booster berikutnya usia 5-7 tahun dan 10-19 tahun.

4. BCG

Vaksin BCG biasanya disuntikkan segera setelah lahir atau sebelum berusia 1 bulan. Namun untuk mengejar ketertinggalan, vaksin dapat diberikan saat anak berusia 2-3 bulan.

5. PCV (Pneumococcal Conjugate Vaccine)

Daftar vaksin bayi usia 2 bulan berikutnya yakni PCV alias pneumokokus, yakni gangguan paru-paru taraf sedang-berat yang sulit ditanggulangi jika sudah terkena. Maka dari itu, pemberian vaksin ini sangat disarankan oleh para ahli medis. Vaksin PCV diberikan pada usia 2, 4, dan 6 bulan dengan booster pada usia 12-15 bulan.

6. Rotavirus

Virus Rotavirus yang menyerang pencernaan ini bisa mengganggu tumbuh kembang anak. Untuk mencegahnya, ini termasuk dalam daftar vaksin bayi usia 2 bulan.

Vaksin Rotavirus monovalen (RV1) diteteskan dalam dua dosis, dosis pertama usia 6-12 minggu, dosis kedua dengan interval minimal 4 minggu, paling lambat usia 24 minggu.

Sementara itu, vaksin Rotavirus pentavalen (RV5) diberikan dalam 3 dosis, dosis pertama pada usia 6-12 minggu, interval antardosis 4-10 minggu, dosis ketiga paling lambat usia 32 minggu.

Bagaimana jika anak belum mendapatkan vaksin dan yang harus dilakukan jika terlambat imunisasi

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menjelaskan bahwa imunisasi yang tepat waktu adalah kunci untuk menjaga kekebalan tubuh terhadap penyakit. Namun, imunisasi terjadwal dapat terlewat karena sejumlah alasan khusus.

Ketika anak belum mendapatkan vaksin, Bunda bisa melakukan imunisasi susulan atau imunisasi kejar. Ini merupakan bagian penting dari program imunisasi nasional yang berfungsi dengan baik dan harus dilaksanakan secara berkelanjutan.

Imunisasi kejar mengacu pada tindakan mengimunisasi anak yang karena alasan apapun tidak mendapatkan atau belum menerima dosis imunisasi sesuai jadwalnya.

Apa yang terjadi jika memberi vaksin pada anak yang sakit?

Menurut Prof. Hartono, salah satu kondisi anak tidak boleh mendapatkan imunisasi adalah ketika mereka sedang sakit, Bunda. Tidak hanya sakit ringan, mereka juga tidak boleh diimunisasi ketika sakit berat.

"Keadaan apa yang anak tidak boleh diimunisasi? Yaitu anak yang sedang sakit. Dia sedang sakit diare, demam," jelasnya.

"Jadi anak yang sedang sakit, apalagi dia sakit berat, sesak napasnya, itu tidak boleh diimunisasi," sambungnya.

Melansir dari laman CDC, imunisasi tidak memperburuk gejala penyakit, Bunda. Seperti obat, imunisasi menyebabkan efek samping ringan seperti demam ringan atau nyeri atau pembengkakan di tempat suntikan.

Anak-anak dengan penyakit sedang atau berat dengan atau tanpa demam, baiknya segera divaksin jika mereka sudah pulih.

Hal yang harus diperhatikan jika anak yang sakit divaksin

Menilik dari laman Baby Center, ketika anak akan divaksin dalam keadaan sakit, Bunda bisa bicarakan hal ini dengan dokter untuk mencari tahu kebijakannya. Dengan begitu, Bunda tahu apa yang harus dilakukan.

Ingatlah bahwa waktu imunisasi sangat penting. Semakin cepat anak mendapatkan vaksin, semakin cepat mereka akan terlindungi dari penyakit yang dicegah oleh imunisasi tersebut.

Demikian informasi seputar jadwal imunisasi bayi, Bunda. Semoga bisa memberikan manfaat, ya.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak , yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(mua/fir)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda