
parenting
Usia Berapa Idealnya Anak Diajarkan Menabung dan Literasi Keuangan agar Sukses?
HaiBunda
Senin, 09 Sep 2024 10:56 WIB

Mengajarkan makna menabung pada anak memang harus dilakukan sejak usia dini, Bunda. Dengan begitu, Si Kecil bisa mulai menabung dan 'merdeka' di masa depan.
Bunda dan Ayah mungkin tidak ingin membuat anak merasa kesulitan secara finansial di masa depan. Karena itu, Bunda dan Ayah bekerja keras untuk mewarisi banyak harta pada mereka.
Meski begitu, percaya diri dan melek finansial adalah salah satu kunci akan kesuksesan di masa depan. Ketika anak memahami keuangan, masa depannya akan lebih terjamin, bahagia, dan nyaman.
Ketika Bunda mengajarkan nilai uang kepada anak, hal ini akan membuat anak memahami tentang cara mengelola keuangan yang sehat sejak kecil. Terlebih di era digital saat ini, anak-anak sudah mulai bisa mengakses dan melakukan transaksi secara non-tunai.
Memiliki tanggung jawab finansial yang baik sangat penting untuk membuat hidup anak menjadi sukses. Hal ini karena keterampilan finansial dapat berdampak pada pencapaian penting seperti pernikahan, mendapatkan pekerjaan, bahkan membeli rumah.
Lantas, kapan usia ideal mengajarkan anak menabung dan melek akan literasi keuangan, ya?
Usia ideal anak diajarkan menabung hingga literasi keuangan
Berbicara tentang usia ideal anak diajarkan menabung dan melek akan keuangan menimbulkan jawaban yang berbeda-beda bagi para ahli. Meski begitu, mereka sepakat bahwa semakin dini Bunda mengajarkan anak, maka akan semakin baik.
Menurut ahli, waktu terbaik mengajarkan anak menabung adalah ketika mereka berusia enam tahun. Ini adalah usia di mana anak mulai memahami beberapa konsep keuangan.
Pada usia ini, anak-anak mulai memahami matematika di sekolah dan mampu memahami akibat jika uangnya hilang. Mereka juga menyisihkan uang untuk hal-hal yang sangat mereka inginkan.
Ketika anak berusia tujuh tahun, sebagian besar kebiasaan finansial mereka sudah terbentuk. Anak-anak pun sudah sadar dan ingin tahu lebih jauh tentang uang.
Sementara ahli lain berpendapat agar pembelajaran tentang menabung dan keuangan dimulai di usia lebih muda, yakni tiga atau lima tahun. Di usia ini, anak memiliki kemampuan untuk membuat pilihan dan alasan.
Di usia lima tahun, anak paling mudah menerima pesan-pesan tentang nilai-nilai keluarga yang disampaikan oleh orang tua atau kakek dan neneknya.
Bunda disarankan untuk mengajarkan anak tentang pentingnya menabung hingga mereka berusia delapan tahun. Beberapa hal yang bisa diajarkan adalah nilai uang dan bagaimana pilihan yang diambil dengan uang memiliki dampak.
Ketika usia anak semakin besar yakni delapan hingga 12 tahun, pembelajaran tentang keuangan yang diberikan bisa lebih kompleks. Misalnya jenis uang, kegunaan uang, hingga investasi.
Kemudian, ketika anak memasuki masa remaja yakni usia 12 hingga 15 tahun, mereka bisa diberi lebih banyak tanggung jawab. Misalnya mengelola anggaran kecil mencakup konsep belanja, menabung, dan memahami bagaimana keputusan untuk membelanjakan uang dapat berdampak pada berapa banyak uang yang tersisa di kemudian hari.
Alasan anak perlu tahu literasi keuangan sejak dini
Orang-orang cenderung membuat keputusan yang berhubungan dengan keuangan lebih baik ketika mereka dibekali dengan pengetahuan dan cara kerja uang, Bunda. Karena itu, anak perlu mendapatkan literasi keuangan sejak kecil.
Anak yang membangun kebiasaan literasi keuangan dengan baik cenderung lebih hemat, memiliki dana darurat, dan memiliki rekening pensiun di kemudian hari.
Literasi keuangan juga dikaitkan dengan sikap yang lebih baik terhadap perencanaan pensiun dan kecenderungan yang lebih rendah melakukan pinjaman atau utang. Tidak hanya itu, mereka juga lebih mungkin melakukan investasi saham.
Kesalahan orang tua dalam mengajarkan uang pada anak
Banyak orang tua yang mulai tertarik mengajarkan tentang uang kepada anaknya sejak usia dini. Namun, ada beberapa kesalahan yang mungkin tidak disadari. Berikut ini deretannya.
1. Menghindari topik keuangan
Beberapa orang tua biasanya menghindari topik tentang keuangan. Padahal, Bunda dan Ayah bisa memulainya dengan cara yang sangat sederhana.
Dari iklan di TV hingga iklan tentang aplikasi e-commerce, anak diperkirakan terpapar sekitar banyak iklan setiap hari. Tidak ada salahnya meluangkan waktu untuk melakukan percakapan dengan langkah ini sehingga akan membantu membuka jalur komunikasi yang bermanfaat bagi anak di masa mendatang.
2. Memaksa anak untuk menabung
Pengalaman generasi sebelumnya menunjukkan bahwa semakin banyak Bunda memaksa anak untuk melakukan sesuatu, semakin kecil keinginan mereka untuk melakukannya. Meski manfaat menabung sangat besar, akan lebih membantu mendorong mereka untuk menyisihkan uang daripada memaksanya.
Dalam mengajari cara cerdas mengelola uang, Bunda harus menunjukkan bahwa Bunda berada di pihak mereka. Jika setiap percakapan tentang keuangan dijadikan skenario menang atau kalah, Bunda berisiko merusak hubungan pribadi yang jauh lebih berharga daripada keuntungan finansial apa pun.
3. Membiarkan anak menganggap semua utang adalah utang macet
Bahaya utang memang penting untuk diajarkan pada anak, tetapi Bunda tidak boleh lupa untuk mendiskusikan penggunaan kredit yang bertanggung jawab. Bunda dapat menjelaskan perbedaan antara utang baik (seperti pinjaman pendidikan) dan utang buruk (seperti utang kartu kredit berbunga tinggi).
Ajari anak tentang nilai kredit dan cara membangunnya secara bertanggung jawab. Dengan begitu, anak akan belajar mencapai keseimbangan yang tepat dan membuat keputusan belanja yang bijaksana di masa depan. Bunda juga perlu menekankan untuk membayar tepat waktu dan mengendalikan pengeluaran untuk menjaga kebiasaan kredit yang sehat.
4. Meminta untuk menyimpan rahasia tentang uang
Meminta anak untuk merahasiakan urusan keuangan, seperti menyembunyikan pembelian dari anggota keluarga lainnya, dapat menciptakan hubungan yang tidak sehat dengan uang. Sebaliknya, doronglah komunikasi terbuka dan tekankan bahwa uang adalah alat untuk memenuhi kebutuhan dan mendukung kesejahteraan keluarga.
Ajak anak untuk berbagi pemikiran dan perasaan mereka tentang uang, serta ciptakan lingkungan yang tidak menghakimi di mana semua orang dapat mendiskusikan masalah keuangan dengan jujur dan terbuka.
5. Membayar anak untuk tugas yang seharusnya dilakukan secara gratis
Dalam menjaga ketertiban rumah, buat kesepakatan untuk mengerjakan tugas domestik. Ketika semua orang berpartisipasi dan melakukan bagian mereka, tidak ada yang merasa kewalahan. Itulah yang dinamakan tugas keluarga.
Namun, jika Bunda memutuskan membayar anak untuk menyelesaikan tugas-tugas dasar, Bunda mungkin meremehkan prinsip kebersamaan keluarga. Walaupun pekerjaan rumah menjadi alat yang berguna untuk mengajarkan tanggung jawab pribadi, menegosiasikan imbalan ketika Bunda memerlukan bantuan anak dapat menjadi kontraproduktif.
Daripada menetapkan penawaran imbalan finansial untuk membantu mengerjakan pekerjaan rumah, lebih baik menetapkan sistem tunjangan di luar pekerjaan rumah. Dengan cara ini, Bunda dapat membantu anak memahami perbedaan mendasar antara tanggung jawab pribadi dan pengelolaan keuangan.
Demikian penjelasan tentang ajaran menabung dan literasi keuangan kepada anak, Bunda. Jika anak menabung dari kecil, mereka akan merdeka di masa depan.
(mua/som)TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Parenting
Jangan Tunggu Nanti! Ini Cara Ajarkan Si Kecil Menabung Sejak Dini

Parenting
5 Tips agar Si Kecil Mau Menabung, Jangan Biasakan Diberi Hadiah Bun

Parenting
Bunda, Ini 4 Manfaat Kebiasaan Menabung untuk Masa Depan Anak

Parenting
5 Cara Mengajarkan Anak Tanggung Jawab soal Uang

Parenting
Cara Mengenalkan Uang pada Anak Agar Tidak Materialistis

Parenting
Cara Asyik Mengajari Anak Menabung
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda