Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Penyebab Dermatitis Atopik pada Anak & Cara Tepat Hindari Pemicunya

Dr. dr. Aryono Hendarto, Sp.A (K), MPH   |   HaiBunda

Kamis, 22 Oct 2020 07:41 WIB

Dokter Sisipan
Dr. dr. Aryono Hendarto, Sp.A (K), MPH
Kepala Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM. Dosen senior di Fakultas Kedokteran UI
Kulit bayi gatal, dermatitis atopik
Ilustrasi dermatitis/Foto: Thinkstock
Jakarta -

Dermatitis Atopik menjadi salah satu masalah kulit bayi yang membutuhkan penanganan khusus. Pada kulit bayi yang mengalami Dermatitis umumnya akan terasa gatal dan berwarna kemerahan.

Dermatitis Atopik (DA) atau eksim atopik adalah penyakit atau kelainan kulit paling umum pada anak, terutama pada bayi. Dermatitis Atopik bisa didefinisikan sebagai alergi yang gejalanya terdapat pada kulit yang umumnya berupa eksim sehingga umumnya tidak berbahaya. Sedangkan alergi dapat berbahaya misalnya bila gejalanya berupa sumbatan saluran napas.

Gejala Dermatitis Atopik

Bayi dan anak yang mengalami Dermatitis Atopik biasanya memiliki keluhan dan gejala seperti kulit kering, kemerahan, bersisik, dan gatal pada satu atau beberapa tempat di wajah, leher, lipatan siku/lutut, siku/lutut, pergelangan kaki hilang timbul, dan berlangsung lama (kronik).

Selain itu, cermati juga gejala Dermatitis Atopik pada tiga organ di bawah ini:

1. Gejala pada kulit

Gejala Dermatitis Atopik yang timbul pada kulit antara lain bentol, berwarna kemerahan, dan munculnya rasa gatal.

2. Gejala di saluran napas

Sedangkan gejala di saluran napas antara lain, anak-anak akan merasakan hidung tersumbat, pilek, batuk berulang sampai dengan asma.

3. Gejala di saluran cerna

Dermatitis Atopik pada saluran cerna ditandai dengan gejala terjadinya pruritus (rasa gatal yang bisa meliputi seluruh atau sebagian tubuh seseorang), muntah, kolik, konstipasi (sulit buang air besar), diare, sampai buang air besar berdarah.

Penyebab Dermatitis Atopik

Dermatitis Atopik terjadi akibat interaksi multifaktorial, yaitu faktor genetik (keturunan), lingkungan, gangguan fungsi sawar (pelindung) kulit, faktor imunologik, dan infeksi. Gejala Dermatitis atopik umumnya timbul sebelum usia 6 bulan, walaupun jarang sebelum usia 2 bulan. Pada beberapa anak, Dermatitis ini dapat berlanjut sampai usia dewasa.

Tipe Dermatitis Atopik berdasarkan usia

Secara klinis, Dermatitis Atopik terbagi dalam beberapa kelompok yaitu bentuk infantil (bayi), bentuk anak, dan bentuk dewasa.

Bentuk infantile

Dermatitis pada bayi umumnya berlangsung sampai usia 2 tahun. Pada bayi muda, kelainan kulit ini biasanya terjadi pada daerah di sekitar wajah.

Bentuk anak

Sedangkan pada bayi yang lebih besar, gejala Dermatitis topik akan muncul pada tangan atau kaki. Bentuk anak umumnya terjadi sebagai kelanjutan bentuk infantil yang terjadi sejak bayi.
Bayi yang sudah lebih dewasa akan merasakan kulit kering yang bersifat kronis di sekitar lipatan tangan, di belakang lutut, tangan kaki, dan sekitar kelopak mata.

Bentuk dewasa

Sedangkan bentuk dewasa umumnya terjadi sekitar usia 20 tahun. Umumnya Dermatitis Atopik terjadi di daerah lipatan, muka, leher, anggota badan bagian atas dan kaki dan tangan.

Faktor pemicu Dermatitis Atopik

Faktor pemicu Dermatitis Atopik antara lain:

- Makanan
Untuk mengetahui makanan apa saja yang dapat memicu Dermatitis Atopik dapat dilakukan uji kulit atau pemeriksaan kadar kekebalan di darah yaitu Imunoglobin E (IgE).

- Alergen hirup
Pada anak yang mengalami Dermatitis Atopik, bisa dilakukan pemeriksaan kadar kekebalan (igE) spesifik khusus untuk mengetahui apakah penyebabnya allergen hirup.

- Infeksi kulit
Sedangkan pemicu akibat infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus atau jamur yang dapat diketahui dengan pemeriksaan dokter dan laboratorium (darah).
Cara mencegah Dermatitis topik

Cara mengontrol Dermatitis Atopik bisa dilakukan dengan cara menghindari alergen penyebab seperti misalnya makan, debu, alergen hirup (bisa dari bulu binatang atau jamur). Perhatikan juga faktor lingkungan seperti imunologik dan infeksi, agar tidak memicu kekambuhan. Ini artinya, daya tahan tubuh anak harus tetap dijaga agar tidak kelelahan.

Kelelahan akan menurunkan daya tahan tubuh anak, sehingga memicu timbulnya alergi. Demikian pula anak yang mengalami kelelahan akan mudah terjangkit infeksi yang dapat memicu terjadinya Dermatitis Atopik.

Dermatitis Atopik akibat keturunan

Kemungkinan anak untuk mendapat alergi lebih besar bila kedua orang tua mengalami alergi. Kurang lebih 70 persen anak dengan Dermatitis Atopik, mempunyai riwayat atopi/alergi dalam keluarga. Ibu yang memiliki riwayat atopi, menurunkan kemungkinan atopi lebih besar kepada anaknya dibandingkan Ayah yang juga mengalami atopi.

Anak yang menderita Dermatitis Atopik berat, berisiko berlanjut sampai usia dewasa. Sebanyak 65% diantaranya akan mempunyai gejala asma dan sebanyak 35 persen akan bergejala rinitris alergi (pilek) di kemudian hari.

Cara merawat Dermatitis Atopik

Saat mandi :

- Mandi 1-2 kali sehari dengan menggunakan air hangat kuku (suhu 36-37 derajat Celcius).

- Lama mandi kira-kira 10-15 menit.

- Menggunakan sabun yang mengandung pelembab, pH 5,5-6, tidak mengandung pewarna dan pewangi.

- Mencegah bahan iritan saat mandi, seperti sabun anti-septik.

Setelah mandi:

- Sesegera mungkin (dalam waktu 3 menit setelah mandi), oleskan pelembab ke seluruh kulit kecuali kulit kepala.Cara aplikasi: menggunakan tangan, dioleskan tipis di seluruh permukaan kulit kecuali kulit kepala, apabila kulit terkena air atau bahan lain dalam waktu kurang dari 5 menit setelah pengolesan, prosedur diulang Kembali.

- Memakai pakaian yang ringan, lembut, halus, dan menyerap keringat.

- Mencegah bahan iritan, seperti deterjen, sabun cair pencuci piring, dan desinfektan saat mencuci pakaian bayi.

- Menghindari faktor pencetus alergen, seperti tungau debu rumah, binatang peliharaan, dan serbuk bunga.

- Menjaga suhu ruangan tempat bayi berada agar tidak ekstrim, seperti terlalu panas atau terlalu dingin.

Tindakan pencegahan Dermatitis Atopik

Seperti disebutkan di atas, Dermatitis Atopik dapat disebabkan karena faktor genetik dan lingkungan. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui apakah kedua orang tua juga mempunyai riwayat alergi.

Bila riwayat alerginya makanan, perlu diketahui makanan apa saja yang menyebabkan orang tua alergi. Sehingga, bila suatu saat anak mengalami alergi setelah mengonsumsi makanan, harus merujuk pada makanan apa yang dulu menyebabkan orang tua alergi. Selain itu, penting menghindari alergen makanan misalnya produk laut, atau protein hewani lain seperti telur dan lain-lain.

Anak yang mempunyai risiko alergi dari orang tua, maka harus diperhatikan lingkungan tempat anak beraktivitas. Upayakan agar anak tidak terpapar dengan alergen, seperti asap rokok, bulu binatang, dan karpet.

Pengobatan Dermatitis Atopik

Dermatitis Atopik dapat diobati dengan dua cara, yaitu pengobatan topical dan pengobatan sistemik. Tujuan pengobatan topical adalah untuk mencegah kulit menjadi kering dan mengatasi peradangan yang terjadi.

Kulit kering dapat diatasi dengan mandi menggunakan sabun lunak tanpa pewangi. Meskipun beberapa pakar berpendapat mandi dapat memperburuk kekeringan, tapi di pihak lain dapat mencegah terjadinya infeksi sekunder misalnya karena bakteri.

Tidak dianjurkan untuk menggunakan sabun yang bersifat alkalis. Pemberian pelembab penting untuk menjaga kulit tetap lembab. Bunda bisa memilih produk pelembab dengan bahan dasar lanolin, krim air dalam minyak atau urea 10 persen dalam krim.

Bila sudah terjadi peradangan pada kulit atau dermatitis terjadi cukup luas maka sebaiknya berobat ke dokter.

Kapan Dermatitis Atopik anak Harus dibawa ke dokter?

Anak dengan gejala dermatitis berat dan tidak dapat diatasi dengan pengobatan untuk daerah kulitnya harus segera dibawa ke dokter. Biasanya bayi atau anak merasakan gatal hebat pada kulitnya, sehingga membuat mereka tidak dapat tidur atau bahkan mengganggu nafsu makannya.

Keadaan lain yang menyebabkan anak harus di bawa berobat ke dokter adalah bila kelainan kulitnya sudah disertai dengan infeksi, apalagi bila disertai demam. Keadaan seperti ini harus diwaspadai karena bisa saja infeksinya meluas ke seluruh tubuh sehingga anak menjadi sakit berat (sepsis).

Bunda pernah punya pengalaman yang sama? Share yuk cara menangani Dermatitis Atopik pada bayi atau anak di kolom komentar. Bagi Bunda yang mempunyai pertanyaan seputar Dermatitis pada anak juga bisa langsung bertanya kepada DR.dr. Aryono Hendarto, SpA(K),MPH dengan komentar di bawah ini.

DR.dr. Aryono Hendarto, SpA(K),MPH. merupakan dokter spesialis anak yang bertugas di RSCM dan sebagai dosen di FKUI.
Aryono merupakan konsultan nutrisi anak dan saat ini menjabat sebagai Kepala Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI- RSCM.

Selain Dermatitis Atopik, kenali bentuk masalah kulit lainnya dalam video di bawah ini yuk, Bunda:

[Gambas:Video Haibunda]



(rap/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda