Jakarta -
Sudah semestinya rumah jadi tempat paling nyaman buat seseorang baik dewasa maupun
anak-anak ya, Bun. Walaupun, ada juga sih keluarga yang anggotanya justru nggak betah di rumah. Merasa lebih senang ketika berada di luar rumah hingga akhirnya, waktu bareng keluarga di rumah sedikit.
Ini pernah dialami bunda tiga anak bernama Firli ketika putri bungsunya lebih senang bermain di rumah sang teman ketimbang bermain di rumah. Padahal, Firli sudah membolehkan putrinya itu ngajak teman-temannya main di rumah. Aku lebih seneng main di rumah teman aku, begitu alasan si bungsu saat menolak tawaran mengajak temannya bermain di rumah.
"Setelah pulang sekolah, dia makan habis gitu nggak tidur siang. Main sampai sore kebanyakan sih di rumah temannya. Padahal mainan dia banyak dan di rumah ada saya. Nggak tahu kenapa ya. Ibaratnya kalau nggak saya suruh pulang, bisa main sampai Maghrib kayaknya tuh. Itu berlanjut sampai dia kelas 4 SD karena kegiatannya udah banyak lama-lama anak saya lebih sering di rumah, udah jarang main," tutur Firli.
Bunda pernah mengalami hal serupa sama Bunda Firli? Si kecil perasaan nggak betah banget sih di rumah. Mainan banyak dan bisa dibilang bermerk tapi justru anak lebih suka main di rumah temannya dengan mainan yang sebetulnya sederhana. Hmm, kalau kayak gitu kita perlu bercermin nih, Bun. Kata psikolog keluarga Dessy Ilsanty, bisa jadi anak nggak betah di rumah karena dia nggak merasa nyaman di rumah.
Kata Dessy, idealnya setiap anggota keluarga bisa merasa nyaman saat beraktivitas di rumah lho. Nah,
anak merasa nggak nyaman di rumah bisa aja karena bunda atau ayahnya terlalu 'cerewet' dan banyak mengatur misalnya. Atau, bunda sama ayah lagi ada konflik sehingga suasana rumah jadi nggak nyaman.
Untuk menciptakan suasana yang nyaman sehingga anak betah di rumah, Dessy bilang yang bisa kita lakukan sebagai orang tua adalah coba berpikir dari sudut pandang anak-anak. Karena, gimana pun kita kan pernah jadi anak-anak tapi sebaliknya, anak-anak belum pernah nih, Bun, jadi orang tua. Ya nggak?
"Seringnya kita lupa kalau dulu pernah juga jadi anak-anak. Jadi pas nerapin aturan harusnya begini begitu, nggak ingat kalau kita jadi anak terus terapkan aturan kayak gini enak apa nggak ya, bisa ngejalanin nggak ya. Harus dibayangkan. Untuk tahu itu, diskusikan sama anak," tutur Dessy ditemui usai Perayaan 95 Tahun Frisian Flag Indonesia di Gandaria City, Jakarta Selatan, Jumat (24/11/2017).
Terus, Bun, jangan sungkan untuk nanya ke anak apa sih yang bikin mereka nyaman di rumah. Misalnya nonton TV, kata Dessy boleh aja anak nonton TV terus kita temani. Tapi, selama itu pula buat interaksi dan komunikasi sama anak. Ketika anak udah lebih besar, kita bisa menerapkan gantian membuat anggota keluarga senang.
Jadi, minggu ini kita ikuti apa yang disenangi ayah, minggu depan melakukan apa yang disenangi bunda, kemudian apa yang disenangi kakak dan adik. Tapi, kalau ada satu kegiatan yang bisa dilakukan bareng-bareng dan bikin semua anggota keluarga senang, kata Dessy oke banget tuh, Bun.
"Dengan bergantian,
anak jadi ngerti di keluarga ada ayah, bunda, kakak, adik yang semuanya harus merasakan senang secara bergantian. Ketika anak terpaksa nurutin, kita hargai dia. Jadi supaya anggota keluarga merasa senang nggak harus dalam satu waktu kok kalau memang nggak bisa," tutur Dessy.
Yang pasti, apa yang ingin kita lakukan disesuaikan sama kemampuan masing-masing anggota keluarga ya, Bun. Prinsip negosiasi dan diskusi tetap dikedepankan sehingga keputusan yang diambil nantinya bisa bikin tiap anggota keluarga nyaman atau dengan kata lain ditemukan win-win solution-nya.
(rdn)