Jakarta -
Pernah nggak sih, Bun, kesulitan meminta anak
belajar? Atau merasa anak kok main mulu dan bingung deh kapan belajarnya? Hmm, ada baiknya kita tanya atau ngomong baik-baik sama anak, Bun. Ini belum tentu anak nggak belajar, tapi bisa jadi mereka belajar dengan 'style'nya sendiri.
Zaman sekarang nggak sedikit lho anak-anak yang belajar di luar ruang belajar seperti kafe atau tempat makan. Kadang hal ini bisa jadi masalah di beberapa keluarga. Namun, kata psikolog anak, Ajeng Raviando, gaya belajar pada prinsipnya kembali lagi ke gaya masing-masing anak. Nah, gaya belajar kita dulu bisa jadi nggak 'match' saat diaplikasikan ke anak-anak zaman sekarang.
 Jangan paksakan gaya belajar kita ke anak. Foto: thinkstock |
"Itu juga yang menimbulkan kekhawatiran sendiri apakah anak bisa fokus dengan belajar seperti itu, misal belajar di kafe, sambil dengar musik dan lainnya. Yang seperti ini penting nih sama-sama kasih pemahaman tentang gimana baiknya cara belajar, nggak cuma anak, kita juga butuh pemahaman baru," papar Ajeng saat ngobrol dengan HaiBunda.
Lho, kenapa kita yang orang tua juga perlu pemahaman baru soal gaya belajar anak? Kata Ajeng, karena zamannya sekarang sudah beda. Ajeng mengatakan anak-anak sekarang sudah terbiasa multitasking kok. Sehingga, orang tua nggak bisa memaksa pakai cara anak harus belajar di kamar yang sunyi. Ya, karena anak-anak sekarang terbiasa dengan stimulasi dari sumber lain dan ada banyak hal lain yang membuat mereka terbiasa.
"Di saat seperti itu sebenarnya anak udah tahu kok mana prioritasnya, apa yang harus dibuat dulu. Tentu aja kalau orang tua nggak sadar atau nggak tahu hal itu, kita jadi 'gemas' sama anaknya karena merasa anak main mulu. Padahal justru itu cara dia belajar," imbuh wanita yang sudah menjadi psikolog selama 15 tahun ini.
Alhasil, bukan nggak mungkin orang tua jadi ngeluh, 'Kok anak gini, kok anak gitu', 'Kan harusnya belajar itu begini' dan sebagainya. Padahal justru dengan gaya belajar tersebut anak lebih konsentrasi.
 Anak punya gaya belajar masing-masing. Foto: thinkstock |
'Misal, anak dengan gaya belajar auditori. Dia mungkin butuh musik untuk bisa menyerap
pelajaran, ada juga yang tipe audiovisual yang lebih senang belajarnya dengan film tapi bukan nonton film di luar pelajaran ya," tutur Ajeng.
Ada banyak kok film-film dokumenter yang bisa dipelajari anak dari situ seperti National Geographic dan lainnya. Anak lebih menyerap materi dengan cara belajar seperti itu karena merasa yang dipelajarinya lebih 'hidup' dan mungkin lebih dekat dengan imajinasi dan pikiran sehingga mereka lebih mudah menyerap materinya.
Hal-hal yang seperti itulah yang kadang membuat orang tua masih merasa tabu melihat cara belajar anak zaman sekarang. Karena itu, Ajeng menekankan mindset orang tua juga perlu diubah supaya bisa mengakomodasi anak dengan lebih baik. Karena kalau beda persepsi, kadang kala malah jadi konflik.
"Orang tua ngomel, 'Kamu tuh nggak pernah belajar', nggak pernah ini nggak pernah itu. Sehingga anak yang tadinya lagi belajar jadi ogah-ogahan karena udah 'di-judge' duluan," tutur Ajeng.
Itu merupakan keluhan utama orang tua, karena terbiasa dengan gaya belajar zaman dulu yaitu di tengah suasana sunyi, gaya belajar anak zaman sekarang yang terbiasa dengan distraksi dianggap menghalangi proses belajar anak. Padahal, nggak melulu seperti itu.
"Kecuali ketika kita bisa mengidentifikasi kayak misal, ternyata anak udah diturutin gaya belajarnya tapi ternyata hasil belajarnya nggak signifikan dengan apa yang sudah dikeluarkan effort-nya di situ kita bisa menganalisis lagi apa sih yang terbaik untuk anak," kata Ajeng.
Yang perlu diingat, ketika anak belajar dengan cara yang dia senangi, anak bisa lebih mudah menyerap materi. Sehingga, kita juga perlu legowo, Bun, ketika cara belajar kita dulu rasanya nggak cocok dengan anak. Pastinya, orang tua juga perlu mengakomodir apa yang dibutuhkan anak saat
belajar supaya mereka bisa menyerap materi dengan baik.
(rdn)