Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Tanda-tanda Anak Emotional Eating dan Cara Mengatasinya

Radian Nyi Sukmasari   |   HaiBunda

Minggu, 16 Sep 2018 07:58 WIB

Emotional eating juga bisa terjadi pada anak-anak, Bun. Ini tanda-tanda dan cara mengatasinya.
Ilustrasi anak emotional eating/ Foto: thinkstock
Jakarta - Emotional eating alias makan demi menyamankan diri dan bukan karena lapar juga bisa dialami anak-anak. Sebagai orang tua, Bunda dan Ayah perlu banget mengetahui tanda anak yang mengalami emotional eating. Ketika anak dipastikan mengalaminya, penanganan pun perlu dilakukan.

Psikoterapis keluarga dan penulis buku 'The Self-Aware Parent' Dr Fran Walfish mengatakan jika anak mengalami peningkatan berat badan disertai kecemasan, kesedihan, dan menarik diri, bisa jadi mereka mengalami emotional eating. Namun, Fran menekankan bukan berarti anak dengan emotional eating nggak punya kemauan untuk menyelesaikan masalahnya.

"Anak-anak seperti ini terbiasa atau mencontoh alih-alih berusaha keluar dari masalahnya mereka membuat dirinya nyaman dengan makan es krim atau puding. Jika orang tua mencurigai anak mengalami emotional eating, jangan bertindak kasar apalagi memarahi mereka," tutur Fran kepada Romper.



Fran menyarankan, cobalah jujur pada diri sendiri seberapa berat situasi di rumah hingga membuat anak stres. Setelah itu, jadilah model untuk anak. Ya, model menerapkan pola makan yang sehat dan terbiasa mengungkapkan kecemasan atau perasaan nggak nyaman, Bun. Dengan bisa berbagi pada orang tua tentang perasaannya, anak bisa terhindar dari risiko cemas berlebih.

Kemudian, sediakan pilihan makanan sehat. Sehingga, saat anak perlahan 'lepas' dari emotional eating-nya dia masih mendapat asupan makanan yang sehat. Dengan kata lain, orang tua mengatasi emotional eating anak pelan-pelan dan nggak secara langsung. Sebuah studi yang diterbitkan di The American Journal of Clinical Nutrition menemukan emotional eating juga bisa jadi akibat dari anak yang meniru orang tuanya atau bahkan karena pembiasaan.

Anak yang sering mendapat makanan sebagai reward disebut lebih mungkin mengalami emotional eating. Kemudian, bila anak sering dilarang makan makanan tertentu dengan alasan kesehatan dan mendapat tekanan saat makan, mereka lebih mungkin makan sembarangan untuk mengatasi stres yang dirasa.
"Supaya anak nggak menerapkan emotional eating, orang tua harus mengevaluasi diri apakah selama ini menerapkan emotional eating. Jangan lupa, bimbing anak mengasup makanan sehat dan mengelola emosi serta kecemasannya dengan baik," kata salah satu peneliti dikutip dari Time.

(rdn/nwy)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda