Jakarta -
Ada perasaan yang berubah kepada pasangan setelah punya anak? Begini saran psikolog agar mempertahankan
pernikahan tidak hanya sebatas tanggung jawab, setelah punya anak.
Menurut psikolog dan co-founder TigaGenerasi, Saskhya Aulia Prima, sebenarnya menyikapi perasaan cinta yang berubah menjadi tanggung jawab setelah memiliki anak itu balik ke pola pikir pribadi masing-masing. Cinta masih akan terus bersemi, selama pasangan sudah siap mental dan fisik untuk menjalani komitmen.
"Makanya kalau mau punya anak itu sebaiknya persiapan mental, bukan hanya fisik. Dua-duanya udah siap belum punya anggota baru untuk diurus 24 jam. Jadi bukan perkara
menikah supaya halal, kelar semua, nggak kaya gitu," ujar Saskhya dalam diskusi bertajuk 'Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Menyambut Kelahiran Anak' di Equity Tower, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.
Lebih lanjut Saskhya menjelaskan, salah satu cara untuk mempertahankan cinta terhadap pasangan yaitu dengan mengenal bahasa cinta. Yang harus selalu diteruskan walaupun sudah punya anak.
"Maksudnya pasangan kita ngerasa disayang kalau seperti apa. Ada pasangan yang ngerasa disayang kalau kita keep making surprises, tiba-tiba pulang ada bunga. Ada yang bahasanya misal dipeluk, ada juga yang suka digangguin kalau kerja," tutur Saskhya.
Saskhya juga menyarankan untuk membiasakan diskusi lebih sering dengan pasangan. Untuk tahu apa yang sudah baik, apa yang mesti diperbaiki, dan diimprove dalam hubungan.
"Masalah terbit ketika pola diskusi kita beda. Ketika suami ngomong blak-blakan, istri baper, sementara maksud suami bukan untuk nyakitin hati, tapi istri ngira kok ngomongnya kaya gitu. Nah itu kurang latihan diskusi," jelas Saskhya.
Dan yang terakhir, Sassy menegaskan untuk belajar ikhlas. Tidak semua diukur dengan benar dan salah.
"Kalau kita punya rezeki
anak, ya ikhlas, jangan semua diukur ketika diskusi atau berantem yang bener siapa, salah siapa, nggak kaya gitu, tapi yang mana yang baik buat semuanya," tutup Saskhya.
(yun)