Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

trending

7 Fakta ABG Bunuh Bocah di Jakpus, Hobi Nonton Horor dan Gambar Slenderman

Annisa Karnesyia   |   HaiBunda

Senin, 09 Mar 2020 19:19 WIB

Seorang ABG 15 tahun mengaku telah membunuh bocah 5 tahun karena dorongan dalam hati. Berikut fakta-fakta mengejutkan tentang kasus ini.
Ilustrasi pelaku kekerasan/ Foto: Getty Images/iStockphoto/M-A-U
Seorang ABG perempuan berinisial N (15) menjadi pelaku pembunuhan bocah 5 tahun di Sawah Besar, Jakarta Pusat. Berita ini kemudian menarik perhatian publik karena berbagai barang bukti yang ditemukan, Bun.

Pembunuhan sendiri terjadi di kediaman N. Korban adalah teman adik pelaku yang sedang bermain di rumahnya. Dilansir detikcom, berikut fakta-fakta mengejutkan dari kasus pembunuhan ini.


1. Korban ditenggelamkan dalam bak mandi

Pelaku N membunuh korbannya dengan menenggelamkan ke dalam bak mandi. Sebelumnya korban yang sedang berada di rumah pelaku, diajak ke kamar mandi dengan alasan akan mengambil mainan.

Pembunuhan terjadi pada Kamis (5/2/2020) sore. Saat itu, ibu N sedang menjual gorengan bersama ibu korban. Setelah korban meninggal, pelaku membungkusnya dengan kain seprai dan menyimpannya di dalam lemari.

Klik next untuk lihat fakta lainnya.

Bunda, simak juga cara membuat anak meninggalkan gadget, di video berikut:

[Gambas:Video Haibunda]

Suka nonton film horor

Ilustrasi kekerasan/ Foto: Ilustrator Mindra Purnomo

2. Pelaku datang ke polisi dan mengakui perbuatannya

Jumat (6/3/2020) pagi, N datang langsung ke Polsek Tamansari sekitar pukul 10.00 WIB untuk menyerahkan diri. Kepada polisi, dia mengaku telah melakukan pembunuhan di rumahnya.

"Datang sendirian, bilang ke petugas jaga 'Pak saya habis membunuh'," Kapolsek Tamansari Kompol Abdul Ghafur.

3. Korban sempat dicari di rumah pelaku

Ketua RT setempat mengatakan korban dilaporkan hilang sejak Kamis (5/3/2020) sore. Menjelang magrib, orang tua korban mencari bahkan di rumah pelaku. Pada pukul 23.00 WIB, orang tua korban melapor ke Polsek Sawah Besar.

4. Suka nonton film horor

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus mengatakan jika pelaku suka menonton film horor 'Chucky'. Film itu sendiri menceritakan karakter boneka mainan yang hidup dan suka membunuh.

"Dia sering menonton film horor 'Chucky'. Dia senang menonton film horor, itu memang hobinya," kata Yusri.

Cek halaman selanjutnya ya, Bunda.

Pelaku alami broken home

Ilustrasi kekerasan/ Foto: DW (News)

5. Tak ada motif

Menurut Yusri, N membunuh tanpa memiliki motif khusus. Namun, pelaku mempunyai dorongan kuat untuk membunuh korban saat melihatnya.

"Pengakuan yang bersangkutan, dia yang membunuh karena ada dorongan dalam hati," ujar Yusri.

"Tiba-tiba timbul perasaan ingin membunuh dan, pada saat lihat korban, dipanggil," sambungnya.

6. Ditemukan catatan dan gambar di rumah pelaku

Polisi menemukan sejumlah catatan dan sketsa di rumah pelaku. Catatan berisi tentang ayahnya, sedangkan ada sketsa wanita terikat, wanita menangis dalam cengkeraman tangan, anak lelaki, dan slenderman.

Coretan-coretan tangan pelaku menuliskan soal ayahnya, di antaranya:

"Please dad...don't make me mad, if you not want death. I will make you go to grave."

"My dad is my crush, i want to leave my dad or my dad is death."

"Keep calm daddy bondage and give me torture."

Wakapolres Jakpus AKBP Susetyo Purnomo Condro menyebut pelaku sudah menggambarkan 'pembunuhan' sebelum mengeksekusi korban. Menurutnya, pelaku juga cukup cerdas karena curhatan ditulis dalam bahasa Inggris.

"Apa yang dilakukan hari ini sudah tergambar ini, adalah gambar seorang wanita dengan terikat," kata Susetyo.

7. Pelaku alami broken home

Hingga kini kasus pembunuhan yang dilakuakn N masih didalami pihak kepolisian. Yusri mengatakan keluarga pelaku mengalami broken home.

"Memang dia tinggal sama bapak kandung dan ibu tiri. Karena bapak dan ibunya sudah bercerai," kata Yusri.

"Bagaimana proses perceraiannya, bagaimana hubungan dengan orang tuanya masih kita dalami," lanjutnya.

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) merasa prihatin atas kasus pembunuhan ini. KPAI mendorong agar anak pelaku mendapatkan rehabilitasi psikologi.

"Kondisi keluarga yang tidak bahagia dan tidak beruntung jelas membuahkan masalah psikologis personal dan penyesuaian diri yang terganggu pada diri anak-anak, sehingga mereka mencari kompensasi di luar lingkungan keluarga guna memecahkan kesulitan batinnya dalam bentuk perilaku delinkuen," kata Komisioner KPAI Retno Listyarti.


(ank/rdn)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda