HaiBunda

TRENDING

Tega Bunuh Putranya, Pesepakbola Turki Akui Tak Pernah Cinta Sejak Lahir

Muhayati Faridatun   |   HaiBunda

Senin, 18 May 2020 18:45 WIB
Ilustrasi anak sakit/ Foto: Getty Images/iStockphoto/kan2d
Jakarta -

Kasim, seorang bocah laki-laki di Turki harus meregang nyawa di usia 5 tahun. Sungguh memilukan karena ternyata ia dibunuh ayah kandungnya sendiri, Cevher Toktas. Bunda tentu sulit membayangkan bagaimana ini bisa terjadi.

Pada 4 Mei 2020 lalu, Toktas yang berprofesi sebagai pesepakbola menyerahkan diri pada polisi. Dilaporkan, pria 32 tahun itu mengaku menghabisi nyawa putranya.

Ia mengatakan, pada 23 April, Kasim menjalani perawatan di rumah sakit lantaran demam dan batuk. Sempat ada dugaan gejala COVID-19, tapi setelah dites hasilnya negatif. Demikian dilaporkan kantor berita Turki, Anadolu.


Dilansir media Spanyol, AS, setelah membunuh putranya, Toktas sempat memanggil perawat untuk meminta bantuan. Ia mengaku pada perawat kalau putranya mengalami kesulitan bernapas. Setelah dua jam kemudian, Kasim dinyatakan meninggal dunia.

"Saya memanggil dokter agar mereka tidak curiga," aku Toktas, dikutip dari People.

Chever Toktas/ Foto: Instagram

Tak hanya tega membunuh darah dagingnya sendiri, Toktas bahkan mengaku tidak pernah mencintai putranya. Benar-benar sulit dipercaya ya, Bunda.

"Saya tidak pernah mencintainya, bahkan sejak dia lahir. Saya tidak bisa mengatakan alasannya, saya tidak punya masalah mental," tutur Toktas, yang merumput bersama klub amatir Turki, Bursa Yildirimspor.

Menurut informasi, penyelidikan kasus pembunuhan ini masih berlangsung dan jasad Kasim sudah diautopsi. Tapi, belum ditentukan kapan akan dilakukan olah tempat kejadian perkara (TKP).

Dikatakan psikolog Dale Hartley, Ph.D, MBA, seorang ayah yang tega membunuh anaknya sendiri ini berada dalam krisis catathymic. Ini adalah individu yang mendendam dan merenungkan keluhan sampai sangat terobsesi dan fokus pada diri sendiri secara patologis.

"Ini kemungkinan besar ketika seseorang sudah terganggu secara psikologis. Jika tidak mendapat bantuan dan tidak membiarkan masalah itu selesai, obsesinya akan menumpuk jadi disonansi kognitif yang dipicu amarah, sehingga orang itu mengalami keadaan disosiatif atau psikotik," jelas Hartley, dikutip dari Psychology Today.

Menurut Hartley, pembunuh cenderung memiliki masalah kesehatan mental. Itulah yang mendasari dan membuat pelaku rentan terhadap perenungan, kemarahan, obsesi dan suasana hati, serta emosi 'beracun' lain yang menimbulkan masa krisis.

Bunda, simak juga manfaat mengajari anak bela diri sejak dini, dalam video berikut ini:

(muf/muf)

TOPIK TERKAIT

ARTIKEL TERKAIT

TERPOPULER

Film Agak Laen: Menyala Pantiku! Pecah Rekor, Intip Sisi Hangat Para Pemain Bersama Anak

Mom's Life Natasha Ardiah

Bisa dilakukan di Rumah, Ini 5 Cara Efektif Mengurangi Rambut Rontok

Mom's Life Ajeng Pratiwi & Muhammad Prima Fadhilah

5 Resep Macaroni Schotel Kukus Rumahan yang Lembut dan Enak

Mom's Life Amira Salsabila

Insanul Fahmi Percaya Diri Bisa Adil Poligami, Wardatina Mawa Tetap Mantap Ajukan Cerai

Mom's Life Amira Salsabila

Kisah Bunda Tetap Mengandung meski Bayinya Tak akan Bertahan, Alasannya Sungguh Mulia

Kehamilan Annisa Aulia Rahim

REKOMENDASI
PRODUK

TERBARU DARI HAIBUNDA

Deretan Prestasi Indonesia Sepanjang 2025 di Bidang Olahraga

5 Resep Macaroni Schotel Kukus Rumahan yang Lembut dan Enak

20 Rekomendasi Wisata Semarang untuk Keluarga yang Ramah Anak

Bisa dilakukan di Rumah, Ini 5 Cara Efektif Mengurangi Rambut Rontok

Film Agak Laen: Menyala Pantiku! Pecah Rekor, Intip Sisi Hangat Para Pemain Bersama Anak

FOTO

VIDEO

DETIK NETWORK