Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

trending

Duh! Kalau Indonesia Resesi, Siap-siap Bunda Bisa Kena PHK

Yuni Ayu Amida   |   HaiBunda

Senin, 10 Aug 2020 18:51 WIB

Ilustrasi keuangan keluarga karena Corona
Duh! Kalau Indonesia Resesi, Siap-siap Bunda Bisa Kena PHK/ Foto: Getty Images/iStockphoto/CentralITAlliance
Jakarta -

Saat ini Indonesia disebut-sebut berada di ambang resesi ekonomi, Bunda. Seperti yang sudah dialami beberapa negara, di antaranya Singapura, Korea Selatan, dan Filipina.

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2020 tercatat minus 5,32 persen. Melihat hal ini, Ekonom Senior INDEF Aviliani menjelaskan bahwa resesi bukanlah akhir dari segalanya.

Terjadinya resesi sendiri akibat dari pertumbuhan ekonomi selama dua kuartal berturut-turut minus. Hanya saja, salah satu dampak resesi yang mungkin akan dirasakan masyarakat, terutama para pekerja yakni akan terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK).

"Itu bukan seolah dunia ini kiamat kalau resesi. Ciri-cirinya apabila dua kuartal berturut-turut negatif itu resesi. Nah kalau dua kuartal negatif ini banyak perusahaan yang harus mengefisienkan biayanya karena itu harus PHK orang," kata Aviliani.

PHK atau mungkin pemangkasan gaji ini nantinya tentu bisa mengganggu penghasilan masyarakat. Itu sebabnya masyarakat diminta bersiap-siap jika nantinya kena PHK. Masyarakat sudah harus tahu bagaimana mengatur keuangan, setidaknya agar hidup aman sampai kondisi membaik.

Sementara itu, untuk usahawan tentu harus memutar otak, agar usahanya tetap berjalan. Kata Aviliani, jika memang terjadi resesi jangan diam saja dan menunggu waktu.

Aviliani menilai pemerintah saat ini memang lambat membelanjakan stimulus baru 20 persen, padahal seharusnya sudah 60 persen. Hal ini disebabkan COVID-19 membuat orang mengurangi belanja. Padahal konsumsi dan belanja itu dibutuhkan untuk mendorong pertumbuhan.

"Sekarang orang-orang kaya ini punya uang di bank, terlihat dari pertumbuhan dana pihak ketiga yang mencapai 8 persen. Konsumsinya enggak banyak mereka," tuturnya.

Ilustrasi pria di-PHKIlustrasi pria di-PHK/ Foto: iStock

Lebih lanjut, Aviliani mengatakan bahwa ekonomi Indonesia diproyeksi akan membaik pada kuartal IV tahun ini. Hal ini karena banyak stimulus yang digelontorkan oleh pemerintah, demikian dilansir detikcom.

Bicara soal PHK, Financial Planner dari QM Financial, Ligwina Hananto menyarankan agar Bunda memperhatikan beberapa hal jika tulang punggung keluarga terkena PHK.

"Nomor satu kita lihat dulu, dapet pesangon atau engga? Sering banget orang dapet pesangon bakal kaget karena uangnya banyak. Lalu dipakailah untuk beli TV baru, mobil baru, dan lain sebagainya. Tapi saat ini kondisinya darurat," kata Ligwina.

Ligwina menjelaskan saat kita ada pesangon, setidaknya pesangon itu menutupi tiga hal.

"Pertama, adalah bayar utang. Kedua, saat di-PHK ada fasilitas kantor yang hilang seperti asuransi kesehatan. Jika ini hilang maka harus dicarikan penggantinya. Ketiga, hitung pengeluaran keluarga lalu lihat berapa persen yang bisa dijadikan dana darurat," ujarnya.

Kemudian jika dapat uang pesangon maka sisihkan uang tersebut lalu simpan di bank pembayar KPR sebanyak tiga bulan cicilan sehingga kita bisa tenang berpikir selama durasi waktu tersebut.

Nah, untuk asuransi kesehatan yang hilang, maka harus dicari penggantinya karena kesehatan adalah modal utama dari seseorang mencari modal dan menjadi tulang punggung keluarga. Sedangkan yang ketiga mengenai dana darurat adalah dana darurat yang aktif dipakai.

"Misalnya biaya hidup kita Rp5 juta sebulan dan ada pesangon Rp50 juta, berarti kita ada perhitungan Rp5 juta dikali tiga bulan adalah biaya hidup. Baru sisanya digunakan jika mau bisnis atau modal usaha," ujar Ligwina.

Yang terpenting adalah jangan sampai uang pesangon 100 persen digunakan untuk modal usaha yang risikonya sangat tinggi.

Simak juga video soal gara-gara PHK ini:

[Gambas:Video Haibunda]



(yun)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda