Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

trending

Tora Sudiro Blak-blakan soal Masa Kecil, Akui Pernah Jadi Korban Kekerasan

Annisa Karnesyia   |   HaiBunda

Senin, 26 Oct 2020 20:38 WIB

Tora Sudiro di acara Blak-Blakan di detikcom.
Tora Sudiro Blak-blakan soal Masa Kecil, Akui Pernah Jadi Korban Kekerasan/ Foto: Asep Syaifullah
Jakarta -

Tora Sudiro selama ini selalu bungkam soal cerita masa kecilnya. Pria 47 tahun itu ternyata menyimpan kisah kelam saat kecil, Bunda.

Belum lama ini, Tora blak-blakan bercerita tentang masa kecilnya yang sering mengalami kekerasan. Suami Mieke Amalia ini mengaku ingin melupakan pengalaman pahit itu.

"Masa kecil sih gue ingat, cuma ada beberapa hal yang ingin gue lupain, ya karena enggak menyenangkan," kata Tora, dikutip dari YouTube Gofar Hilman, Senin (26/10/2020).

Tora lalu menyamakan masa kecilnya yang kelam dengan kisah Arie Hanggara. Sosok Arie Hanggara pernah menarik perhatian publik tahun 1984. Ia meninggal dunia setelah dianiaya ibu tirinya.

"Tahu Arie Hanggara? Dekat," ujar Tora.

"Gue ngalamin masalahnya (ketakutan dengan ibu tiri), (abusive) pasti, (dipukul) pasti. Tapi gue ngalamin," ucap Tora.

Tora lalu menceritakan bentuk kekerasan fisik yang pernah dialaminya saat kecil. Ia mengaku pernah mengalami semua bentuk kekerasan, seperti dipukul dengan benda-benda keras.

"Semua (kekerasan pernah dialami). Apa, lo sebut? Mau dari rotan sampai besi, gue pernah ngerasain. Wah, (dipukul pakai gesper) sering," ucapnya.

Kepada Gofar, Tora menegaskan bahwa dia tak ingin menyalahkan orang tuanya. Terutama dengan pilihan hidup serta kejadian yang pernah dialaminya, Bunda.

"Gue enggak pernah nyalahin orang tua, gue enggak pernah nyalahin masa lalu gua, masa kecil gue. Dan gue enggak pernah nyalahin apa-apa sih sebetulnya," kata Tora.

"Lo enggak boleh nyalahin orang. Ngapain? Kan, yang bawa hidup lo itu lo sendiri, yang tahu cerita itu lo sendiri," sambungnya.

Kekerasan pada anak memang masih menjadi perhatian serius di Indonesia. Menurut profesor di Pusat Pertumbuhan dan Perkembangan Manusia di Universitas Michigan, Anne Petersen, kekerasan bisa berdampak pada anak sampai dewasa.

"Kekerasan anak adalah masalah kesehatan masyarakat yang serius, yang membutuhkan perhatian segera. Konsekuensinya bisa bertahan hingga dewasa," kata Petersen, dilansir Washington Post.

Penelitian menunjukkan bahwa kekerasan pada anak dapat memengaruhi bagian otak yang mengatur emosi, terutama ketakutan dan kecemasan. Selain itu, kekerasan bisa mengubah bagian otak yang berfungsi untuk berpikir, merencanakan, menalar, dan mengambil keputusan.

Namun, ini semua bisa dicegah jika ada yang membantu anak untuk menghentikan kekerasan. Tindakan kekerasan yang dihentikan bisa mengubah perkembangan otak anak menjadi positif. Demikian seperti mengutip Medical News Today.

Simak juga pengalaman pahit Shahnaz Haque saat membesarkan anak ABG, dalam video berikut:

[Gambas:Video Haibunda]

(ank/som)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda