Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

trending

Pilunya Dokter Tompi Curhat Kronologi Ibunda Meninggal karena COVID-19

Annisa A   |   HaiBunda

Minggu, 16 May 2021 11:17 WIB

Tompi di kantor detikcom.
Foto: Asep Syaifullah/detikHOT

Kesedihan masih menyelimuti Tompi dan keluarganya. Sang Bunda meninggal dunia pada Jumat (23/4/2021) di Medan, Sumatera Utara karena terjangkit COVID-19.

Kejadian itu masih membekas di hati Tompi. Pasalnya, sang Bunda terkena COVID-19 karena melakukan mudik di bulan Ramadhan. Tompi mengizinkan sang Bunda pulang ke kampung halamannya di Lhokseumawe.

Hal itu diungkapkan oleh Tompi lewat sebuah unggahan IG Story di akun @dr_tompi. Pelantun Salahkah menceritakan kronologi meninggalnya Bunda tercinta.

"Menjelang bulan puasa, beliau pengen pulang ke Aceh. Ia rindu nyekar ke kuburan bapak, adek, ketemu keluarga besar di Aceh. Terus dia minta izin pulang saya bolehin, dengan catatan di rumah saja, tetap jaga jarak pakai masker," ungkap Tompi di video IG Story.

Pria 42 tahun itu tak menyangka kepulangan sang Bunda ke Aceh akan menjadi momen terakhirnya di dunia. Diceritakan Tompi, salah satu saudaranya di sana ternyata positif mengidap COVID-19.

Banner Pria Sopir di Arab


Sayangnya, hal tersebut tidak disadari oleh siapapun. Virus tersebut justru menyerang Ibunda Tompi yang sedang tengah menikmati suasana di kampung halaman.

"Ibu saya enggak lama sakit, demam. Hari kedua baru mau cek Covid dan positif. Abis sahur saya langsung mengirim ibu saya untuk dapat perawatan. Saturasi dari 98 turun ke 94. Saya mulai khawatir," ujarnya.

Tompi langsung mempersiapkan sang Bunda untuk dilarikan ke rumah sakit. Namun keterbatasan fasilitas kesehatan di kampung halamannya menghambat proses pemulihan sang Bunda.

Ambulans yang dipanggil sejak pagi baru datang pukul 4 sore. Pada saat itu, kondisi Ibunda telah memburuk dengan kadar saturasi yang semakin turun. Tompi yang sedang dalam perjalanan untuk menemuinya ternyata sudah terlambat.

"Saya berangkat ke Medan untuk bertemu ibu di sana. Tapi Allah sudah ngasih waktunya segitu. Baru naik ambulans, saturasi semakin turun. Dalam keadaan tenang, senyap, ibu saya berpulang," tuturnya.

Keterbatasan fasilitas kesehatan membuat sang Bunda tidak bisa mendapat pertolongan ketika terjangkit COVID-19. Simak di halaman berikutnya, Bunda.

Saksikan juga video 5 keluarga artis berlebaran di tengah pandemi COVID-19.

[Gambas:Video Haibunda]


MERASA TAK BERDAYA KARENA FASILITAS KESEHATAN DI DAERAH TAK MEMADAI

Penyanyi sekaligus dokter bedah plastik, Teuku Adifitrian atau Tompi dihadirkan sebagai saksi sidang lanjutan kasus hoax penganiaan dengan terdakwa Ratna Sarumpaet.

Tompi / Foto: Lamhot Aritonang

Kepergian Ibunda Tompi berlangsung sangat cepat dan membuatnya sangat terpukul. Apalagi dengan keterbatasan fasilitas kesehatan yang membuat Ibunda semakin sulit mendapatkan pertolongan pertama.

"Jadi prosesnya (meninggal) cepat banget. Di Aceh, pemeriksaan PCR hanya bisa dikerjakan 2 kali dalam seminggu. Tenaga kesehatan yang bertugas juga tidak sedia di tempat. Kita harus marah-marah dulu, harus punya koneksi dulu baru bisa cepat," kata Tompi.

Tak bermaksud menjatuhkan para petugas kesehatan, namun Tompi sangat menyayangkan kurangnya fasilitas kesehatan yang memadai di daerah. Menurut Tompi, Indonesia akan kewalahan jika diterpa tsunami COVID-19 seperti India.

"Bukan saya ingin menjelekkan yang bertugas, tapi di luar Jakarta, fasilitas kesehatan masih PR besar. Cukup ibu saya yang jadi korban. Negara kita itu tidak sanggup. Kalau orang sampai sakit dalam jumlah besar, negara tidak akan sanggup," tutur Tompi.

"Jangan sampai kejadian di India terjadi di Indonesia. Kalau sampai itu terjadi, selesai kita," lanjutnya.

Setelah mendapatkan kabar meninggalnya sang Bunda, Tompi bergegas pergi ke Aceh dan melangsungkan pemakaman. Di sana, sang adik ternyata juga ikut terjangkit COVID-19. Simak di halaman berikutnya.

PESAN TOMPI

Tompi

Tompi / Foto: vey/detikhot

Sehari setelah Ibunda Tompi meninggal, adiknya ikut terkena COVID-19. Kondisinya mulai memburuk sehingga Tompi dan keluarga harus segera membawanya ke luar kampung halaman untuk mendapatkan fasilitas yang lebih memadai.

"Adik saya mulai memberat batuknya. Lemas tidak mau makan. Kita berangkat ke Banda Aceh dengan harapan fasilitas di sana lebih baik, dan alhamdulillah jauh lebih baik dari Lhokseumawe," ucap Tompi.

Namun ketidakberdayaan Tompi untuk membantu sang Bunda masih membuatnya sangat marah terhadap diri sendiri. Ia juga sangat kesal karena masih banyak orang di kampung halamannya yang apatis terhadap COVID-19.

Tompi bercerita, ia bertemu dengan seorang polisi di pemakaman sang Bunda. Namun polisi tersebut tidak percaya bahwa Ibunda Tompi meninggal karena COVID-19.

"Di lembaga kepolisian saja banyak yang tidak percaya. Jadi enggak usah heran kalau masih banyak masyarakat yang enggak peduli. Kalau ibu atau bapaknya belum berpulang karena Covid, mereka tidak akan percaya," ungkapnya.

Tompi berpesan agar masyarakat lebih membuka diri untuk melihat keadaan sekitar. COVID-19 tidak akan bisa hilang jika manusia tak memiliki rasa kepedulian untuk saling menjaga sesamanya.

"Sebentar ibu saya pulang ke Aceh, namun dalam kesebentaran itu beliau terikfeksi. Semoga kejadian itu tidak terjadi di keluarga lain. Saling mengingatkan protokol dengan sopan dan jangan tersinggung kalau ditegur. Vaksin pakai saja, apa pun jenisnya dipakai dulu. Sekali lagi kita tidak bisa main-main," pungkasnya.


(anm/anm)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda