sign up SIGN UP search
Ilustrasi Janin

Bundapedia

Ketuban

Nanie Wardhani   |   Haibunda

Apa itu air ketuban?

Cairan ketuban adalah cairan bening kekuningan yang ditemukan sejak 12 hari pertama setelah pembuahan di dalam kantung ketuban. Cairan ketuban mengelilingi bayi yang sedang tumbuh di dalam rahim Bunda.

Dilansir dari Medical News Today, ada banyak fungsi penting dan vital dari cairan ketuban untuk perkembangan janin yang sehat. Namun, jika jumlah cairan ketuban di dalam rahim terlalu sedikit atau terlalu banyak, bisa terjadi komplikasi.

Saat Bunda hamil, bayi terletak di dalam kantung ketuban, sebuah kantung yang terdiri dari dua selaput, amnion, dan korion. Janin tumbuh dan berkembang di dalam kantung ini, dikelilingi oleh cairan ketuban.


Awalnya, cairan terdiri dari air yang diproduksi oleh ibu. Namun sejak sekitar usia kehamilan 20 minggu, cairan ketuban digantikan oleh urine janin, saat janin menelan dan mengeluarkan cairan.

Cairan ketuban juga mengandung komponen vital, seperti nutrisi, hormon, dan antibodi penangkal infeksi.

Bila cairan ketuban berwarna hijau atau cokelat, ini berarti bayi telah mengeluarkan mekonium sebelum lahir. Mekonium adalah buang air besarnya yang pertama.

Mekonium dalam cairan ketuban bisa jadi masalah. Ini dapat menyebabkan masalah pernapasan yang disebut sindrom aspirasi mekonium yang terjadi karena mekonium memasuki paru-paru. Dalam beberapa kasus, bayi harus dirawat setelah mereka lahir.

Fungsi cairan ketuban 

Cairan ketuban bertanggung jawab untuk:

  • Melindungi janin: Cairan melindungi bayi dari tekanan luar, menjadi peredam kejut.
  • Kontrol suhu: Cairan melindungi dan menjaga bayi tetap hangat dan mempertahankan suhu yang teratur.
  • Pengendalian infeksi: Cairan ketuban mengandung antibodi.
  • Perkembangan paru-paru dan sistem pencernaan: Dengan bernapas dan menelan cairan ketuban, bayi berlatih menggunakan otot-otot sistem ini saat mereka tumbuh.
  • Perkembangan otot dan tulang: Saat bayi mengapung di dalam kantung ketuban, ia memiliki kebebasan bergerak, memberi kesempatan otot dan tulang untuk berkembang dengan baik.
  • Pelumasan: Cairan ketuban mencegah bagian tubuh seperti jari tangan dan kaki tumbuh menempel bersama; antar jari dapat terjadi perlekatan jika kadar cairan ketuban rendah.
  • Dukungan tali pusat: Cairan di dalam rahim mencegah tali pusat tertekan. Tali pusat ini mengangkut makanan dan oksigen dari plasenta ke janin yang sedang tumbuh.

Normalnya, jumlah cairan ketuban paling banyak saat usia kandungan sekitar 36 minggu, sebanyak sekitar 1 liter. Kemudian menurun saat usia kandungan semakin tua.

Pecah ketuban

Saat ketuban pecah, kantung ketuban robek. Cairan ketuban yang terkandung di dalam kantung kemudian mulai bocor keluar melalui serviks dan vagina.

Ketuban biasanya pecah menjelang akhir bagian awal persalinan. Menurut Today's Parent, hanya sekitar 15 persen ketuban pecah saat awal persalinan. Ketika ini terjadi, sebaiknya segera ke dokter atau bidan karena persalinan sudah dekat.

Gangguan pada ketuban

Beberapa kondisi dapat menyebabkan jumlah cairan ketuban lebih atau kurang dari jumlah normal.

Oligohidramnion

Tingkat cairan ketuban yang rendah, yang disebut sebagai oligohidramnion, terjadi pada 4 persen dari semua kehamilan dan 12 persen pada kehamilan yang melalui hari perkiraan lahir.

Biasanya terjadi pada kasus air ketuban rembes, kandungan yang berukuran kecil untuk usia kehamilan tertentu atau jika janin tidak bergerak sebanyak yang diharapkan.

Ini juga dapat terjadi pada ibu dengan riwayat salah satu kondisi medis berikut:

  • Hambatan pertumbuhan pada kehamilan sebelumnya   
  • Tekanan darah tinggi kronis (hipertensi)
  • Masalah dengan plasenta, misalnya abrupsi
  • Preeklamsia
  • Diabetes
  • Lupus
  • Kehamilan kembar
  • Cacat lahir, seperti kelainan ginjal
  • Kelahiran yang melewati tanggal hari perkiraan lahir 
  • Alasan lain yang tidak diketahui, yang dikenal sebagai idiopatik

Oligohidramnion dapat terjadi selama trimester apa pun tetapi jadi mengkhawatirkan jika terjadi selama enam bulan pertama kehamilan. Selama waktu itu, ada risiko cacat lahir, keguguran, kelahiran prematur, atau kematian neonatal yang lebih tinggi jika jumlah cairan ketuban tidak memenuhi kebutuhan bayi.

Jika kadar cairan rendah pada trimester terakhir, risikonya meliputi:

  • Pertumbuhan janin lambat
  • Komplikasi persalinan
  • Persalinan caesar

Sisa kehamilan akan dipantau secara ketat untuk memastikan perkembangan normal terjadi.

Ilustrasi janin usia 28 mingguIlustrasi janin di dalam kantung ketuban/ Foto: Getty Images/iStockphoto/SciePro

Polihidramnion

Ketika ada terlalu banyak cairan ketuban, ini disebut polihidramnion. Menurut American Pregnancy Association, gangguan ketuban ini terjadi pada 1 persen dari semua kehamilan.

Gangguan janin yang dapat menyebabkan polihidramnion meliputi:

  • Gangguan gastrointestinal, termasuk atresia duodenum atau esofagus, gastroschisis, dan hernia diafragma
  • Gangguan otak atau sistem saraf, seperti anensefali atau distrofi miotonik
  • Achondroplasia, gangguan pertumbuhan tulang
  • Masalah detak jantung janin
  • Infeksi
  • Sindrom Beckwith-Wiedemann, yang merupakan kelainan pertumbuhan bawaan
  • Kelainan paru janin
  • Hydrops fetalis, di mana tingkat air yang tidak normal menumpuk di dalam beberapa area tubuh janin
  • Sindrom transfusi kembar-ke-kembar, di mana satu anak mendapat lebih banyak aliran darah daripada yang lain
  • Darah yang tidak cocok antara ibu dan anak, misalnya ketidakcocokan Rh
  • Diabetes ibu yang tidak terkontrol dengan baik juga meningkatkan risiko.

Terlalu banyak cairan juga dapat diproduksi selama kehamilan kembar. Gejala ibu bisa termasuk sakit perut dan kesulitan bernapas karena pembesaran rahim.

Komplikasi lain termasuk:

  • Persalinan prematur
  • Ketuban pecah dini
  • Solusio plasenta
  • Kelahiran mati
  • Perdarahan postpartum
  • Malposisi janin
  • Prolaps tali pusat

Kemungkinan Bunda harus uji diabetes dan sering melakukan USG untuk memantau tingkat cairan ketuban di dalam rahim.

Kasus polihidramnion ringan biasanya sembuh tanpa pengobatan. Dalam kasus yang lebih parah, cairan mungkin perlu dikurangi dengan amniosentesis atau obat yang disebut indometasin. Ini mengurangi jumlah urin yang dihasilkan bayi.

Kebocoran cairan ketuban

Terkadang, cairan bocor sebelum ketuban pecah, atau sering disebut ketuban rembes. Menurut American Pregnancy Association, hanya 1 dari 10 wanita yang akan mengalami aliran cairan yang banyak saat ketuban pecah. Sebagian besar, air ketuban rembes halus tanpa terasa.

Cairan ketuban tidak berwarna dan tidak berbau dan Bunda harus menghubungi penyedia layanan kesehatan jika cairan ketuban bocor karena persalinan biasanya akan segera dimulai.

Jika cairan berwarna hijau, hijau kecokelatan, atau berbau busuk, ini mungkin menunjukkan adanya mekonium atau infeksi. Harus langsung segera ke dokter ya, Bunda.

Ketuban pecah dini

Ketuban disebut sebagai pecah dini ketika bocor atau pecah terjadi sebelum 37 minggu. Bergantung pada seberapa dini hal ini terjadi, hal itu dapat memiliki konsekuensi serius bagi ibu dan anak yang belum lahir.

Bunda juga bisa mengalami ketuban pecah dini saat cukup bulan, yaitu ketika 37 minggu atau lebih kehamilan selesai. Dalam kasus ini disebut pecah dini jika persalinan tidak dimulai secara spontan dalam waktu enam jam setelah ketuban pecah.

Bunda harus mencari bantuan medis sesegera mungkin dan menghindari berhubungan seks atau memasukkan apa pun ke dalam vagina jika ketuban sudah bocor atau pecah, karena ini dapat menyebabkan infeksi.

Jika Bunda khawatir akan jumlah cairan ketuban Bunda, sebaiknya Bunda segera periksakan ke dokter untuk mengetahui tindakan yang dibutuhkan ya Bunda.

[Gambas:Video Haibunda]



 

Share yuk, Bun!
Tahukah Bunda
BERSAMA DOKTER & AHLI
Bunda sedang hamil, program hamil, atau memiliki anak? Cerita ke Bubun di Aplikasi HaiBunda, yuk!