Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

cerita-bunda

Aku Deg-degan Lahiran Saat Wabah Corona, Suami pun Tak Boleh Sentuh Si Kembar

Sahabat HaiBunda   |   HaiBunda

Rabu, 22 Apr 2020 20:15 WIB

ilustrasi bayi kembar
Ilustrasi bayi kembar/ Foto: ilustrasi/thinkstock
Jakarta - Akhir Maret lalu, aku dengar informasi kasus Corona sudah ada di Jakarta. Saat itu usia kandunganku sudah masuk trimester ketiga. Itu artinya, sebentar lagi aku akan melahirkan.

Enggak pernah terbayang sama sekali bakal melahirkan di tengah pandemi kayak gini. Kalau dari hasil USG, Hari Perkiraan Lahir (HPL) sebenarnya tanggal 13 Mei. Tapi karena aku hamil kembar dan mau caesar, akhirnya dimajukan.


Awalnya, aku mau melahirkan tanggal 17 April. Ternyata, sebelum tanggal itu, aku sudah merasakan kontraksi. Karena takut ketuban pecah, akhirnya operasi caesar dimajukan. Alhamdulillah tanggal 6 April sekitar 08.03 pagi, si kembar lahir selamat dan sehat.

Memang, karena usia kandunganku baru 34 minggu, dokter sempat khawatir dan akhirnya diberi penguat paru-paru. Bersyukur, si kembar yang berjenis kelamin perempuan lahir sehat dan sudah 'matang', berat lahirnya 2,33 dan 2,43 kilogram.

"Termasuk besar ukuran berat lahirnya," kata dokter.

Iya, pantas aku sering kontraksi meski usia kandungan baru 34 minggu. Bekas jahitan caesar sebelumnya terasa perih, sampai sakit kalau aku jalan. Dokter juga cemas kalau jahitan itu sampai jebol.

Bayi kembarBayi kembar/ Foto: Getty Images/iStockphoto/EKSTAZA

Akhirnya kami putuskan untuk persalinan lebih cepat. Awalnya, aku deg-degan banget harus melahirkan di rumah sakit saat kondisi pandemi Corona. Yang aku pikirkan cuma keselamatan dan kesehatan si kembar setelah lahir.

Dan sesuai aturan, semua tenaga medis yang membantu persalinan memakai alat pelindung diri (APD) lengkap. Setelah si kembar lahir, suamiku bahkan enggak boleh menyentuh, apalagi menggendong. Tapi, suamiku masih dibolehkan mengadzani si kembar dari luar box.

"Kalau nanti si kembar udah di kamar rawat, Ayah ulang ya adzan-nya," ucapku saat itu.

Btw, si kembar ini anak ketiga dan keempat. Anak pertama perempuan dan sudah kelas 6 SD. Kalau anak kedua laki-laki dan sekarang kelas 2 SD. Saking ketatnya aturan RS, mereka enggak boleh jenguk si kembar.

Jadi, aku cuma ditemani suamiku di RS dan memang satu orang saja yang boleh menunggu pasien. Karena baru pertama kali punya anak kembar, aku sampai stres kalau mereka nangis bergantian mau menyusu.

Wah, dua malam pertama aku enggak bisa tidur. Benar-benar luar biasa deh. Ternyata begini rasanya melahirkan bayi kembar, apalagi saat wabah Corona.

Alhamdulillah setelah lima hari di RS, aku dan si kembar boleh pulang. Yeay! Si kakak dan si abang happy banget akhirnya bisa ketemu adik kembarnya.

(Cerita Bunda Via di Jakarta)



Bunda yang ingin berbagi kisah seputar rumah tangga dan parenting di Cerita Bunda, bisa kirimkan langsung ke email redaksi kami di [email protected] Cerita paling menarik akan mendapat voucher belanja dari kami. dengan subjek Cerita Bunda. Ssst, Bunda yang tidak mau nama aslinya ditampilkan, sampaikan juga di email ya. Cerita yang sudah dikirim menjadi milik redaksi kami sepenuhnya.

Simak juga 6 hal yang perlu Bunda ketahui tentang Corona, dalam video berikut:

[Gambas:Video Haibunda]



(muf/muf)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda