cerita-bunda

Sesalku Mengira Putraku Aneh, Hasil Tes Psikologi Ternyata Dia Cerdas Superior

Sahabat HaiBunda   |   HaiBunda

Jumat, 15 May 2020 19:42 WIB

Jakarta -

Sebagai ibu dan juga seorang guru, aku hampir tak pernah mengantar putra pertamaku ke sekolah. Usianya sekarang menuju 6 tahun dan masih bersekolah di TK B.

Suatu hari, aku mengambil cuti. Tentu aku gunakan kesempatan ini untuk mengantar dan menunggu putraku sekolah. Setelah memperhatikan dengan mata kepala sendiri, aku kok mengira ada yang aneh dengan putraku.

Saat itu aku berpikir, kenapa putraku hanya diam sementara anak-anak lain sibuk bermain bersama. Putraku hanya diam mematung, sesekali bicara sendiri dan melakukan gerakan-gerakan sesuai imajinasinya. Ia juga sibuk mengomentari tingkah teman-temannya yang sedang bermain.


"Kenapa putraku tidak ceria bergabung dengan teman-temannya?" batinku.

Tak hanya suka menyendiri, putraku juga sering mogok sekolah atau tak mau menyelesaikan tugas dan beralih ke aktivitas lain. Saat ku tanya, dia beralasan karena bosan. Kadang aku pusing, apa yang salah dengan putraku? Di rumah kok dia ceria dan cerewet banget.

Aku curiga karena saat mengandung dulu, sempat divonis janin berisiko tak berkembang dan rawan keguguran. Belum lagi saat kehamilan baru masuk dua minggu, aku sakit tifus dan demam berdarah. Saat hamil besar, air ketuban juga rembes sebelum waktunya dan aku harus jalani operasi caesar.

Ibu dan anakIbu dan anak/ Foto: Getty Images/iStockphoto/dragana991

Karena bingung sendiri, akhirnya aku curhat ke teman-teman guru di sekolah tempatku mengajar, di SD swasta. Kebetulan, waktu itu sekolah sedang membuka penerimaan siswa baru. Salah satu prosedurnya ada observasi psikologi dari tim ahli.

Dari hasil observasi tim psikolog ini nantinya akan bisa diketahui tentang kesiapan anak masuk sekolah, IQ, dan gaya belajarnya yakni tipe visual, auditory, atau kinestetik, serta apa saja kelemahannya dalam belajar.

Nah, untuk menjawab rasa penasaran, akhirnya ku daftarkan putraku ikut observasi psikologi ini meski usianya baru 5 tahun 7 bulan. Aku berpikir, mungkin dari sini bisa dapat jawaban kenapa putraku berbeda dari teman-temannya.

Hari itu, ku antar langsung putraku ke ruang observasi. Awalnya, aku sempat pesimistis dia enggak mau mengerjakan 4 paket soal tes psikologi yang disodorkan tim penguji.

"Duh, tebal banget lembaran soalnya, mana mau dia kerjakan," ucapku dalam hati.

Ku lihat soal bendel pertama lumayan tebal. Ya ampun, itu seperti soal tes kemampuan akademik yang aku kerjakan ketika tes masuk kerja, soal-soal gambar spatial dan berlembar-lembar. Tapi ternyata, putraku mau mengerjakan meski tebal. Ku tanya apakah dia capek?

Jawabnya, "Enggak, Bunda."

Setelah sekitar dua minggu, hasil tes pun keluar. Aku diberi tahu teman lewat WhatsApp kalau putraku masuk kategori cerdas, bahkan dinyatakan siap masuk SD. Saat ku tanya berapa skornya, temanku tak mau menjawab. Saat itu, aku enggak langsung percaya begitu saja.

Hari berikutnya, aku ke sekolah karena penasaran mau lihat sendiri hasilnya. Kebetulan, kepala sekolah juga memanggilku. Di ruangan kepsek, aku dijelaskan kalau putraku mencapai skor level tertinggi untuk tes anak-anak. Itu berarti, dia masuk kategori cerdas superior.

"Masya Allah, Allahu Akbar, Alhamdulillah..." tak hentinya ku bersyukur.

Putraku ternyata bukan anak aneh, dia normal bahkan super normal yang membuatnya beda dengan teman-teman sebayanya. Inilah yang menyebabkan dia cepat bosan atau merasa enggak nyambung dengan teman-teman di sekolah.

Aku menyesal sempat mengira putraku aneh, bahkan pernah curiga juga dengan gurunya di sekolah. Semoga Tuhan mengampuniku karena sudah berburuk sangka terhadap takdir-Nya. Takdir bahwa putraku terlahir sebagai anak spesial dengan segala kelebihannya.

(Cerita Bunda Ani T.R. di Kebumen, Jawa Tengah)

Bunda, simak juga cerita Joanna Alexandra yang sempat menyalahkan diri sendiri, saat tahu putri bungsunya mengidap penyakit langka. Di video Intimate Interview berikut ini:

[Gambas:Video Haibunda]



(muf/muf)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT