Jakarta -
Aku adalah janda yang memiliki dua orang anak. Si sulung sudah berusia 14 tahun, sedangkan si bungsu berusia 10 tahun.
Alhamdulillah si sulung sudah mandiri dengan aku daftarkan di sebuah pondok pesantren di luar kota.
Hanya si bungsu saja yang masih setiap hari aku urus. Untuk menghidupi mereka, aku menjadi pengasuh anak tetangga dengan gaji yang sangat cukup. Hubunganku dengan si tetangga ini juga cukup baik, sudah aku anggap adik sendiri.
Tapi ternyata rezeki itu tidak bertahan lama. Tetangga yang sudah aku anggap keluarga itu terpaksa harus pindah ke luar kota. Jarak rumah baru mereka sebenarnya hanya satu jam dengan menggunakan kendaraan pribadi, tapi itu artinya aku harus kehilangan pekerjaan.
'Kan
ngga mungkin aku bolak-balik ke rumah mereka di pagi hari untuk mengurus anak. Sedangkan aku juga harus mengantar anakku yang bungsu.
 Ilustrasi anak. (Foto: iStock) |
Tapi baru sebulan aku terpisah dari keluarga adik angkat, rasanya hampa. Si adik angkat ini punya balita yang sangat aku sayang. Apalagi kini si adik angkat juga sedang hamil. Aku jadi
ngga tega.
Pertimbangan lain adalah masalah pemasukan. Akan sulit menemukan pekerjaan dengan usiaku sekarang dan jam kerja yang sangat fleksibel.
Jadilah aku bernegosiasi dengan anak-anakku. Aku beri pengertian dan solusi untuk si bungsu agar dititipkan ke rumah ibu angkatku. Apalagi dia sudah cukup besar berangkat sekolah sendiri.
Aku pun sudah bicara dengan si adik angkat. Ternyata semua
happy dengan solusi kami. Aku akan pindah ke rumah adik angkat mengurus anak-anaknya. Sedangkan anakku dititipkan ke ibu angkatku.
Alhamdulillah..semoga lancar.
(ziz/ziz)