Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

cerita-bunda

Hamil Saat Suami Kena PHK, Ku Menangis Histeris Tak Mau Ada Anak di Kandunganku

Sahabat HaiBunda   |   HaiBunda

Rabu, 19 Jun 2024 18:55 WIB

The depression woman think something at home
Ilustrasi Cerita Bunda: Hamil Saat Suami Kena PHK, Ku Menangis Histeris Tak Mau Ada Anak di Kandunganku /Foto: iStockphoto/RyanKing999
Jakarta -

#HaiBunda dua minggu sebelum tahu aku hamil, suami baru kena PHK (Pemutusan Hubungan Kerja). Aku nggak mau hamil saat kondisi ekonomi keluarga hancur berantakan begini. Sementara, kami hidup merantau.

Setelah PHK, kami putuskan kembali ke kampung halaman. Bukannya merangkul, keluarga malah mencaci, menghina, merendahkan, sampai menjauhi kami. Akhirnya, kami menumpang tinggal di rumah kontrakan milik guru SMP aku.

Satu minggu di kampung, aku merasakan mual dan muntah cukup parah. Aku kira sakit lambung kambuh karena beberapa hari terakhir, aku stres berat dan suami spontan menyuruh test pack. Saat itu, suami memang menginginkan aku hamil karena pernikahan kami hampir setahun.

Keesokan pagi, aku tes kehamilan. Betapa syok saat aku melihat garis dua di test pack. Bukannya senang, aku malah menangis histeris dan nggak bisa berpikir jernih. Aku benar-benar nggak menginginkan anak ini.

"Kenapa Tuhan begitu kejam? Aku diuji masalah ekonomi dan keluarga," batinku saat itu.

Ya, aku nggak mau hamil dalam kondisi keuangan seperti ini. Bersyukur, suami begitu sabar menenangkan emosiku sambil memeluk, sampai kami menangis bareng. Suami menguatkan aku karena kehadiran anak ini kelak jadi 'obat' kami dalam segala hal.

Suami minta aku nggak usah memikirkan soal materi lagi. Dia bilang, semua sudah digariskan oleh Tuhan. Dari situ, aku sadar bahwa nggak ada anak pembawa sial dan malapetaka. Aku sudah sangat berdosa karena punya pikiran jahat pada anak yang ku kandung.

Kadang, situasi seperti ini bukan semata-mata terjadi tanpa sebab. Kita hanya perlu orang yang selalu support saat terpuruk. Bersyukur, aku punya suami dan guru SMP yang membimbing saat aku putus asa.

Alhamdulillah, anak perempuan kami sekarang sudah usia 5 tahun, tumbuh cantik dan ceria. Tak disangka, ternyata aku sanggup menghadapi badai yang sangat kencang. Dan sedikit demi sedikit, kehidupan kami jauh lebih baik.

Bahkan, keluarga yang dulu mencaci dan menjauh, sekarang mereka mendekat lagi tanpa kami undang. Aku jadi berpikir, apakah hanya karena 'uang' keluarga baru mendekat?!

-Bunda S, domisili dirahasiakan-

Mau berbagi cerita juga, Bun? Yuk cerita ke Bubun, kirimkan lewat email [email protected]. Cerita terbaik akan mendapat hadiah menarik dari HaiBunda.

(muf/muf)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda