Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

haibunda-squad

5 Cara Pulihkan Trauma Masa Kecil Korban KDRT Agar Tak Lampiaskan pada Anak

Zika Zakiya   |   HaiBunda

Jumat, 15 May 2020 10:36 WIB

Ilustrasi memukul anak
Ilustrasi anak korban KDRT/Foto: Istock
Jakarta -

Masa kecil menjadi momen yang paling tak terlupakan dalam kehidupan seseorang. Termasuk mengenai pola didik orang tua.

Sayangnya beberapa Sahabat HaiBunda mengalami masa kecil yang cukup sulit karena menjadi korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). Kini, para Sahabat HaiBunda ini sudah menjadi ibu dan tidak ingin anak-anak mereka menjadi pelampiasan 'dendam' masa kecil.

Sharing ini sendiri berlangsung saat Kuliah WhatsApp (Kulwap) bertema 'Tips Kelola Emosi Saat Asuh Anak'. Kulwap ini kami gelar pada Rabu (12/05/2020) bersama psikolog Hanifah,M.Psi. Berikut kutipan tanya jawabnya, Bun.

"Bagaimana cara untuk mengubah pola asuh yang kasar dan mengendalikan emosi berlebihan kepada anak sedangkan si ibu tersebut mengalami trauma karena semasa kecil mendapat perlakuan buruk dari orang tuanya? Hal seperti ini tentu sulit diubah karena setahu saya itu seperti sudah tertanam di otak dan akhirnya dendam kepada orang tua itu dilampiaskan ke anak." -Dara, 27Tahun, Purwakarta.


"Saya kalau capek dan masih ngantuk banget tiba-tiba anak mendadak nangis kejer atau nangis nggak berhenti padahal sudah melakukan ini itu, saya kadang agak kepaksa gendong anak dan suka saya dekap agak kuat. Lepas tuh saya istighfar. Gimana yah bunda selama ini hanya itu yang saya lakukan sama anak?

Anak saya usianya 6 bulan. Saya takut kalo semakin besar anakku, aku nggak bisa ngontrol emosi, dan kenapa sekarang aku suka terbayang-bayang masa laluku sewaktu kecil kepada orang tuaku yang belum bisa aku terima sampai sekarang sudah memaafkan tapi terbayang terus." - Tina, Palembang.

Ilustrasi anak jadi korban kekerasanIlustrasi anak jadi korban kekerasan/ Foto: Thinkstock


"Assalamu'alaikum. Izin bertanya bagaimana cara mengelola emosi jika kita kondisi sangat lelah, anak rewel terus. Lalu tidak ada seseorang yang bisa menggantikan kita untuk menenangkan anak-anak kita atau kondisi berjauhan dengan suami. 
Bagaimana cara memaafkan luka masa kecil kita dan memaafkan pola asuh org tua kita,sementara saat ini orang tua kita selalu saja mengkritik pola asuh kita kepada anak-anak kita dan membanggakan pola asuh Beliau yang menurut Beliau adalah yang paling benar?" - Fika-cilegon

"Saya memiliki masa lalu kelam, saya selalu jadi korban child abuse oleh orang tua saya jika saya membangkang. Misal saya tidak mau bebersih rumah atau pulang main telat saya akan dipukul, dicubit, ditendang bahkan dikurung dikamar mandi oleh orang tua saya. Nah di masa sekarang, saat saya sudah punya anak, saya sangat sulit mengontrol emosi saya, kejadian yg lalu terngiang kembali diotak saya. Ketika anak tidak mau makan atau kenakalan-kenakalan wajar anak saya. Saya selalu meledak-ledak emosinya, padahal jika dipikir hal tersebut wajar dilakukan oleh anak seusia anaknya. Saya sulit mengendalikan emosi walaupun akhirnya merasa bersalah, dan saya menangis. Saya minta tipsnya atau cara bagaimana agar emosi saya tidak meledak-ledak dan inner child saya hilang". - Ikka - 28thn - Anak 2,5thn - Jakarta Timur

Jawab: Pertanyaannya hampir mirip ya, terkait inner child yang kadang mempengaruhi tindakan dan pengelolaan emosi kita saat mengasuh anak. Karena pertanyaannya hampir serupa terkait inner child, saya izin menjawab bersamaan ya Bunda, semoga bisa menjawab juga pertanyaan-pertanyaan serupa lainnya yang dimiliki

Inner child sendiri adalah bagian dalam diri seseorang yang merupakan hasil dari pengalaman masa kecilnya. Inner child menjadi bagian dalam diri kita saat sudah dewasa. Ada pengalaman yang positif juga ada pengalaman yang dirasa negatif, baik itu berhubungan dengan pengasuhan, relasi yang terjalin dengan orang tua, dan kondisi-kondisi lainnya yang dialami oleh kita ketika masih kecil.

perlakuan kekerasan orang tua pada anakperlakuan kekerasan orang tua pada anak/ Foto: Edi Wahyono

Kadang kita tidak menyadari mungkin sisi anak kecil (inner child) kita pernah terluka karena beberapa pengalaman tidak menyenangkan saat masa kecil yang terus teringat hingga dewasa. Kita perlu berdamai dengan inner child kita yang mungkin pernah terluka dan membawa beban diri kita hingga dewasa.

Misalnya, ketika dulu kecil kita tumbuh bersama orang tua yang keras dan berkata kasar, inner child kita sempat terancam, dan tanpa sadar kita pun tumbuh menjadi orang dewasa yang pemarah dan berkata kasar pula. Apa yang kita pelajari di masa kecil, terus terbawa hingga dewasa. Perlu proses memang dalam mengatasi inner child kita yang terluka.

Cobalah untuk mengajak 'berdialog' sisi anak kecil kita yang masih menyimpan beban tersebut. Kita perlu berekonsiliasi atau re-connect kembali dengan inner child kita.

Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Menemukan dan melepaskan emosi yang selama ini direpresi (dipendam/ditahan).

2. Buatlah forgiving letter , atau hal-hal yang perlu bunda maafkan terkait kenangan tidak menyenangkan ketika kecil yang masih terbawa hingga saat ini.

3. Melihat foto ketika kita masih kecil, berdialoglah dengan diri kita di masa lalu, apa hal yang ingin kita sampaikan sebagai pribadi yang sudah dewasa terhadap sisi anak-anak kita dulu (inner child kita), - seperti menyampaikan pada inner child kita 'aku menyayangimu', 'aku memahami dirimu', 'terima kasih', dan 'maaf' sehingga menumbuhkan penerimaan diri saat ini.

4. Pikirkan dan tulislah hal-hal apa yang bunda sukai ketika masih di usia kecil tersebut. Fokulah pada hal-hal baik dan berkesan baik.

5. Membantu mengenali kebutuhan-kebutuhan yang belum terpenuhi, dengan meningkatkan cara-cara atau aktivitas self care

Jika sulit mengatasi inner child seorang diri, Bunda tidak perlu merasa khawatir. Memang sangat wajar dan membutuhkan proses. Tidak ada salahnya juga jika membutuhkan bantuan profesional seperti berkonsultasi dengan psikolog, karena mungkin tiap orang memiliki pengalaman yang berbeda-beda.

Simak juga video di bawah ini mengenai Tasya Kamila yang sempat alami Baby Blues pasca melahirkan.

[Gambas:Video Haibunda]



(ziz/ziz)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda