
haibunda-squad
3 Cara Atasi Parental Burnout yang Bunda Rasakan, Salah Satunya Detoks Medsos
HaiBunda
Rabu, 22 Dec 2021 09:20 WIB

Memiliki kesehatan mental sama dengan kesehatan fisik. Tidak ada orang yang 100 persen sehat, Bunda. Walau demikian, kita perlu melakukan usaha-usaha untuk mewujudkan kesehatan mental itu dengan sadar.
Seperti kesehatan fisik, kita perlu medical check up sebulan sekali, setahun sekali. Nah, untuk kesehatan mental pun sama. Kita perlu berlatih self care emosi, hal-hal yang kita lakukan tiap hari untuk membantu kesehatan mental kita.
Bicara tentang kesehatan mental, Bunda pernah dengar istilah burnout? Burnout itu kondisi tubuh Bunda merasa lelah karena banyaknya emosi yang muncul. Menyoal burnout pada para bunda, menurut psikolog anak dan keluarga Anastasya Satriyo itu hal yang tak jarang dialami perempuan.
Namun, perlu diingat, Anas mengatakan bahwa limit atau batas burnout setiap orang itu berbeda-beda. Sehingga, tidak perlu membanding-bandingkan.
"Analoginya kita angkat beban nih, buat bunda yang sudah biasa olahraga angkat beban 10 kg, mungkin gampang banget buat dia. Mungkin udah advanced banget nih 20-30 kg itu sudah biasa buat dia," kata Anas, di Live Instagram HaiBunda 'Menjadi Bunda Waras di Tengah Gempuran Media Sosial', Selasa (21/12/2021).
"Tapi buat orang yang enggak pernah olahraga, angkat beban 5 kg saja sudah capek banget. Dan ini bukan berarti satu lebih jago, tapi sudah terbiasa saja. Dalam kesehatan mental seperti itu."
Anas kembali mencontohkan, bunda yang baru punya bayi. Dia bisa saja burnout karena perubahan hormon luar biasa, sama bunda yang sudah punya dua tiga anak. Dua bunda tadi tak bisa dibandingkan batasan burnout mereka.
"Karena setiap orang dalam memproses emosi itu berbeda-beda," ujarnya.
Jika Bunda merasa sudah burnout saat mengasuh anak. Ada beberapa hal yang bisa Bunda lakukan. Baca kelanjutannya di halaman berikut.
Simak juga tips mengatasi parental burnout melalui video berikut:
TIPS ATASI BURNOUT
ilustrasi/ Foto: Getty Images/iStockphoto/gahsoon
1. Kenali emosi sendiri
Yang pertama, apapun isu emosinya, kita perlu berlatih menamai emosi kita. "Yang lagi saya rasain ini saya capek, kesal, atau dua-duanya. Yang saya rasain ini sedih, kecewa atau dua-duanya itu ada emosi yang lain,"
Anas mengatakan, kesadaran akan menamai emosi itu zaman sekarang sudah diajarkan pada anak sejak dini.
"Bagaimana dengan kita orang dewasa yang dulu enggak dapet tuh pembelajaran pengenalan emosi? Jadi kita belajar mengenali, sambil anak belajar juga menamai emosinya," katanya.
2. Detoks media sosial
Media sosial diibaratkan pedang bermata dua. Di satu sisi, ada banyak info menarik yang bisa kita dapatkan, di sisi lain, kita bisa burnout karena postingan media sosial.
Kenapa kita burnout karena media sosial? Karena media sosial hanya menampilkan satu emosi. Kalau Bunda perhatikan lagi, jarang sekali orang-orang yang mengekspresikan berbagai emosi dirinya di media sosial. Kebanyakan unggahan orang-orang itu happy.
"Oh seharusnya jadi orang tua itu happy. Oh, seharusnya jadi ibu itu kuat terus. Padahal kita bisa punya mixed emotion bahwa saya jadi ibu itu happy, saya kuat jadi ibu tapi saya harus break juga lho. Oh iya saya senang main dengan anak saya, tapi saya juga butuh me time lho. Jadi memahami keberagaman emosi kita sebagai orang dewasa itu sangat penting"
Kalau sudah merasa burnout, coba sesekali cek berapa lama kita menggunakan media sosial di ponsel. Tak ada salahnya juga untuk melakukan detoks media sosial minimal seminggu sekali.
3. Komunikasikan dengan pasangan
Kalau Bunda merasa burnout, coba komunikasikan dengan pasangan, dengan i-message.
"Saya ngerasa, saya butuh istirahat dua jam deh. Kamu bisa enggak ya pegang anaknya? Atau hari ini saya capek, enggak bisa masak. Boleh enggak ya kita catering? Jadi kita mengomunikasikan kebutuhan kita dengan i-message tadi,"
Untuk itu, usahakan komunikasikan dengan suami setidaknya 20 menit sehari, kita berkomunikasi tentang kebutuhan kita. Kita harus mengenali pribadi masing-masing.
"Pasangan kita adalah tim untuk membangun kesehatan mental kita, bukan pasangan yang merusak kesehatan mental kita," kata Anas.
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Haibunda Squad
Anak Kurang Konsentrasi Alami Masalah Kesehatan Mental? Ini Pendapat Psikolog

Haibunda Squad
Simak Bun, Cara Membuat Anak Bahagia dan Kesehatan Mental Terjaga

Haibunda Squad
Penting Disadari, Ini Ciri Bunda Punya Luka Inner Child dan Cara Mengatasinya

Haibunda Squad
Jangan Diabaikan, Ini Kata Psikolog soal Kesehatan Mental Ibu Rumah Tangga

Haibunda Squad
Waspada Bun, Kesehatan Mental Orang Tua di Rumah Bisa Picu Stres Anak Saat Pandemi


7 Foto
Haibunda Squad
7 Potret Serunya Event HaiBunda Squad x J Trust Bank Bahas Kesehatan Mental & Keuangan Keluarga
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda