Jakarta -
Banyak yang bilang
ibu hamil dilarang stres karena bisa berdampak ke anak yang dikandung. Salah satunya berdampak ke jumlah sperma jika ibu yang stres mengandung anak laki-laki.
Menurut penelitian, anak laki-laki yang ibunya stres misalnya saja karena perceraian atau kehilangan pekerjaan di awal kehamilan, cenderung memiliki lebih sedikit sperma dan kurang aktif.
"Paparan ibu terhadap peristiwa-peristiwa kehidupan yang penuh tekanan selama awal kehamilan, periode yang rentan untuk organ-organ perkembangan, mungkin memiliki efek buruk seumur hidup yang penting pada kesuburan pria," kata penulis senior Roger Hart, profesor kedokteran reproduksi di University of Western Australia mengutip
France24.
Namun, ketika ibu hamil mengalami stres di
trimester akhir kehamilannya, hubungan dengan rendahnya sperma menghilang.
Penelitian ini tercantum dalam Human Reproduction. Hart dan tim menganalisis data dari studi multi-generasi yang sedang berlangsung di Australia Barat yang merekrut sekitar 3.000 wanita di minggu ke-18 kehamilan antara 1989 dan 1991.
Para peneliti meneliti total 1.454 anak laki-laki. Mereka lahir dari wanita yang mengalami setidaknya tiga peristiwa yang membuatnya stres selama 18 minggu pertama pertumbuhan janin.
Lelaki ini dipantau oleh para peneliti selama dua dekade berikutnya ketika mereka tumbuh dewasa. Ketika berusia 20 tahun, 643 anak menjalani tes ultrasonik testis, memberi sampel air mani, dan darah untuk analisis.
Sementara itu, para ibu menyelesaikan kuesioner di minggu 18 dan 34 kehamilan. Mereka menjawab pertanyaan tentang peristiwa kehidupan yang penuh tekanan selama bulan-bulan sebelumnya.
ilustrasi hamil/ Foto: iStock |
Hasilnya, jumlah sperma remaja yang ibunya mengalami ketiga peristiwa memiliki jumlah sperma yang lebih rendah dan mobilitasnya turun 12 persen. Tingkat testosteron mereka juga lebih rendah, sekitar sepuluh persen.
Richard Sharpe, seorang profesor kehormatan di Pusat Kesehatan Reproduksi di Universitas Edinburgh berpendapat, terlalu stres saat awal kehamilan mungkin merusak perkembangan reproduksi pria yang optimal.
"Tapi, itu bukan berarti si pria akan mengalami infertilitas, meski ada pengaruhnya. Terlebih, banyak faktor lain yang memengaruhi kesuburan pria," ujar Sharpe.
Sementara itu, sebuah penelitian yang dilakukan psikolog di University of Zurich, Jerman menemukan saat stres, tubuh akan melepaskan hormon Corticotropin-releasing hormone (CRH). Hormon ini bisa memicu peningkatan hormon kortisol yang masuk melalui plasenta.
"Jika ibu hamil stres berkepanjangan, kadar hormon CRH ini akan bertambah di cairan
ketuban. Jika kadarnya tinggi akan mempercepat pertumbuhan organ janin," kata salah satu peneliti, Pearl La Marca-Ghaemmaghami, psikolog dari University of Zurich, dikutip dari
Science Daily.
[Gambas:Video 20detik]
(rdn/rdn)