Jakarta -
Semasa
kehamilan, tentu banyak hal baru yang Bunda rasakan. Itu sebabnya, ibu hamil mesti mendapatkan
support system atau dukungan yang kuat dari banyak pihak.
Dikatakan Putu Andani, M.Psi., Psikolog dari Tiga Generasi, ibu hamil sering dapat nasihat agar tidak stres. Namun, yang terpenting adalah mengetahui bagaimana cara menghindari stres tersebut.
"Permasalahannya, dikasih tahunya ibu hamil enggak boleh stres. Nah, gimana caranya? Dari ilmu psikologi,
support system itu jadi hal paling penting," tutur Putu, saat mengisi sebuah acara di Jakarta beberapa waktu lalu.
Lebih lanjut, Putu menjabarkan, ada tiga
support system terpenting yang mesti ibu hamil dapat selama kehamilannya, yakni:
1. Diri sendiriKata Putu, ibu hamil harus bisa menopang dirinya sendiri. Nah, dalam ilmu psikologi, ada namanya
coping stress atau menanggulangi stres. Coping stress terdiri dari dua tipe, yakni
problem focus coping dan
emotional focus coping.
"
Problem focus itu, kalau kita stres ada masalah, kita cari jalan keluar supaya masalahnya hilang. Kalau
emotional focus, emosinya yang kita kelola," jelas Putu.
Cara membedakannya, problem focus diterapkan untuk hal-hal yang ada dalam kendali kita. Misal, kita tahu bahwa kehamilan kita berisiko, artinya
problem focus kita adalah mencari spesialis yang tepat yang bisa mendampingi kita selama 9 bulan kehamilan. Sedangkan
emotional focus adalah masalah di luar kendali kita misalnya, kehamilan berisiko bawaan. Karena itu sudah ada dalam diri kita, jadi yang dikelola adalah emosi kita.
Untuk mengatasi emotional focus, ada empat cara, Bun. Yakni distraksi, membuka diri,
mindful, dan spiritual fokus. Distraksi bisa dilakukan misalnya ketika stres, kita bisa nonton, membaca, atau melakukan hal yang membuat kita tenang dan rileks.
"Nangis tuh buka diri sebenarnya. Jadi kalau ada yang bilang ibu hamil jangan nangis, tunggu dulu, jangan-jangan tidak nangis bukan berarti enggak stres lho. Bisa jadi karena takut nangis, stresnya disimpan, jadi orang enggak tahu ibunya stres banget," papar Putu.
Jadi, ibu hamil menangis itu enggak apa-apa, Bun. Bahkan, itu bisa jadi cara untuk meredakan stres. Selain itu, ibu hamil dianjurkan bercerita, berkeluh kesah, namun jika tidak terbiasa, bisa juga dengan cara menulis. Misalnya menulis di blog, itu salah satu cara untuk membantu ibu hamil yang sulit membuka diri secara verbal.
"Dua ini enggak bisa berdiri sendiri, dua-duanya harus dikombinasikan, caranya kenali dulu masalahnya itu apa, masih dalam kendali kita atau di luar kendali, baru di situ kita pilih jalan penyelesaiannya," terang Putu.
2. Suami
Dukungan suami adalah hal terpenting dalam menghadapi 9 bulan kehamilan. Jadi, selama Bunda hamil, suami harus mengubah mindset-nya. Jadi, bukan sekadar 'asisten' Bunda saja, tapi suami juga harus merasa ini kehamilannya, seakan hamil berdua.
"Sehingga, kalau ada mindset ini hamilku juga, enggak perlu ibu bilang ayo dong meetingnya digeser kita ada ke dokter. Pasti sudah ada kesadaran sendiri untuk bareng si ibu kontrol berdua," terang Putu.
3. Keluarga dan teman dekatPutu menjelaskan, yang mesti diketahui adalah hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan pada ibu hamil. Misalnya, yang perlu dilakukan adalah menciptkan suasana positif dan lingkungan menyenangkan, serta memberikan perhatian sederhana.
"Misalnya mengambilkan air, memberikan tempat duduk, juga membawakan belanjaan berat," saran Putu.
Yang tidak perlu dilakukan antara lain mengomentari hal-hal personal seperti ukuran tubuh, terutama perut dan payudara. Hindari menceritakan pengalaman menyeramkan atau mengerikan tentang kehamilan, dan memberikan saran medis atau kesehatan secara berlebihan, karena itu sudah jadi tanggung jawab pribadi dan dokter masing-masing.
Simak pula cerita Tantri 'Kotak' yang hamil dengan taksoplasma ini, Bun.
(yun/muf)