HaiBunda

KEHAMILAN

Kisah Sedih Marissa Nasution, Bayi Meninggal di Kandungan Akibat TTTS

Yuni Ayu Amida   |   HaiBunda

Rabu, 16 Oct 2019 18:15 WIB
Kisah Sedih Marissa Nasution, Bayi Meninggal di Kandungan Akibat TTTS /Foto: instagram
Jakarta - Artis Marissa Nasution rupanya punya cerita sedih di balik kehamilan pertamanya, Bunda. Ia harus merelakan satu dari dua bayi kembarnya meninggal dalam kandungan. Diketahui karena kondisi twin to twin transfusion syndrome (TTTS).

Hal ini diakui Marissa dalam channel YouTube pribadinya. Ia didiagnosis TTTS di bulan keempat kehamilan. Awalnya, semua baik-baik saja, dia bahkan sempat babymoon ke Selandia Baru. Namun pulang dari babymoon, barulah dia merasakan ada yang aneh dalam kandungannya.

"Waktu check up dokter bilang, twin B tidak sebesar twin A. Waktu itu dua-duanya masih hidup, tapi kok ada imbalance di berat badan, twin A lebih besar dari twin B. Setelah dicek kita lumayan panik, dokter bilang ada kemungkinan besar ini adalah TTTS, kita pertama kali dengar, apa itu?" kenang Marissa.

Dokter mereka pun sempat menyarankan untuk melakukan pengobatan ke Australia. Namun akhirnya, Marissa dan suami memutuskan untuk bertanya pada salah satu teman di Singapura, yang kebetulan pernah mengalami hal sama beberapa tahun lalu. Temannya pun menyarankan mereka untuk mengontak dokter di Singapura.

Setelah melakukan serangkaian tes di Singapura, dokter di sana pun menuturkan, jika benar yang dialami Marissa adalah TTTS. Salah satu bayi kembarnya sudah kekurangan berat badan yang cukup jauh dari bayi kembar satunya lagi. Dokter pun menyarankan dua opsi.

"Ada opsi, kalau kita tidak melakukan apapun, kemungkinan besar 90 persen kedua bayi akan meninggal dalam kandungan. Opsi terbaik adalah operasi laser untuk memutuskan koneksi di antara twin A dan twin B," katanya.



Bagi Marissa, ini adalah pergulatan batin yang cukup menyiksa. Bagaimana tidak, itu artinya dia harus siap dengan segala risiko, termasuk kehilangan bayinya. Hal ini karena pemutusan dan pembagian plasenta tersebut juga tidak bisa ditentukan sendiri.

"Apakah pembagiannya akan 50 persen, atau lebih banyak ke twin A, ke twin B. This is something that nothing you can do it about it, jadi placement ini benar-benar up to nature, ini tidak bisa diubah lagi," katanya.

Setelah operasi selesai, dua hari kemudian saat dokter melakukan pengecekan, dokter mengatakan bahwa salah satu bayinya sudah tidak memiliki detak jantung lagi. Hal ini artinya saat pembagian plasenta, lebih banyak pada bayi A daripada bayi B, sehingga bayi B tidak cukup untuk berkembang.

Pergulatan batinnya tak cukup sampai sana. Setelah salah satu bayinya dinyatakan meninggal, bayi tersebut tidak langsung dikeluarkan, melainkan dibiarkan begitu saja dalam kandungan, sampai bayi satu laginya yang masih hidup dilahirkan.

"Oke, apa aku sekarang harus melahirkan twin B, ternyata tidak seperti itu. Twin B tetap dalam kandungan, twin A akan terus berkembang, twin B akan dilahirkan disaat twin A lahir, jadi biarkan saja dalam kandungan bersama kembarannya sampai nanti di persalinan," ujarnya.

"Kita nangis karena kehilangan anak, tapi di waktu yang sama aku ngerasa harus jadi ortu yang berjuang untuk twin A," tuturnya.

Mengutip NBC News, twin to twin transfusion syndrome (TTTS) adalah penyakit plasenta yang hanya terjadi ketika ibu memiliki anak kembar identik, dan anak kembar tersebut berbagi plasenta yang sama. Masalah yang akan terjadi adalah, salah satu kembar mendapat terlalu banyak aliran darah, dan yang lainnya mengalami kekurangan, karena hasil distribusi darah yang tidak merata.

Yang satu berisiko mengalami masalah seperti dehidrasi dan keterlambatan perkembangan. Kembar lainnya, yang kewalahan karena terlalu banyak darah, memiliki masalah dengan tekanan darah tinggi dan gagal jantung. Dan dalam kebanyakan kasus, ini bisa menyebabkan kematian bagi keduanya.

Menurut dr.Norman Davies, konsultan pengobatan ibu dan anak, TTTS disebabkan oleh koneksi abnormal antara kembar yang terbentuk ketika plasenta pertama kali berkembang. Ini adalah sesuatu yang terjadi natural dan acak, serta tidak bisa dihindari.

"Sang ibu sama sekali tidak dapat mencegahnya. Juga tidak ada faktor risiko yang diketahui dalam kehidupan seorang ibu yang membuatnya mengalami TTTS," jelas Davies.

Tonton cerita Marissa Nasution ini ya.

[Gambas:Video 20detik]




(yun/muf)

TOPIK TERKAIT

ARTIKEL TERKAIT

TERPOPULER

Ini Alasan Kenapa Bunda Tak Boleh Paksa Si Kecil Memeluk Saudaranya

Parenting Ajeng Pratiwi & Randu Gede

Keseruan Wendy Cagur dan Keluarga Liburan di Korea Selatan, Ini 5 Potretnya

Parenting Nadhifa Fitrina

Sunat Anak Laki-Laki: Usia yang Tepat, Estimasi Biaya, Manfaat, Risiko & Perawatannya

Parenting ZAHARA ARRAHMA

Kenali Ciri Stadium Awal Kanker Payudara dari Kulit Tubuh, Termasuk Tampak seperti Jeruk

Menyusui Amrikh Palupi

Seberapa Besar Peluang Hamil Anak Kembar dari 1 Embrio Melalui IVF? Simak Kata Ahli

Kehamilan Annisa Aulia Rahim

REKOMENDASI
PRODUK

TERBARU DARI HAIBUNDA

Cerita Perempuan 30 Th Alami Kanker Serviks Stadium Akhir, Ini Gejala yang Dialami

Berobat Pakai Asuransi Bayar 10% Ditunda, Ini Penjelasan OJK

Arti Nama Axel dan 30 Rangkaiannya untuk Anak Laki-laki, Modern & Damai Maknanya

Ini Alasan Kenapa Bunda Tak Boleh Paksa Si Kecil Memeluk Saudaranya

Khayru Putra Gunawan Sudrajat Kerap Dibully saat Kecil, Kini Sudah Kuliah di Australia

FOTO

VIDEO

DETIK NETWORK