Jakarta -
Pemeriksaan
kehamilan bukan cuma tentang kondisi fisik ibu hamil. Pemeriksaan
janin untuk kelainan kromosom pada bayi juga penting, Bun. Salah satunya tes amniosentesis.
Dalam buku
Baby Centre: Pregnancy Questions & Answers, tes amniosentesis diartikan sebagai pemeriksaan diagnostik yang bisa memberi tahu apakah bayi memiliki kelainan kromosom atau tidak. Tes ini biasanya dilakukan antara minggu 15 sampai 18, namun bisa dilakukan sesegera mungkin jika timbul masalah.
Tes ini sebaiknya tidak dilakukan di bawah usia kehamilan 14 minggu, Bun. Sebab cairan amnion belum cukup untuk diambil menjadi sampel tes.
Menurut bidan sonografer, Chrissie Hammonds, sebelum ibu hamil memutuskan melakukan tes kehamilan, baiknya mencari informasi lebih dahulu. National Institute for Clinical Excellence (NICE) menyatakan bahwa ibu hamil harus mendapatkan informasi tentang setiap pemeriksaan kehamilan dari tenaga medis.
"Kita bisa memutuskan untuk tidak menjalani tes apa pun sama sekali atau menjalani pemeriksaan pemindaian, tetapi tidak untuk diagnostik," kata Hammonds.
 Ilustrasi kehamilan/ Foto: iStock |
Tes ini sendiri dilakukan dengan mengambil sampel cairan amnion dan memeriksanya untuk melihat apakah bayi memiliki kelainan kromosom serius. Tes ini bisa mendeteksi kelainan kromosom seperti sindrom down.
Dokter menggunakan ultrasonografi (USG) sebagai pedoman. Lalu mencari kantung cairan amnion dalam jarak yang aman dari bayi dn plasenta. Kemudian akan dimasukkan jarum panjang halus melalui dinding perut dengan anastesi lokal.
Sebagian rumah sakit secara teratur menawarkan amniosentesis pada ibu hamil berusia di atas 35 tahun karena berisiko mengandung bayi dengan sindrom down. Bunda mungkin juga ditawari untuk menjalani tes jika memiliki riwayat keluarga yang mengalami cacat lahir, atau kelainan genetik.
Selain mendeteksi kelainan kromosom, tes ini juga mampu melihat jenis kelamin bayi. Dalam kehamilan lanjut, mampu melihat kematangan paru-paru bayi.
Mengutip
Mayo Clinic, tes amniosentesis bisa berisiko terhadap kehamilan. Di antaranya pecahnya
air ketuban, keguguran, cedera karena jarum, kepekaan terhadap resus, dan infeksi menular.
Simak juga mitos seputar bayi tabung di video berikut:
[Gambas:Video Haibunda]
(ank/som)