Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

kehamilan

5 Risiko Menjalani Prosedur Kuret Setelah Keguguran

Annisa Karnesyia   |   HaiBunda

Minggu, 29 Dec 2019 08:30 WIB

Menjalani prosedur kuret bisa menjadi tindakan medis saat alami keguguran. Namun, hal ini bisa mengakibatkan risiko yang berpengaruh pada kehamilan berikutnya.
Ilustrasi Risiko Menjalani Prosedur Kuret Setelah Keguguran/ Foto: iStock
Jakarta - Kuret merupakan prosedur yang sering dilakukan setelah seseorang mengalami keguguran. Secara medis, kuret bisa dilakukan untuk kondisi tertentu, Bun.

Biasanya pada ibu hamil, kuret dilakukan untuk mengangkat jaringan yang tertinggal di dalam rahim setelah keguguran atau melahirkan. Demikian dikutip dari Healthline.


Menurut praktisi kesehatan holistik, Dr.Debra Rose Wilson, setelah menjalani kuret, umumnya secara fisik tubuh merasa mudah lelah. Selain itu, wanita bisa mengalami kram selama satu atau dua hari setelah kuret dilakukan.

"Pendarahan ringan biasa terjadi setelah kuret," kata Wilson.

Kuret bisa dilakukan pada kondisi tertentu. Meski begitu, tindakan ini memiliki risiko, Bun. Mengutip Mayo Clinic dan Very Well Family, berikut risiko kuret:

1. Perforasi uterus

Perforasi uterus terjadi ketika alat bedah masuk ke dalam lubang rahim. Hal ini sering terjadi pada wanita yang baru hamil atau mengalami menopause.

Kebanyakan orang yang terkena perforasi uterus akan sembuh dengan sendirinya. Namun, jika pembuluh darah atau organ lain rusak, dibutuhkan prosedur lain untuk menanganinya.

2. Kerusakan serviks

Jika serviks robek selama kuret, dokter akan memberikan tekanan dan obat untuk menghentikan pendarahan atau menutup luka dengan jahitan. Selain itu, dapat terjadi juga insufisiensi serviks atau melemahnya otot dan jaringan serviks yang potensinya kecil.

"Kondisi itu bisa menyebabkan pelebaran serviks, meningkatkan risiko kelahiran prematur, dan keguguran di kehamilan berikutnya," kata Krissi Danielsson, penulis buku After Miscarriage.

Ilustrasi keguguranIlustrasi keguguran/ Foto: iStock

3. Sindrom Asherman

Sindrom Asherman paling sering terjadi ketika kuret dilakukan setelah keguguran atau persalinan. Kondisi ini saat jaringan parut terbentuk dalam rongga rahim.

Hal ini juga bisa menyebabkan siklus menstruasi tidak normal dan menyakitkan. Di masa yang akan datang dapat berakibat keguguran dan infertilitas.

4. Prosedur yang invasif

Invasif merupakan prosedur memecah kulit dengan menggunakan elektrode jarum dalam otot. Beberapa wanita lebih memilih untuk mengalami keguguran alami dan tidak melakukan kuret karena alasan ini, Bun.

"Menjalani prosedur kuret membuat wanita merasa 'terlalu klinis' atau menjadikan mereka subjek anestesi yang tidak diinginkan," kata Danielsson.

5. Infeksi

Infeksi setelah melakukan prosedur kuret mungkin terjadi. Namun, termasuk jarang, Bunda.

Bunda, simak juga faktor pemicu keguguran di video berikut:

[Gambas:Video Haibunda]

(ank/rdn)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda