Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

kehamilan

Bisakah Baby Blues Dialami Ayah? Cari Tahu Yuk Bun Apa Penyebabnya

Annisa Afani   |   HaiBunda

Senin, 13 Apr 2020 09:06 WIB

Ayah sebenarnya juga bisa mengalami masa transisi lho Bun saat Bunda melahirkan. Kenapa hal itu bisa terjadi? Simak penjelasannya yuk!
Ilustrasi ayah dan bayi/Foto: ilustrasi/thinkstock
Jakarta - Sebagian ibu akan mengalami sindrom baby blues setelah melahirkan. Namun tak cuma Bunda yang mengalami hal itu, ayah juga bisa mengalami perasaan stres setelah memiliki anak.

Namun yang dialami ayah disebut dengan depresi pasca-melahirkan, tapi masyarakat kebanyakan menyebutnya dengan baby blues. Baby blues sebenarnya hanya dialami oleh Bunda selama beberapa hari hingga tiga minggu usai melahirkan.


Dikutip dari Health Harvard, depresi pasca-melahirkan bisa mempengaruhi dan dapat dialami oleh ayah. Satu analisis pun memperkirakan bahwa sebanyak 10 persen ayah mengalami depresi pasca-melahirkan dalam tahun pertama setelah kelahiran anak.

Kemungkinan besar depresi ini akan dimulai dalam tiga hingga enam bulan setelah kelahiran bayi, bahkan bisa lebih cepat atau lambat. Sama seperti yang dialami oleh ibu baru, ayah juga membutuhkan dukungan, dorongan, kepastian, dan tempat yang aman untuk menyampaikan apa yang menjadi kekhawatiran mereka.

Namun dikutip dari babycentre, apa yang dirasakan Ayah tidak sama dengan baby blues yang dirasakan Bunda beberapa hari setelah melahirkan. Berikut ini beberapa faktor yang dapat menyebabkan depresi pada ayah saat anak lahir:

1. Takut menjadi ayah

Ini bisa dipicu oleh rasa khawatir mengenai tanggung jawab yang bertambah, sehingga merasa tidak lagi memiliki kebebasan seperti sebelumnya.

2. Khawatir masalah keuangan

Ayah juga biasanya akan memikirkan mengenai keuangan keluarga, sehingga menimbulkan kekhawatiran baru tentang cara mengelola pendapatan.

{SEO} Bisakah Baby Blues Juga Dialami Ayah?Foto: shutterstock

3. Peran baru

Ayah merasakan kekhawatirannya untuk dapat menjadi sosok yang baru. Apakah ia mampu untuk menjadi ayah yang baik, atau tidak.

Kenangan buruk yang ayah alami saat kecil bersama orang tuanya juga dapat menjadi faktor pendukung. Ada obsesi yang memotivasi diri untuk lebih baik dari orang tuanya, namun rasa ragu tetap menyelimuti.

Depresi ini sebenarnya sangat rentan bagi ayah, mengingat pria cenderung menyimpan dan menahan apa yang ia rasakan. Mereka memiliki pikiran 'hadapi saja' setiap memiliki masalah. Hal ini tentu tidak baik dan dapat memperparah stres yang dialaminya.

Maka dari itu, perlu bagi ayah untuk terbuka dan menceritakan apa yang menjadi kekhawatirannya. Ayah perlu untuk berterus terang mengenai perubahan yang ia alami agar tidak merasa menanggung beban tersebut sendiri. Selain itu, agar ayah merasa memiliki dukungan dari pasangan atau keluarga.

Beberapa gejala yang bisa dirasa jika ayah mengalami depresi berat, di antaranya merasa lelah dan cemas, tidak toleran dan mudah marah, terobsesi dengan keuangan, menarik diri dari keluarga, kurang tidur atau bahkan kebanyakan tidur.

Gejala lainnya, seperti sering merasa sedih, tertekan atau putus ada dan kehilangan minat atau kesenangan dalam melakukan aktivitas yang biasa ia nikmati. Jika Ayah mengalami perasaan seperti itu, dan tidak membaik selama beberapa minggu, maka perlu untuk menemui dokter dan mendapatkan bantuan.


Dan yang terpenting, ayah tidak perlu merasa takut atau malu untuk melewati masa transisi ini. Sebab, ini normal dan bisa dialami oleh ayah-ayah yang lain.

Lihat juga yuk Bun, curhat ayah di Hari Ayah pada video berikut:

[Gambas:Video Haibunda]



(AFN/jue)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda