Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

kehamilan

Bisakah Bunda Keguguran Tanpa Mengalami Pendarahan?

Annisa Afani   |   HaiBunda

Rabu, 03 Jun 2020 05:40 WIB

ilustrasi keguguran
Ilustrasi ibu mengalami keguguran/Foto: iStock
Jakarta -

Keguguran biasanya dan paling umum terjadi dalam minggu awal kehamilan. Sebagian besar keguguran terjadi dalam 13 minggu pertama kehamilan, namun risiko keguguran terus berkurang seiring dengan perkembangan janinnya.

Keguguran kerap ditandai dengan pendarahan. Meski begitu, tidak semua keguguran mesti ditandai dengan terjadinya pendarahan, lho Bunda. Karena faktanya, ibu hamil mungkin tidak mengalami gejala apa pun dan mengetahui telah mengalami keguguran saat dokter tidak dapat mendeteksi detak jantung janin saat melakukan USG rutin.

Dilansir dari Medical News Today, pendarahan yang terjadi saat keguguran terjadi ketika rahim sang ibu kosong. Namun dalam beberapa kasus, ibu hamil tidak akan mengalami pendarahan saat janin mati masih berada di dalam rahim.

Gejala

Beberapa ibu hamil tidak memiliki gejala eksternal saat mengalami keguguran. Bahkan ketika keguguran terjadi sejak dini, ibu hamil mungkin masih merasakan tanda kehamilan, sehingga membuatnya sulit untuk mengidentifikasi keguguran tersebut.

Namun, ada beberapa tanda keguguran yang dapat terjadi tanpa adanya perdarahan, di antaranya:

1. Berkurangnya tanda kehamilan secara mendadak
2. Tes kehamilan yang menunjukkan hasil negatif
3. Mual, muntah, atau diare
4. Sakit punggung
5. Gerakan janin terasa lambat atau berhenti

Diagnosa

Kebanyakan ibu hamil mulai mencari perawatan saat mereka telah mengalami pendarahan. Padahal dokter dapat mendiagnosis keguguran tersebut selama pemeriksaan USG rutin.

Selain itu, dokter juga dapat mencurigai keguguran karena indikasi lain, seperti penurunan kadar hormon kehamilan atau hal lainnya yang tidak biasa pada ibu hamil, seperti tes darah untuk menentukan tingkat hormon serta melakukan USG untuk memeriksa detak jantung.

ilustrasi USGilustrasi USG/ Foto: thinkstock

Detak jantung janin tidak berkembang sampai usia kehamilan 6,5-7 minggu, sehingga tidak ada detak jantung sebelum waktu itu belum bisa menunjukkan terjadi keguguran.

Untuk mengonfirmasi keguguran, dokter bisa memilih untuk melakukan pemindaian dalam beberapa hari. Sementara untuk mengetahui penyebab keguguran, dokter dapat merekomendasikan pengujian genetik, pemindaian ultrasound lebih lanjut, atau pengujian darah.

Pengobatan dan perawatan

Tujuan pengobatan dan perawatan ini adalah untuk mengangkat janin serta jaringan dari rahim dan untuk mencegah adanya komplikasi, seperti infeksi rahim. Ada berbagai pilihan perawatan, dan biasanya dokter atau bidan akan memberi saran dan pilihan terbaik berdasarkan kondisi yang dialami oleh sang ibu.

Ketika keguguran terjadi tanpa perdarahan, seringkali aman untuk menunggu beberapa minggu sebelum mencari pengobatan, karena rahim mungkin dapat kosong dengan sendirinya. Namun bagi ibu hamil yang mengalami pendarahan, ini biasanya berlangsung selama kurang dari satu minggu, disertai dengan rasa kram.

Apabila rahim tidak juga kosong setelah terjadinya pendarahan, maka ada beberapa pilihan perawatan lain yang dapat dilakukan, di antaranya:

1. Mengonsumsi obat yang mendorong pelepasan janin
2. Melakukan prosedur pembedahan yang disebut dilatasi dan kuretase

Dokter biasanya juga akan memberi resep obat pereda nyeri untuk mengurangi kram yang dirasakan. Dan dalam beberapa kasus yang jarang terjadi, keguguran bisa menyebabkan infeksi rahim, yang membutuhkan perawatan berkelanjutan lho Bunda.

Sebelum memilih program pengobatan atau perawatan, sangat penting untuk mempertimbangkan kesehatan mental ibu hamil. Karena banyak dari ibu hamil merasakan kesedihan yang luar biasa setelah keguguran, seperti memiliki perasaan bersalah atau kecemasan.

Ibu hamil yang mengalami keguguran biasanya akan merasa khawatir dan memiliki rasa tanggung jawab atas keguguran yang dialami. Padahal dari kebanyakan kasus yang terjadi, hal tersebut tidaklah sepenuhnya benar karena keguguran berada di luar kendali seseorang.

Penyebab

Penyebab paling umum dari keguguran adalah kelainan kromosom yang membuat bayi tidak bisa bertahan hidup. Selain itu, beberapa hal lainnya dapat terjadi karena infeksi, penyakit, cedera fisik, kelainan pada rahim atau organ reproduksi lainnya, kondisi medis yang tidak diobati, seperti diabetes atau gagal ginjal. Selain itu,
polip atau adhesi uterus dan endometriosis.

Waktu pemulihan

Waktu pemulihan terkait keguguran tergantung pada banyak faktor, termasuk seberapa besar usia kehamilan tersebut. Bagi kebanyakan ibu, untuk pulih secara fisik bisa diatasi dengan waktu yang relatif singkat.

Namun, bagi ibu yang menjalani operasi pengangkatan janin mungkin tidak akan mengalami gejala fisik setelah perdarahan terkait berhenti. Hanya saja, akan mengalami beberapa komplikasi, seperti infeksi rahim, dengan waktu pemulihan yang lebih lama.

Namun, efek emosional dari keguguran ini yang bisa bertahan lebih lama, Bunda. Beberapa ibu akan mengalami duka, dan bagi yang lainnya mungkin dapat menjadi lebih baik setelah dapat hamil kembali.

Sebuah studi tahun 2016 menemukan bahwa wanita dapat dengan aman untuk mencoba hamil lagi setelah mengalami keguguran. Dan faktanya, para peneliti juga menemukan bahwa kemungkinan hamil akan lebih tinggi bagi ibu yang sebelumnya pernah mengalami keguguran.

Bunda, simak juga faktor yang dapat memicu keguguran dalam video berikut:

[Gambas:Video Haibunda]



(AFN/jue)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda