Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

kehamilan

Melahirkan Kala Pandemi COVID-19, Lebih Baik Normal atau Caesar?

Salam Rahmad   |   HaiBunda

Sabtu, 18 Jul 2020 09:15 WIB

Team of doctors and nurses wear masks and gloves and prepare for surgery.
Melahirkan Kala Pandemi COVID-19, Lebih Baik Normal atau Caesar?/ Foto: iStock
Jakarta -

Bunda, saat ini pandemi Corona sudah sangat mengkhawatirkan dengan adanya lonjakan kasus baru. Kepanikan ini bisa saja berimbas pada Bunda, terlebih kalau sedang mengandung calon buah hati. Tentunya perasaan was-was kerap muncul dan akhirnya memerlukan penanganan ekstra dalam menjaga janin yang dikandung.

Dikutip dari Generocity, peneliti di Texas A&M University, Hector Chappa, mengonfirmasi hingga saat ini belum ada penelitian yang membuktikan bahwa ibu hamil yang terpapar COVID-19 berisiko alami keguguran atau bayi lahir prematur. Tapi, bukti data dari penyakit lain, menunjukkan bahwa ibu hamil yang terkena SARS saat wabah menyebar tahun 2002-2003 lalu, berisiko mengalami keguguran atau bayi lahir prematur lebih tinggi.

Chapa juga menuturkan bahwa di tengah pandemi ini para ibu hamil banyak yang menginginkan persalinannya dilakukan secara caesar. Tapi, Chapa tidak menganjurkan karena dikhawatirkan akan membuka peluang menularnya COVID-19 baik pada tenaga medis, ibu, maupun bayi.

"Tidak terjangkit COVID-19 bukan alasan tepat untuk melahirkan dengan operasi caesar. Tidak ada bukti penelitian yang mengungkapkan ibu hamil yang terpapar COVID-19 harus melahirkan bayinya secara caesar," ujar Hector Chapa, Director of Interprofessional Education, College of Medicine, Texas A&M University, Amerika Serikat.

Di sisi lain, kejadian ini akan berbeda kasusnya jika Bunda mengidap penyakit tertentu sehingga tidak diperkenankan melahirkan secara normal. Namun, bagaimana kemungkinan terburuknya jika Bunda merasa terpapar COVID-19?

Asian Pregnant Woman patient is on drip receiving a saline solution on bed VIP room at hospital, selective focus.Ilustrasi ibu melahirkan/ Foto: iStock

Kalau Bunda mengalami gejala COVID-19 sesaat setelah persalinan dokter akan memisahkan Bunda dengan si kecil. Hal ini dilakukan untuk melindungi bayi tidak terjangkit juga.

Maka dari itu, terlepas dari terjangkit atau tidaknya ibu hamil, bayi yang dilahirkan harus dijaga kesehatannya karena rawan terpapar virus dari lingkungan sekitarnya. Misalnya, batuk atau bersin di dekat bayi tentu sangat mudah menjangkiti si kecil.

Dilansir Tommy's Pregnancy, di China, ibu baru melahirkan yang terpapar COVID-19 disarankan untuk berpisah dari bayi mereka selama 14 hari. Tapi, hasilnya justru memberikan efek negatif pada hubungan ibu dan anak.

Maka, Bunda harus tetap menjaga kesehatan di tengah pandemi. Rutin mengonsumsi buah dan sayur bisa jadi kunci utama agar tubuh kebal dari virus yang dapat menjangkiti Bunda dan calon buah hati. Bisa juga dengan melakukan kegiatan yang disenangi seperti yoga dan meditasi, yang dapat membantu Bunda menjernihkan pikiran.

"Untuk menjaga diri tetap sehat, selalu cuci tangan, jaga jarak sosial, dan tetap dekat dengan penyedia layanan kesehatan selama kehamilan," kata Chappa.

Para ibu yang baru melahirkan agar mengikuti protokol kesehatan dalam keseharian, seperti cuci tangan sebelum menyentuh bayi, menghindari batuk atau bersin saat menyusui, selalu menggunakan masker, dan berkonsultasi dengan dokter supaya Bunda dan si kecil senantiasa terhindar dari Covid-19.

Simak juga cerita dr Reisa Brotoasmoro setelah mengalami persalinan caesar berikut ini, Bunda.

[Gambas:Video Haibunda]

(kuy/kuy)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda