kehamilan
Inseminasi Buatan Bisa Tingkatkan Peluang Hamil, Ini Biaya & Prosesnya Bun
Jumat, 26 Mar 2021 17:48 WIB
Masalah kesuburan kerap jadi kendala pasangan suami istri yang ingin punya momongan. Tak sedikit yang beralih melakukan program kehamilan, seperti inseminasi buatan.
Inseminasi buatan merupakan tindakan medis yang digunakan untuk meningkatkan peluang hamil, Bunda. Mengutip Healthline, metode perawatan kesuburan ini digunakan untuk mengantarkan sperma langsung ke leher rahim. Terkadang, sperma perlu disiapkan untuk bisa meningkatkan kemungkinan seorang wanita hamil.
Perawat Rachel Nall, MSN, CRNA, mengatakan bahwa kehamilan bisa terjadi saat sperma pria masuk ke vagina wanita. Melalui serviks, sperma akan masuk ke dalam rahim.
Namun, terkadang pergerakan sperma tidak baik untuk bisa masuk ke rahim. Kondisi serviks Bunda juga bisa saja tidak cocok untuk memungkinkan sperma masuk.
"Dalam kasus ini atau situasi lainnya, inseminasi buatan dapat membantu wanita hamil," kata Nall.
Inseminasi buatan tak boleh sembarangan dilakukan ya, Bunda. Dokter umumnya merekomendasikan ini kalau Bunda berusia di atas 35 tahun tidak hamil setelah enam bulan melakukan hubungan seksual tanpa kondom, atau berusia kurang dari 35 tahun tak kunjung hamil setelah satu tahun melakukan hubungan seksual tanpa kondom.
Inseminasi buatan tak cuma membantu kesuburan Bunda, tapi juga Ayah. Dilansir Parents, metode ini dapat mengatasi infertilitas dari kemampuan dan jumlah sperma yang tidak memadai serta motilitas.
Sementara itu, inseminasi buatan juga dapat membantu Bunda yang mengalami lendir serviks kental, endometriosis, atau organ reproduksi yang tidak normal.
Dokter akan menjadwalkan inseminasi buatan berdasarkan siklus menstruasi. Metode ini memiliki peluang sukses kalau dihubungkan dengan ovulasi, yakni ketika ovarium melepaskan sel telur di masa subur.
Prosedur inseminasi buatan
Inseminasi buatan sebagai cara cepat hamil dibagi menjadi dua metode nih, Bunda. Berikut penjelasan lengkapnya:
1. Intrauterine Insemination (IUI)
Metode IUI digunakan pada kondisi infertilitas di faktor pria atau pada penyebab yang tidak diketahui dengan jelas. IUI juga dapat digunakan pada kondisi endometriosis dan lendir serviks yang kental.
"Untuk memulai proses IUI, ibu akan meminum obat untuk meningkatkan kesuburan. Dokter lalu menyiapkan air mani Ayah, dengan memisahkannya dari sperma. Cairan mani dapat menyebabkan kontraksi uterus yang intens pada wanita," kata ahli ginekologi dan endokrinologi reproduksi, Tanmoy Mukherjee, MD.
Dokter lalu akan mencampur sperma dan cairan, memasukkan ke kateter, kemudian ke dalam vagina. Saat kateter mencapai rahim, dokter akan mengeluarkan sperma tersebut.
Sperma yang masuk ke dalam rongga rahim harus menempuh jarak untuk mencapai sel telur. Saat ini, kemungkinan untuk terjadinya pembuahan lebih tinggi dibandingkan dengan hubungan seksual.
Menurut Mukherjee, tingkat keberhasilan IUI untuk infertilitas faktor pria adalah 8 sampai 10 persen. Sementara untuk infertilitas tuba adalah 5 persen dan infertilitas tidak diketahui sebesar 18 hingga 20 persen.
Studi di jurnal Human Reproduction menjelaskan, tingkat keberhasilan IUI adalah 40,5 persen setelah enam kali perawatan. Menurut artikel di Journal of Andrology, tingkat keberhasilan IUI lebih tinggi setelah enam siklus dibandingkan dengan jumlah siklus Intracervical Insemination (ICI).
Hal ini kemungkinan karena penempatan dan persiapan sperma yang lebih terkonsentrasi secara lebih langsung. Menurut University of Wisconsin Hospitals and Clinics, menyiapkan sampel sperma di laboratorium dapat meningkatkan konsentrasi sperma hingga 20 kali lipat.
2. Intracervical Insemination (ICI)
ICI adalah metode inseminasi buatan yang lebih sederhana dan bisa dilakukan di klinik dokter atau rumah, Bunda. Tingkat keberhasilan berkisar 5 hingga 30 persen per siklus.
Menurut studi di jurnal Human Reproduction, angka keberhasilan dengan metode ICI adalah 37,9 persen setelah enam siklus perawatan.
ICI dilakukan dengan memasukkan sperma ke dalam serviks. Berikut langkah-langkahnya:
- Bunda dapat memantau siklus ovulasi dengan menggunakan metode kalender, ultrasound, atau mengukur suhu tubuh. Terkadang, dokter meresepkan obat untuk menginduksi ovulasi.
- Dokter lalu memasukkan sperma Ayah ke dalam vagina dengan menggunakan jarum suntik khusus. Pilihan lainnya adalah sperma diletakkan di sebuah tempat dan memasukkannya ke serviks pada waktu yang sudah ditentukan.
- Setelah sperma masuk, Bunda akan diminta berbaring selama 15 sampai 30 menit. Cara ini memungkinkan sperma untuk naik dari leher rahim ke rahim.
- Bunda dapat kembali melakukan aktivitas rutin setelah melakukan prosedur. Sekitar dua minggu, bisa melakukan tes kehamilan untuk melihat kemungkinan hamil.
![]() |
Risiko inseminasi buatan
1. Kelahiran prematur pada bayi kembar
Dikutip dari Mayo Clinic, inseminasi buatan tetap memiliki risiko, Bunda. Kehamilan bayi kembar saat prosedur ini bisa meningkatkan terjadinya kelahiran prematur atau keguguran.
Kehamilan kembar bisa terjadi saat prosedur inseminasi buatan digabungkan dengan penggunaan obat ovulasi.
2. Sindrom hiperstimulasi ovarium
Sindrom hiperstimulasi ovarium juga bisa menyebabkan ovarium membengkak akibat menggabungkan obat kesuburan dengan IUI. Obat kesuburan biasanya diberikan kalau Bunda sulit ovulasi atau memproduksi sel telur tempat embrio berkembang.
Sindrom ini jarang terjadi dan gejala biasanya ringan. Namun, terkadang kondisi ini dapat menyebabkan komplikasi serius dengan gejala parah seperti dehidrasi, nyeri dada, dan sesak napas.
3. Infeksi dan perdarahan
Ada sedikit risiko terkena infeksi dan perdarahan saat menjalani prosedur inseminasi buatan. Proses pemasangan kateter di dalam rahim bisa menyebabkan perdarahan di vagina. Meski begitu, kondisi ini biasanya tidak berpengaruh pada peluang hamil.
Dalam beberapa kasus, terdapat pula efek samping berat dari program inseminasi buatan, seperti urine berwarna gelap, kram parah, hingga peningkatan berat badan secara mendadak. Disarankan untuk segera memberitahu dokter ketika efek samping ini muncul ya, Bunda.
Hasil inseminasi buatan
Bunda umumnya akan diminta menunggu selama dua minggu sebelum melakukan tes kehamilan. Pengujian terlalu cepat bisa menghasilkan negatif palsu atau positif palsu.
Negatif palsu terjadi saat hormon kehamilan belum pada tingkat yang dapat diukur. Hasil tes mungkin negatif, meski sebenarnya Bunda sudah hamil.
Sementara itu, positif palsu bisa terjadi saat Bunda menggunakan obat pemicu ovulasi seperti HCG. Obat ini bisa mengindikasikan kehamilan, meski sebenarnya Bunda tidak hamil.
Nah, kalau sudah melakukan tes sesuai ketentuan tapi tidak hamil, Bunda dapat mencoba prosedur IUI lagi sebelum beralih ke program lain. Seringkali kehamilan terjadi usai melakukan inseminasi buatan selama tiga hingga enam bulan.
Biaya inseminasi buatan
Di Indonesia, layangan inseminasi buatan ditawarkan di banyak rumah sakit dan klinik. Tarif prosedur ini jauh lebih murah dibandingkan program bayi tabung atau in fitro vertilization (IVF), yang bisa mencapai puluhan juta.
Rumah Sakit Hermina di situs resminya menyebutkan biaya inseminasi buatan yakni sekitar Rp7 juta. Paket ini mencakup obat stimulasi, tindakan inseminasi, dan washing sperma.
Sementara di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, biaya inseminasi buatan adalah Rp1,5 juta. Harga ini belum termasuk USG dan pemeriksaan lainnya.
Simak juga proses bayi tabung menurut dokter, dalam video berikut:
(ank/som)