kehamilan
Pengalaman Dokter asal Bali Melahirkan di Swedia, Biaya Persalinan Gratis Tapi..
Rabu, 17 Nov 2021 07:15 WIB
Putu Ayuwidia Ekaputri, seorang dokter asal Bali, Indonesia, berbagi pengalamannya ketika melahirkan di tanah perantauannya, Swedia. Widia, sapaan akrabnya, kini tinggal di Gothenburg, Swedia bersama suami dan anaknya. Pengalaman melahirkannya unik karena cukup berbeda dengan di Indonesia.
Sebelum lanjut ceritakan pengalaman melahirkannya di sana, Widia menjelaskan lebih dahulu bagaimana sistem kesehatan di Swedia. Ternyata, sistemnya hampir sama seperti di Indonesia dengan sistem BPJS-nya, Bunda.
"Tapi bedanya, kalau BPJS kan kita bayar premi ya, sedangkan di Swedia kita enggak perlu bayar premi tapi sudah ditanggung dengan bayar pajak," ujar Widia kepada HaiBunda via Zoom, baru-baru ini.
Pajak di Swedia pun cukup besar, bahkan melebih gaji, lho. Minimum pajak yang bakal dipungut sekitar 33 persen dari penghasilan. Namun, pada umumnya, orang Swedia membayar pajak hingga 55 persen. Iya, lebih banyak dibanding gajinya dan akan naik seiring peningkatan gaji nantinya.
"Lalu, kalau layanan kesehatan di Indonesia pemerintah sama swasta 50:50 mungkin ya. Tapi kalau di Swedia, ditanggung oleh swasta 5-10 persen, jadi semuanya rumah sakit negeri," kata Widia.
"Jadi begitu hamil, kita harus ikuti aturan di sana, kalau di Indonesia enggak mau BPJS kan ya sudah swasta saja. Tapi kalau di Swedia enggak ada pilihan itu karena enggak ada."
![]() |
Kalaupun ingin swasta, kata Widia, bakal menguras dompet, Bunda. Bayangkan, biaya USG saja sekitar Rp3 juta.
"Jadi kita semua harus ikuti 'BPJS', kita ikuti ke Faskes 1 yaitu puskesmas, di sini sih namanya Narhalsan, sejenis puskesmas," ujarnya.
Menurut pengalaman Widia yang ikuti aturan pemerintah, setiap ibu hamil di sana, ditangani oleh bidan, bukan dokter kandungan. "Aku ketemunya sama bidan bukan Sp.OG. Karena ini memang sesuatu hal yang benar ya, ketika kita sehat, memang yang punya tanggung jawab itu adalah bidan," ujar Widia.
"Di Indonesia pun sama, cuma karena orang menurutku karena mungkin ya.. bidannya tidak setara pendidikannya, kadang orang terasa tidak percaya," tuturnya,
Di Swedia, semuanya pemeriksaan ibu hamil dilaksanakan oleh bidan. Kurang lebih setiap bulan, akan ada pertemuan dengan bidan. Nah, bagian enaknya, menurut Widia, karena di faskes, ia tak harus pilih bidan seperti memilih dokter kandungan di Indonesia.
"Karena lihat di aplikasi, oh aku faskes di sini, didaftarin sama bidan sana ya sudah. Tapi itu berlaku kalau pendidikan mereka setara, tapi memang (di sini) pendidikan satu sama lain enggak terlalu beda," ungkap Widia.
"Dan mereka sangat profesional, tidak judgemental, enaknya di bidan, sekali pertemuan itu panjang, 30 menit. Pertemuan pertama itu aku satu jam, semua dibahas enak ya?"
Tak cuma itu, Widia juga mengungkap aturan USG sesuai 'BPJS' Swedia adalah sebanyak dua kali saja. Kok bisa? Baca ceritanya di halaman berikut.
Tonton juga daftar barang yang wajib dibawa ke RS jelang persalinan: