kehamilan

Gawat Janin: Penyebab hingga 8 Tanda yang Perlu Ibu Hamil Waspadai

dr. Alexander Mukti, Sp.OG   |   HaiBunda

Senin, 12 Sep 2022 07:04 WIB

Dokter Sisipan
dr. Alexander Mukti, Sp.OG
Lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Dokter Spesialis Obstetri & Ginekologi di Eka Hospital Cibubur. Jadwal praktek: Senin, Selasa, Kamis: 08:00-13:00 & 18.00-20:00. Rabu: 10:00-13:00 & 15:00-18.00. Jumat: 10:00-13:00 & 15:00-20:00. Sabtu: 08:00-13:00.
Jakarta -

Kehamilan yang sehat jadi dambaan setiap Bunda. Namun, ada kalanya terjadi gawat janin atau fetal distress nih, Bunda.

Gawat janin atau fetal distress adalah kondisi di mana bayi mengalami kegawatan pada saat di dalam kandungan, yakni janin tidak mendapatkan oksigen yang cukup. Gawat janin biasanya disebabkan karena berbagai faktor.

Setidaknya 1 dari 4 gawat janin terjadi pada ibu hamil atau bumil. Persentasenya adalah 25 persen pada rata-rata ibu hamil.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Pemicu gawat janin

Kondisi gawat janin dapat terdeteksi saat kehamilan. Namun, kasus ini lebih banyak ditemukan saat persalinan.

Pemicu gawat janin adalah kontraksi persalinan yang bisa menyebabkan stres pada janin. Ketika rahim kontraksi, pasokan oksigen akan berkurang sehingga memengaruhi janin. Ketika janin tidak bisa berkompensasi, biasanya pola detak jantung akan berubah.

Ilustrasi gawat janinIlustrasi gawat janin/ Foto: iStockphoto

Penyebab gawat janin

Gawat janin dapat dipicu atau disebabkan beberapa hal, yakni:

  1. Persalinan yang lama
  2. Perdarahan
  3. Infeksi
  4. Eklamsia atau kejang
  5. Preeklamsia
  6. Kehamilan prematur dan postmatur
  7. Ketuban pecah
  8. Ketuban sedikit

Tanda gawat janin

Bunda, sebaiknya pahami juga tanda-tanda terjadinya gawat janin atau fetal distress seperti dijelaskan berikut ini:

  1. Detak jantung janin kurang dari 120 kali per menit atau lebih dari 180 kali per menit.
  2. Berat badan janin tidak sesuai usia kehamilan
  3. Cairan ketubannya berkurang.
  4. Perkembangan bayi terhambat, biasanya bersifat kronik.
  5. Gerakan janin tidak aktif seperti biasanya atau kurang dari 10 kali per hari.
  6. Usia kehamilan lebih bulan atau lebih dari 42 minggu.
  7. Kehamilan kembar.
  8. Komplikasi kehamilan, seperti oligohidramnion, preeklamsia, eklamsia.
  9. Usia ibu hamil di atas 35 tahun.

Pemeriksaan gawat janin

Pemeriksaan gawat janin dapat dilakukan dengan beberapa cara, berikut di antaranya:

1. USG

Ultrasonografi (USG) dapat digunakan untuk melihat kondisi janin, seperti berat janin. Melalui USG, dokter juga bisa melihat banyaknya cairan ketuban dan aliran darah di tali pusat.

2. Cardiotocography (CTG)

Cardiotocography (CTG) merupakan alat yang digunakan untuk memantau pola denyut jantung janin, Bunda. Penilaian detak jantung dilakukan selama 10 sampai 20 menit.

Hasil CTG yang terkait gawat janin adalah detak jantung kurang 120 kali per menit atau lebih 180 kali per menit.

3. Fetal Doppler

Fetal Doppler adalah alat yang digunakan untuk memantau kondisi aliran darah ibu dan janin. Pemeriksaan ini biasanya tersedia di klinik atau bidan. Pemeriksaan menggunakan fetal Doppler tidak sedetail CTG dan USG dalam memantau kondisi gawat janin.

Ilustrasi gawat janinIlustrasi gawat janin/ Foto: iStockphoto

Risiko gawat janin

Risiko gawat janin dapat dialami ibu dan bayi. Berikut penjelasan lengkapnya:

Risiko yang mungkin terjadi pada janin

Bayi yang lahir pada kondisi gawat janin kemungkinan bisa berisiko mengalami masalah dalam perkembangannya. Misalnya, gawat janin dapat berisiko menyebabkan cerebral palsy.

Risiko pada ibu hamil

Ibu hamil yang melahirkan dengan kondisi gawat janin bisa berisiko menyebabkan infeksi pasca melahirkan. Hal tersebut bisa berakibat pada proses penyembuhan luka yang lama.

Selain infeksi, Bunda juga bisa menjalani perawatan intensif di ICU bila melahirkan dalam kondisi eklamsia saat gawat janin.

Deteksi gawat janin saat hamil

Gawat janin sebenarnya sudah dapat dideteksi sejak awal kehamilan. Biasanya ini dikaitkan dengan kejadian keguguran, Bunda.

Sementara itu, memasuki trimester kedua dan ketiga, gawat janin dapat dideteksi dengan pemeriksaan medis. Dokter akan melihat perkembangan janin dan kondisi air ketuban sebagai panduan untuk diagnosis gawat janin.

Gawat janin saat persalinan

Gawat janin yang terjadi pada saat persalinan ditangani dengan melahirkan secara cepat. Misalnya, gawat janin ditemukan di awal atau pembukaan lima, maka persalinan harus segera dilakukan atau tanpa menunggu sampai pembukaan lengkap.

Selain melahirkan cepat, dokter juga akan melihat kondisi janin dan jumlah pembukaan. Tapi Bunda perlu tahu, gawat janin saat persalinan bukan soal melahirkan secara caesar. Meski begitu, kebanyakan kasus ini memang ditangani dengan persalinan caesar.

Apakah gawat janin akan terjadi di kehamilan selanjutnya?

Gawat janin bisa terjadi di kehamilan berikutnya. Sebab, gawat janin bisa dialami siapa pun dan pada kehamilan ke berapa pun. Tapi, gawat janin sebenarnya bisa dicegah agar tidak terulang, Bunda.

Penanganan gawat janin atau fetal distress

Kunci penanganan gawat janin adalah edukasi. Bunda sebagai calon ibu perlu memperbanyak ilmu agar saat persalinan bisa memiliki pengetahuan yang cukup terkait gawat janin.

Bunda yang pernah mengalami gawat janin bisa mencegah kondisi ini di kehamilan berikutnya. Caranya adalah mencari penyebab gawat janin di kehamilan pertama dan melakukan pencegahan di kehamilan berikutnya.

Bunda perlu tahu, kalau dokter sudah mendiagnosis gawat janin, maka penanganan harus dilakukan secepatnya atau tidak ada tawar-menawar.

Simak pula persiapan melahirkan di bidan dalam video di bawah ini:

[Gambas:Video Haibunda]



(rap/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT