Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

kehamilan

Kisah Suami Istri Surabaya Dapat Momongan Usai 11 Tahun Menikah dari Bayi Tabung

Annisa Karnesyia   |   HaiBunda

Selasa, 29 Nov 2022 17:50 WIB

Yohannes dan Dina bersama anak pertama mereka
Kisah Suami Istri Dikaruniai Anak dari Program Bayi Tabung setelah Menanti 11 Tahun/ Foto: Instagram @drbennyarifin

Yohannes Yulius dan istrinya, Dina Liga, dikaruniai anak pertama berjenis kelamin laki-laki pada 11 November 2022. Yohannes dan Dina sudah 11 tahun menunggu kehadiran sang buah hati yang diberi nama Jourell Faith Limantoro.

Jourell lahir dengan berat 3 kilogram (kg) dan panjang 50 centimeter (cm). Dina melahirkan putra pertamanya itu melalui persalinan caesar, bUNDA.

Kehadiran Jourell menjadi hadiah tak ternilai dari Tuhan. Yohanees dan Dina akhirnya memiliki momongan setelah menjalani program bayi tabung di klinik Morula IVF Surabaya. Sejak awal, pasangan ini dibantu oleh dr. Benediktus Arifin, MPH, SpOG (K), Bunda.

Sempat gagal transfer embrio

Pada April 2021, Yohannes dan Dina mulai program bayi tabung. Keduanya menjalani pemeriksaan fertilitas, di mana sperma Yohannes dinyatakan mengalami masalah dan ditemukan polip di sistem reproduksi Dina.

Sebelum mulai program bayi tabung, pasangan ini sebenarnya sudah beberapa kali kontrol ke dokter kandungan, Bunda. Namun, keduanya tidak pernah menjalani pemeriksaan fertilitas sedetail itu.

"Kita sudah lihat pernikahan kita kan sudah 11 tahun. Dari awal 11 tahun menikah, sebenarnya kita pernah pergi ke beberapa dokter kandungan, dan sempat jalani tes tapi hasilnya sekedar istri saya dibilang normal. Tidak detail seperti ke klinik fertilitas," kata Yohannes saat dihubungi HaiBunda, baru-baru ini.

"Kemudian, kita kebetulan direkomendasikan ikut program bayi tabung. Pada April 2021, kita ke klinik fertilitas. Dari April, kita jalani proses sampai dapat dua embrio yang siap ditanam," sambungnya.

Baca Juga : Bayi Tabung

Dokter menyatakan bahwa dua embrio tersebut dalam kondisi baik. Pasangan ini pun memutuskan transfer satu embrio pada akhir Agustus 2021. Keduanya yakin bahwa transfer kali ini berhasil, Bunda.

Namun, Tuhan berkehendak lain. Transfer embrio pertama gagal setelah hasil tes beta human chorionic gonadotropin (hCG) Dina rendah. Artinya, kehamilan tidak terjadi atau embrio tidak menempel di rahim.

"Di bulan September, kita pikir sudah pasti jadi (hamil), karena ini program bayi tabung kan. Tapi Tuhan berkehendak lain, setelah proses 11 sampai 12 hari tanam, hasil beta hCG cuma 3. Padahal minimum kalau hamil itu nilainya 100," ujar Yohannes.

Gagal transfer embrio yang pertama membuat Yohannes dan Dina merasa down. Keduanya pun memutuskan untuk menata hati kembali sebelum melakukan transfer yang kedua. Simak kisah lengkapnya, di halaman berikutnya.

Bunda, yuk download aplikasi digital Allo Bank di sini. Dapatkan diskon 10 persen dan cashback 5 persen.

Simak juga serba-serbi bayi tabung, dalam video berikut:

[Gambas:Video Haibunda]

SEMPAT DOWN SEBELUM JALANI TRANSFER EMBRIO YANG KEDUA

Pemeriksaan usg 4 dimensi

Kisah Suami Istri Dikaruniai Anak dari Program Bayi Tabung setelah Menanti 11 Tahun/ Foto: iStockphoto

Sempat down karena gagal transfer embrio

Dina sempat down saat menerima kenyataan transfer embrio pertamanya gagal. Sebelumnya, ia sudah berekspektasi tinggi bisa hamil dari transfer embrio pertama.

Selama beberapa bulan, Dina dan suaminya, Yohannes memutuskan untuk menata diri. Keduanya mencoba untuk pulih dari rasa kecewa.

Banner Kembar AIUEO

Pada Februari 2022, pasangan ini akhirnya kembali memutuskan transfer embrio kedua, atau satu-satunya embrio yang tersisa. Kali ini, Yohannes dan Dina siap dengan segala hasilnya.

"Sampai Februari 2022, istri saya menyiapkan hati untuk proses transfer embrio kedua. Kita sempat diinfokan survivor rate embrio pertama masih lebih bagus dibandingkan embrio kedua. Kita sempat pikir, yang pertama saja tidak nempel ya," ungkap Yohannes.

"Cuma di satu sisi kita percaya sebagai manusia, kita cuma bisa berusaha. Kita mengusahakan yang terbaik dan kita sudah persiapkan hati, mau hasil apapun, sudah kita serahkan ke Tuhan," sambungnya.

Namun, doa Yohannes dan Dina seakan terjawab. Sesaat sebelum transfer embrio, dokter memberitahunya bahwa perkembangan embrio kedua kini menjadi lebih baik dibandingkan sebelumnya.

Setelah transfer pun, pasangan ini mendapatkan berita bahagia. Kadar hCG Dina tinggi, di atas angka minimum untuk dinyatakan hamil.

"Selesai transfer, kita menunggu 11 sampai 12 hari. Istri sempat bilang, sudahlah apapun yang terjadi sudah siap. Tapi puji Tuhan pada hari H, dokter infokan kadar beta hCG 962, jauh melebihi batas minimal 100, jadi sudah pasti dinyatakan hamil," kata Yohannes.

Untuk memastikan kehamilannya, pasangan ini masih harus menunggu beberapa minggu untuk memeriksa detak jantung janin. Saat detak jantung terdeteksi, di saat itulah keduanya mengucap rasa syukur.

Dina sempat tak percaya transfer embrio berhasil

Menurut Yohannes, sang istri sampai tidak percaya saat pertama kali tahu nilai hCG-nya. Dina sampai menangis, Bunda.

"Istri saya cuma bisa menangis, sampai sempat tanya ke dokter 'Beneran ini dok?'," kata Yohannes.

Selama menjalani proses transfer embrio ini, Yohannes dan Dina memang lebih santai. Dina bahkan tidak bed rest seperti saat transfer embrio pertama. Wanita 36 tahun ini juga masih aktif bekerja sehari sebelum persalinan, Bunda.

"Istri saya cuma tiga hari membatasi kegiatan, tapi tidak di kamar terus seperti yang pertama. Jadi dijalani dengan happy. Di kehamilan ini tidak ada kepikiran bed rest sampai kelahiran. Kita tetap menjalani aktivitas normal, bahkan istri saya tetap bekerja bahkan sampai H-1 mau melahirkan caesar," ungkap sang suami.

Sebelas tahun menunggu bukan waktu yang singkat. Lalu apa yang membuat keduanya bisa kuat dan selalu berpikir positif?

Selengkapnya dapat dibaca di halaman berikutnya ya.

YOHANNES SEBAGAI SUPPORT SYSTEM UNTUK SANG ISTRI

Ilustrasi kaki bayi

Kisah Suami Istri Dikaruniai Anak dari Program Bayi Tabung setelah Menanti 11 Tahun/ Foto: Getty Images/iStockphoto/RomoloTavani

Yohannes menjadi support system untuk istrinya

Sejak awal program hamil, Yohannes selalu berada di samping sang istri. Ia ingin terlibat dalam semua proses bayi tabung dan menjadi support system untuk Dina.

Yohannes juga tak ingin melewatkan momen-momen penting kehamilan hingga kelahiran baby Jourell, Bunda. Pria 36 tahun ini percaya bahwa support system suami adalah hal utama yang dibutuhkan istri saat program bayi tabung.

"Kalau suami tidak support pasti tidak bisa memulai bayi tabung ini. Padahal kalau saya lihat itu, proses yang dilalui istri saya lebih banyak dari saya. Saya sebagai suami, kasih support supaya dia tetap tenang, saya menjadi support system dia. Anak ini kan impian kita berdua," katanya.

"Sampai saat ini, saya masih bekerja, tapi sebisa mungkin selalu saya atur waktu temani istri saya kontrol dan melihat prosesnya. Pikiran saya cuma satu, saya enggak mau melewatkan momen anak saya lahir di dunia. Saya ingin ikut di dalamnya."

Pesan untuk pejuang dua garis

Di akhir wawancara bersama HaiBunda, Yohannes menitipkan pesan untuk pasangan yang menjadi pejuang dua garis seperti dirinya. Ia berharap mereka tidak pernah menyerah untuk berusaha.

Setiap pasangan suami istri pasti memiliki cerita dan perjalanan yang berbeda. Tapi yang terpenting adalah tidak putus asa.

"Kita pernah down kalau menghadapi hasil yang tidak sesuai keinginan, tapi harus cepat bangkit untuk melanjutkan step berikutnya. Setiap orang itu punya cerita sendiri-sendiri, cuma kita tahu yang kita bisa lakukan adalah berusaha yang terbaik, jangan putus asa," katanya.

"Kita suami istri juga harus bisa saling menguatkan. Pada saat kita down, coba bersyukur, melewati proses transfer embrio sampai bisa hamil itu cukup panjang. Kita juga harus ingat, mau normal atau bayi tabung, perjuangan istri itu luar biasa lho. Istri benar-benar menanggung beban yang besar," lanjutnya.

Terakhir, Yohannes berpesan agar pasangan suami istri tak lagi menganggap program bayi tabung sebagai hal yang tabu. Program bayi tabung adalah bagian dari kemajuan teknologi untuk membantu pasangan mendapatkan momongan.

"Banyak yang menganggap proses bayi tabung ini salah. Tapi balik lagi, ini bukan buatan manusia, karena ini juga ada kegagalannya. Ini proses di mana kita dibantu (untuk bisa hamil)," ungkap Yohannes.


(ank)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda