Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

kehamilan

3 Efek Samping Tidak Haid setelah Melahirkan, Bisa Berisiko Penyakit Berbahaya

Melly Febrida   |   HaiBunda

Sabtu, 24 Jun 2023 07:40 WIB

Asian woman hand holding calendar counting the date and checking her menstrual cycle planning for ovulation
3 Efek Samping Tidak Haid setelah Melahirkan, Bisa Berisiko Penyakit Berbahaya/Foto: Getty Images/iStockphoto/Doucefleur
Jakarta -

Bunda yang baru melahirkan biasanya tidak mengalami haid dalam waktu tertentu. Status menyusui Bunda juga berperan. Namun, ada efek samping yang Bunda alami jika tidak haid setelah melahirkan. Salah satunya berisiko penyakit berbahaya.

Menstruasi ibu setelah melahirkan mungkin jadi tidak teratur. Ada yang durasi siklusnya lebih panjang atau lebih pendek daripada biasanya. Ada juga yang tidak menstruasi satu periode atau bahkan selama menyusui. 

Efek samping tidak haid setelah melahirkan

Jennifer Leighdon Wu, Dokter Spesialis Kandungan/Ginekolog bersertifikat mengatakan bahwa menstruasi Bunda akan kembali normal nantinya. Tapi jika tidak haid selama berbulan-bulan, atau Bunda jadi khawatir, sebaiknya menghubungi dokter.

"Meskipun tidak mungkin menentukan waktunya dengan pasti, haid pertama pasca persalinan mungkin bergantung pada aktivitas menyusui. Alasannya? Itu masalah hormonal," ujar Wu dilansir What to Expect.

Menurutnya, wanita yang menyusui secara eksklusif pada banyak kasus tidak berovulasi. Dan jika berovulasi, wanita itu mungkin tidak mengalami menstruasi. Bunda pun masih bisa hamil saat menyusui meski belum haid.

Berikut ini beberapa waktu Bunda bisa kembali haid setelah melahirkan:

1. Tidak menyusui

Bunda dapat haid kembali segera setelah empat minggu setelah melahirkan, meskipun itu tidak biasa. Rata-rata itu enam hingga 12 minggu. Sebagian besar ibu baru kembali haid pada minggu ke 24 pasca persalinan.

2. Menyusui secara eksklusif

Bunda kemungkinan mengalami jeda yang lebih lama dari siklus bulanan daripada ibu baru lainnya. Bunda dapat haid kembali dalam tiga hingga enam bulan. 

"Sangat normal bagi wanita yang menyusui secara eksklusif untuk mengalami periode postpartum pertama mereka enam minggu setelah melahirkan atau satu tahun atau lebih - bahkan 18 bulan setelah melahirkan," jelas Wu.

3. Menyusui sesekali

Bunda kemungkinan akan lebih cepat mengalami menstruasi kembali. Wanita yang menggabungkan pemberian susu botol dan menyusui sering mengalami menstruasi kembali enam hingga 12 minggu setelah melahirkan.

Kondisi bila tidak haid sama sekali

Melansir laman Cleveland Clinic, pada wanita yang tidak mengalami menstruasi dikenal istilah Amenore. Jenisnya ada yang primer dan sekunder.

Pada amenore primer, ini terjadi jika seseorang yang berusia lebih dari 15 tahun tidak pernah mendapatkan menstruasi pertama. Sedangkan amenore sekunder terjadi ketika seseorang tidak mendapatkan menstruasi selama lebih dari tiga bulan.

Pada amenore sekunder ini, Bunda biasa mendapatkan menstruasi yang teratur, tetapi berhenti haid setidaknya selama tiga bulan, atau menstruasi berhenti selama enam bulan ketika sebelumnya tidak teratur. 

Alasan umum untuk jenis amenore ini meliputi:

  1. Kehamilan
  2. Laktasi
  3. Stres
  4. Mengidap penyakit kronis

Gejala utama kondisi ini, antara lain: 

  • Hot flashes
  • Puting bocor susu
  • Kekeringan vagina
  • Sakit kepala
  • Perubahan penglihatan
  • Jerawat
  • Pertumbuhan rambut berlebih di wajah dan tubuh

Apa penyebabnya? Ada berbagai penyebab yang berbeda. Beberapa penyebab terjadi secara alami dengan sendirinya, sementara yang lain mungkin merupakan tanda kondisi atau masalah medis.

Alasan alami (atau normal) untuk melewatkan menstruasi meliputi:

  • Kehamilan (penyebab paling umum dari amenore sekunder).
  • Menyusui (atau amenore laktasi).
  • Mati haid.
  • Menjalani operasi pengangkatan rahim atau indung telur.

Pada amenore sekunder, penyebabnya bisa meliputi:

  1. Beberapa metode KB, seperti Depo-Provera®, intrauterine device (IUD) dan pil KB tertentu.
  2. Kemoterapi dan terapi radiasi untuk kanker.
  3. Operasi rahim sebelumnya dengan bekas luka (misalnya, pelebaran dan kuretase, sering disebut D&C).
  4. Stres.
  5. Nutrisi buruk.
  6. Perubahan berat badan - penurunan atau penambahan berat badan yang ekstrem.
  7. Rutinitas olahraga ekstrem.
  8. Obat-obatan tertentu.

Kondisi medis berikut juga dapat menyebabkan amenore sekunder:

  1. Insufisiensi ovarium primer (POI), ketika ovarium berhenti bekerja sebelum usia 40 tahun.
  2. Amenore hipotalamus, suatu kondisi di mana amenore terjadi karena masalah pada hipotalamus.
  3. Gangguan hipofisis, seperti tumor jinak hipofisis atau produksi prolaktin yang berlebihan.
  4. Ketidakseimbangan hormon akibat kondisi seperti sindrom ovarium polikistik, gangguan adrenal, atau hipotiroidisme.
  5. Tumor ovarium.
  6. Kegemukan.
  7. Penyakit yang sedang berlangsung atau penyakit kronis (seperti penyakit ginjal atau penyakit radang usus).

Amenore tidak mengancam jiwa. Namun, beberapa penyebab dapat menyebabkan komplikasi jangka panjang, sehingga amenore harus selalu dievaluasi dokter. Memiliki amenore dapat membuat seseorang lebih mungkin untuk mengembangkan:

  1. Osteoporosis atau penyakit kardiovaskular (karena kekurangan estrogen).
  2. Kesulitan hamil atau kemandulan.
  3. Nyeri panggul (jika penyebabnya adalah masalah struktural).

Mendiagnosis amenore bisa jadi menantang. Jika penyebab amenore tidak jelas, seperti kehamilan atau menopause, dokter mungkin meminta Bunda mencatat perubahan dalam siklus menstruasi. Riwayat menstruasi dapat membantu dokter mengetahui diagnosis.

LAZADA

Pengobatan amenore

Jika haid berhenti karena menopause, menyusui, atau kehamilan, dokter tidak perlu mengobatinya. Dalam kasus lain, perawatan akan tergantung pada penyebabnya dan mungkin termasuk:

  1. Mengikuti rencana diet dan olahraga yang membantu mempertahankan berat badan yang sehat.
  2. Teknik manajemen stres.
  3. Mengubah tingkat latihan.
  4. Perawatan hormonal (obat-obatan), seperti yang ditentukan dokter.
  5. Pembedahan (dalam kasus yang jarang terjadi).

Selain itu, dokter mungkin merekomendasikan beberapa perawatan untuk membantu mengatasi efek samping amenore:

  1. Terapi estrogen untuk meredakan hot flashes dan kekeringan vagina.
  2. Suplemen kalsium dan vitamin D untuk menjaga tulang tetap kuat.
  3. Latihan kekuatan (angkat beban atau melakukan gerakan untuk memperkuat otot).

Bunda ingin membeli produk kesehatan dan kebutuhan ibu hamil lainnya? Langsung aja yuk, klik di sini.

(pri/pri)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda