Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

kehamilan

8 Cara Menggugurkan Kandungan yang Disebabkan Alasan Medis

Asri Ediyati   |   HaiBunda

Sabtu, 24 Jun 2023 17:50 WIB

Ibu melahirkan
Ilustrasi Menggugurkan Kandungan karena Alasan Medis/ Foto: Getty Images/iStockphoto

Dalam dunia medis, menggugurkan kandungan karena alasan medis disebut dengan terminasi. Keputusan terminasi umumnya dipilih karena kehamilan berpotensi besar membahayakan nyawa ibu dan bayi. Terminasi juga dapat dilakukan bila janin memiliki kelainan bawaan yang mematikan, Bunda.

Setiap negara memiliki aturan terkait terminasi. Namun, sebelum menggugurkan kandungan karena alasan kesehatan, ibu hamil harus menjalani pemeriksaan medis. Dokter akan melakukan beberapa tes pada paruh pertama kehamilan, termasuk pemeriksaan darah, USG, dan amniosentesis (pengujian cairan ketuban).

Terkadang, tes tersebut dapat mengungkap kondisi yang dapat berdampak negatif pada kualitas hidup bayi, atau bisa mengakibatkan kematian janin sebelum atau segera setelah lahir. Bila hasil pemeriksaan menemukan potensi risiko yang membahayakan, calon orang tua dapat mempertimbangkan apakah mereka ingin mengakhiri kehamilan atau tidak.

Terminasi karena kondisi ibu dan janin

Terminasi atau menggugurkan kandungan dapat dilakukan pada kondisi yang mengancam nyawa ibu. Berikut kondisi yang dimaksud, seperti dilansir Parents:

  • Ketuban pecah dini sebelum viabilitas janin dengan peningkatan risiko infeksi atau perdarahan.
  • Kanker, di mana terminasi diperlukan untuk pengobatan menyelamatkan nyawa sang Bunda.
  • Penyakit jantung atau ginjal yang signifikan
  • Kondisi lainnya seperti sepsis atau preeklamsia berat sebelum janin berkembang.

Selain kondisi ibu, terminasi juga dapat dilakukan pada kehamilan yang mengancam nyawa dan kesehatan janin. Berikut beberapa kondisi janin yang dimaksud:

  • Kelainan genetik yang dapat memengaruhi kesejahteraan anak, seperti trisomi 13, trisomi 18, sindrom Down, sindrom Turner, penyakit Tay-Sachs, dan sindrom DiGeorge.
  • Cacat lahir termasuk cacat tabung saraf yang parah seperti anencephaly (kurang berkembangnya otak atau tengkorak), kelainan ginjal yang mengakibatkan kekurangan cairan ketuban, dan cacat jantung dengan prognosis pasca melahirkan yang buruk. Bayi dengan cacat lahir yang parah umumnya tidak hidup lama setelah lahir.
  • Sindrom transfusi kembar ke kembar atau Twin to Twin Transfusion Syndrome (TTTS) yang parah, di mana kematian salah satu kembar tidak dapat dihindari dan penghentian memungkinkan kesempatan bagi kembar lainnya untuk hidup.
Ibu melahirkanIlustrasi Menggugurkan Kandungan karena Alasan Medis/ Foto: iStock

Cara menggugurkan kandungan karena alasan medis

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menggugurkan kandungan karena alasan medis, Bunda. Dilansir dari berbagai sumber, berikut caranya:

1. Aborsi medis

Melansir dari Medical News Today, aborsi medis mengharuskan ibu hamil untuk minum pilmifepristone (Korlym, Mifeprex) dan misoprostol (Cytotec). Mifepristone menghentikan perkembangan kehamilan, sementara misoprostol dapat memicu pengosongan rahim, yang akan dimulai 2-24 jam setelah minum pil.

Biasanya wanita akan diminta mengonsumsi 200 miligram (mg) mifepristone. Kemudian dilanjutkan dengan minum obat kedua, misoprostol, tidak lebih dari 24-48 jam setelah minum mifepristone. Dokter mungkin menyarankan agar obat-obat tersebut diminum secara oral dengan ditelan, meletakkannya di antara gusi dan pipi atau di bawah lidah, atau melalui vagina.

Efek samping minum pil adalah mengalami kram dan pendarahan. Kram terasa seperti mengalami menstruasi yang luar biasa berat. Beberapa orang merasakan kram yang lebih parah daripada yang lain.

2. Aspirasi vakum

Aspirasi vakum adalah jenis aborsi bedah yang melibatkan penggunaan hisapan lembut untuk mengakhiri kehamilan. Dokter biasanya merekomendasikan ini selama trimester pertama.

Prosedur dimulai dengan memasukkan spekulum ke dalam vagina. Dokter kemudian mengoleskan obat atau menggunakan suntikan untuk membuat area tersebut mati rasa.

Selanjutnya, mereka akan menggunakan batang tipis yang disebut dilator untuk membuka serviks, lalu dimasukkan selang ke dalam rahim. Dokter lalu menggunakan alat hisap manual atau mekanis untuk mengosongkan rahim.

3. Dilatasi dan evakuasi

Dilatasi dan evakuasi (D&E) adalah jenis aborsi bedah yang umumnya dilakukan selama trimester kedua. Seorang dokter mungkin memberikan anestesi umum sebelum melakukan dilatasi (pelebaran) dan evakuasi. Anastesi dilakukan untuk memastikan bahwa pasien tidak merasakan apapun selama prosedur berlangsung.

Kemudian, dokter akan memasukkan spekulum ke dalam vagina dan menggunakan dilator untuk membuka serviks. Selanjutnya, jaringan kehamilan akan diangkat dengan forsep kecil, lalu dilakukan penyedotan untuk membuang jaringan yang tersisa.

4. Aborsi induksi persalinan

Aborsi induksi persalinan adalah metode jangka akhir untuk mengakhiri kehamilan pada trimester kedua atau ketiga. Jenis aborsi ini termasuk jarang dilakukan. Dokter mungkin akan merekomendasikan ini bila nyawa ibu hamil dalam bahaya.

Induksi persalinan melibatkan penggunaan obat-obatan untuk memulai persalinan, yang menyebabkan rahim kosong selama sekitar 12-24 jam. Selain diminum, obat juga dapat dimasukkan ke dalam vagina atau disuntikkan ke dalam rahim. Dokter juga biasanya memberikan obat pereda nyeri atau bius lokal, karena kram hebat terjadi selama prosedur berlangsung.

5. Histerotomi/persalinan caesar

Dalam kasus yang jarang terjadi, di mana metode induksi gagal atau tidak dapat digunakan, metode bedah yang disebut 'histerotomi' dapat dilakukan. Histerotomi berarti memotong rahim. Tindakan ini hampir sama seperti persalinan sesar dan memiliki risiko yang serupa.

Setelah aborsi, seorang wanita dengan darah Rhesus-negatif akan diberikan suntikan imunoglobulin. Suntikan diberikan untuk mencegah masalah golongan darah pada kehamilan berikutnya. Kemudian, ia akan diberikan antibiotik untuk mencegah infeksi rahim, dan beberapa jenis obat lain untuk mengurangi perdarahan.

6. Injeksi pada perut ibu hamil

Dikutip dari laman Tommys, jika terminasi dilakukan pada atau setelah 22 minggu, maka pasien juga akan ditawarkan prosedur untuk menghentikan detak jantung bayi.

Prosedur ini dilakukan sebelum terminasi dan melibatkan suntikan melalui perut. Setelah detak jantung bayi berhenti, ia akan dilahirkan melalui prosedur lanjutan.

Keputusan terminasi dengan injeksi ini mungkin sulit diambil orang tua. Beberapa orang memutuskan untuk tidak melakukannya, karena ini berarti membuat bayi meninggal sebelum dilahirkan. Beberapa dokter juga mungkin tidak setuju untuk mengakhiri kehamilan dengan cara ini.

7. Dilatasi dan ekstraksi (D&X)

Dilatasi dan ekstraksi (D&X) digunakan setelah 18 minggu dari haid terakhir. Pelebaran dan evakuasi utuh adalah prosedur yang digunakan agar janin dapat diangkat secara utuh.

Melalui metode ini, bagian terbesar dari janin (kepala) akan dikurangi diameternya untuk memudahkan jalan melalui serviks dan vagina. Sebelum melakukannya, dokter akan melakukan tes laboratorium untuk memastikan kehamilan, tes status Rh, tes anemia, dan jumlah sel darah merah.

Prosedur dilakukan dengan memasukkan spekulum ke dalam vagina, untuk menahannya tetap terbuka. Dokter lalu membersihkan vagina dan serviks dengan larutan antiseptik. Pada kondisi ini, dokter akan memberikan anastesi lokal yang disuntikkan ke dalam serviks. Kemudian, dimasukkan dilator osmotik (tabung kecil yang menyerap kelembapan dari jaringan di sekitar serviks dan membengkak) kira-kira 2 hari atau lebih sebelum prosedur pembedahan untuk membuka serviks.

Misoprostol juga dapat diberikan beberapa jam sebelum operasi. Obat ini dapat membantu melunakkan leher rahim, sehingga memicu pengosongan rahim. Setelah itu, barulah tindakan operasi dilakukan untuk mengangkat janin dan plasnta.

8. Dilatasi dan kuretase (D&C)

Dikutip dari Mayo Clinic, dilatasi dan kuretase atau kuret adalah prosedur untuk mengangkat jaringan dari dalam rahim. Petugas kesehatan akan melakukan pelebaran dan kuretase untuk mendiagnosis dan mengobati kondisi rahim tertentu, seperti pendarahan berat atau untuk membersihkan lapisan rahim setelah keguguran atau aborsi.

Dalam teknik kuret, Dokter atau petugas kesehatan akan menggunakan instrumen kecil atau obat untuk membuka (melebarkan) bagian bawah rahim yang sempit. Mereka lalu akan menggunakan alat bedah yang disebut kuret, yang bisa berupa alat tajam atau alat hisap, untuk mengangkat jaringan rahim.

Bunda ingin membeli produk kesehatan dan kebutuhan ibu hamil lainnya? Langsung aja yuk, klik di sini.

(aci/ank)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda