KEHAMILAN
Letak Plasenta yang Bagus di Trimester 2 untuk Hindari Komplikasi Kehamilan
Annisa Karnesyia | HaiBunda
Sabtu, 20 Jan 2024 10:50 WIBPlasenta memainkan peran penting selama kehamilan. Masalah yang terjadi pada plasenta dapat memengaruhi perkembangan janin dan output kehamilan, Bunda.
Salah satu yang perlu ibu hamil ketahui adalah letak plasenta ternyata bisa berbeda di setiap trimester. Letak plasenta yang bagus diyakini dapat menunjukkan kehamilan berjalan dengan baik.
Letak plasenta saat hamil
Dilansir Mayo Clinic, plasenta adalah organ yang berkembang di dalam rahim selama kehamilan, yang berfungsi untuk menyediakan oksigen dan nutrisi bagi janin yang sedang tumbuh. Plasenta menempel pada dinding rahim dan tali pusat janin.
Letak plasenta dapat berada di depan, belakang, atau samping rahim. Dalam kasus yang jarang terjadi, plasenta dapat menempel di bawah rahim.
Berikut penjelasan detail terkait letak plasenta saat hamil:
1. Posisi anterior
Pada posisi ini, plasenta berada di dinding depan rahim, paling dekat dengan perut. Plasenta anterior tak akan memengaruhi fungsinya dalam memberikan nutrisi ke janin. Namun bila bantalan plasenta menempel di perut, Bunda mungkin akan sulit merasakan gerakan janin.
"Plasenta anterior biasanya tidak menyebabkan masalah pada kehamilan atau komplikasi kesehatan," kata ahli kesehatan perempuan Monte Swarup, M.D., FACOG, dikutip dari Parents.
2. Posisi posterior
Pada posisi posterior, plasenta berada di dinding belakang rahim, atau dekat dengan tulang belakang. Sama seperti posisi anterior, posisi ini juga tidak akan berdampak negatif pada kehamilan atau mempersulit persalinan.
"Plasenta posterior sebagian besar merupakan variasi posisi yang normal atau tidak ada konsekuensi klinis sama sekali," ujar profesor kebidanan dan ginekologi di University of Utah Health Sciences Center, Robert M. Silver, MD.
3. Posisi fundus
Plasenta berada di dinding atas rahim (fundus) pada posisi ini. Bayi dapat berada di posisi fundus seiring dengan pertumbuhannya. Beberapa ibu hamil dapat mengalami kombinasi posisi fundus anterior atau fundus posterior.
Melansir dari laman Miracle Cord, plasenta fundus membentuk titik terlemah dari selaput di atas serviks dan ini dapat meningkatkan risiko ketuban pecah dini. Dalam beberapa penelitian, lokasi fundus juga dikaitkan dengan kelahiran prematur dan prematuritas.
4. Posisi lateral
Posisi lateral membuat plasenta berada di sisi kanan atau kiri rahim. Kondisi ini jarang terjadi dibandingkan posisi posterior atau anterior.
Menurut ulasan di Journal of Ultrasound in Medicine tahun 2007, kehamilan dengan komplikasi pembatasan pertumbuhan intrauterin atau intrauterine growth restriction (IUGR) hampir empat kali lebih mungkin mengalami kondisi ini dibandingkan posisi anterior atau posterior.
5. Posisi low-lying (di bawah)
Posisi ini membuat plasenta terletak di bawah rahim dan menutupi seluruh atau sebagian leher rahim. Jika plasenta menutup seluruh leher rahim, maka ini disebut dengan plasenta previa, yakni kondisi serius di mana bayi harus segera dilahirkan melalui operasi caesar untuk meminimalkan perdarahan.
Letak plasenta yang bagus di trimester 2
Posisi plasenta dapat dilihat melalui USG sejak usia kehamilan 10 minggu. Lokasi ini dapat berubah dan biasanya terjadi sekitar usai kehamilan 32 minggu.
Plasenta biasanya berpindah ke atas atau menjauh dari leher rahim seiring dengan pertumbuhan janin. Misalnya, dalam ulasan lain di Journal of Clinical Ultrasound 2007, sekitar 10 sampai 15 persen plasenta berada posisi low-lying pada pemindaian USG di minggu ke-18 hingga 20. Namun, hanya 0,5 persen yang masih berada di posisi ini setelah cukup bulan.
Studi menganggap bahwa plasenta yang berada di posisi low-lying anterior lebih mungkin untuk berpindah dibandingkan plasenta low-lying posterior.
Studi lain yang diterbitkan tahun 2020 di Ultrasound in Obstetrics & Gynecology juga meneliti posisi plasenta pada 958 ibu hamil. Hasilnya, pada trimester kedua, plasenta lebih banyak terletak di posisi posterior (62 persen). Sisanya sebanyak 38 persen menempel di posisi anterior dan 5 persen di posisi low-lying.
Letak plasenta memang dapat berubah seiring dengan pertumbuhan janin. Semua posisi dianggap bagus untuk dilakukan persalinan pervaginam, kecuali posisi low-lying.
Letak plasenta yang terlalu rendah di dalam rahim dapat menyebabkan perdarahan dan menghambat turunnya kepala bayi saat persalinan, sehingga memerlukan tindakan operasi caesar. Namun, ada pula penelitian yang mengungkap bahwa posisi fundus dan lateral juga tidak baik untuk output kehamilan, Bunda.
Sebuah penelitian di Skandinavia tahun 2019 terhadap perempuan yang pertama kali hamil mengungkapkan bahwa, dibandingkan dengan lokasi plasenta posterior, lokasi plasenta fundus dan lateral dikaitkan dengan beberapa hasil kehamilan yang merugikan, seperti persalinan prematur. Selain itu, lokasi plasenta lateral juga dikaitkan dengan kejadian preeklamsia dan perdarahan postpartum berat, Bunda.
Meski letak posterior dan anterior dianggap aman, beberapa studi menemukan komplikasi yang terkait. Misalnya, studi tahun 2013 di Journal Of The Turkish-German Gynecological Association menjelaskan bahwa letak plasenta posterior dikaitkan dengan persalinan prematur. Sementara itu, letak plasenta anterior dikaitkan dengan peningkatan risiko hipertensi akibat kehamilan, diabetes melitus gestasional, solusio plasenta, retardasi pertumbuhan intrauterin, dan kematian janin.
Faktor yang memengaruhi letak plasenta
Sampai saat ini, para ahli belum mengetahui secara pasti mengalami letak plasenta bisa berpindah, Bunda. Namun, ada beberapa faktor yang disebut memengaruhi letak plasenta selama kehamilan. Berikut faktor-faktornya:
- Studi di Journal of Maternal-Fetal & Neonatal Medicine yang dipublikasikan tahun 2014 menunjukkan bahwa letak plasenta terutama posisi fundus dikaitkan dengan tekanan darah tinggi.
- Studi yang sama juga menunjukkan bahwa posisi tidur selama kehamilan dapat memengaruhi letak plasenta.
- Studi lain pada tahun 2013 menemukan hubungan antara golongan darah ibu dan letak plasenta.
Kapan harus ke dokter?
Guna mengetahui letak plasenta, Bunda dapat memeriksakannya ke dokter melalui USG. Kita mungkin tidak bisa berbuat banyak terkait letak plasenta, namun kita perlu mewaspadai banyaknya komplikasi terkait dengan kelainan plasenta.
Bila Bunda mengalami nyeri, kram, perdarahan, kontraksi terus-menerus dan janin tidak bergerak, jangan ragu untuk segera periksa ke dokter. Pastikan untuk memeriksakan kondisi janin melalui USG pertama atau terjadwal untuk mencegah potensi masalah sebelum mengancam jiwa Bunda dan Si Kecil.
Demikian penjelasan terkait letak plasenta selama masa kehamilan. Semoga informasi ini bermanfaat ya, Bunda.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(ank/rap)