Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

kehamilan

13 Tanda Kehamilan Berisiko Tinggi dan Penyebab yang Perlu Bunda Tahu

Annisa Karnesyia   |   HaiBunda

Jumat, 02 Feb 2024 08:35 WIB

Ibu Hamil Sakit Kepala
Ilustrasi Tanda Kehamilan Berisiko Tinggi/ Foto: Getty Images/iStockphoto/geargodz
Daftar Isi
Jakarta -

Mengetahui tanda kehamilan berisiko tinggi sangat penting bagi pasangan suami istri yang akan segera dikaruniai momongan. Pasalnya, beberapa tanda mungkin dianggap sebagai keluhan normal selama hamil, Bunda.

Kesadaran untuk mengetahui tanda kehamilan berisiko tinggi tampaknya memang masih rendah di kalangan perempuan. Studi yang diterbitkan dalam Sage Journal tahun 2021 menemukan bahwa sebagian besar perempuan yang tidak mengetahui tanda-tanda bahaya kehamilan, cenderung menunda untuk berobat ketika menghadapi masalah tersebut.

Padahal, penanganan yang cepat dapat meminimalisir komplikasi lanjutan yang membahayakan janin. Jadi, kuncinya adalah mengetahui tanda kehamilan berisiko dengan mencari tahu dari dokter atau melalui literasi.

Bunda bisa memeriksakan kondisi ke dokter kandungan saat kontrol rutin. Tanyakan ke dokter tentang tanda-tanda bahaya yang perlu diwaspadai selama kehamilan.

"Selama kunjungan pranatal, dokter akan melakukan pemeriksaan untuk melihat apakah ibu hamil berada dalam batas normal untuk risiko dasar. Dokter juga akan membantu untuk mengetahui apa yang mungkin kehamilan lebih berisiko, berdasarkan riwayat kesehatan dan gaya hidup," kata doula bersertifikat, Robin Elise Weiss, dikutip dari Very Well Family.

Tanda kehamilan berisiko tinggi

Berikut telah HaiBunda rangkum dari beberapa sumber, 13 tanda kehamilan berisiko tinggi dan penyebabnya yang perlu Bunda waspadai:

1. Terjadi perdarahan

Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG), perdarahan vagina selama kehamilan dapat disebabkan banyak hal. Ada yang serius, ada pula yang tidak membutuhkan penanganan. Ada yang terjadi di awal atau akhir kehamilan.

"Perdarahan di awal kehamilan sering terjadi. Dalam kebanyakan kasus, ini tidak berarti menandakan masalah serius," tulis ACOG, dikutip dari laman resminya.

Perdarahan tanda kehamilan berisiko bisa ditandai dengan keluarnya darah disertai nyeri perut bagian bawah, dan kram hebat. Bila darah yang keluar berupa gumpalan kecokelatan, ini bisa menjadi tanda keguguran. Perdarahan juga dapat terjadi pada kehamilan ektopik, di mana sel telur tidak menempel di dalam rahim.

2. Pergerakan janin berkurang

Gerakan janin bisa menjadi penentu kehamilan berjalan dengan baik atau malah berisiko tinggi. Sejak usia kehamilan 6 bulan, Bunda sudah bisa mulai menghitung gerakan janin.

Menurut ACOG, idealnya gerakan janin yang dirasakan adalah 10 gerakan dalam dua jam. Tetapi, ada juga pakar yang mengatakan bahwa gerakan janin masih dianggap normal setidaknya bila dirasakan 10 kali dalam 24 jam setelah minggu ke-30.

"Intinya, bila tidak bisa merasakan gerakan janin setelah usia 22 minggu kehamilan atau jika mengalami penurunan gerakan janin setiap saat di trimester ketiga, segera konsultasi ke dokter," ujar kata dokter anak, Mia Armstrong, MD, dilansir Healthline.

Pergerakan janin yang berkurang bisa menjadi pertanda janin tidak berkembang karena kelainan plasenta, jumlah cairan ketuban yang rendah atau tinggi, atau plasenta tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

3. Mual dan muntah parah

Mual muntah atau morning sickness adalah keluhan umum di awal kehamilan. Bunda perlu waspada bila keluhan ini berubah menjadi parah atau dikenal dengan hiperemesis gravidarum.

ACOG menjelaskan, hiperemesis gravidarum terjadi pada 3 persen kehamilan. Kondisi ini dapat didiagnosis ketika ibu hamil kehilangan lebih 5 persen dari berat badannya, disertai dengan masalah lain yang berkaitan dengan dehidrasi dan kehilangan cairan tubuh, hingga mengakibatkan ketosis urine.

Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Namun, beberapa teori mengaitkan kondisi ini dengan perubahan hormon, perubahan di sistem pencernaan, faktor genetik, dan defisiensi vitamin B6.

Hiperemesis gravidarum yang tidak ditangani bisa menyebabkan kehamilan berisiko tinggi. Beberapa komplikasi karena kondisi ini seperti risiko kelahiran prematur dan berat badan lahir rendah (BBLR).

morning sicknessIlustrasi Mual dan Muntah Parah/ Foto: Getty Images/GoodLifeStudio

4. Mengalami demam tinggi

Demam selama hamil terutama pada trimester pertama dapat menyebabkan masalah pada perkembangan janin. Beberapa penelitian mengaitkan hipertermia atau suhu tubuh tinggi dengan risiko cacat tabung saraf dan kemungkinan keguguran.

Studi tahun 2003 mengamati penggunaan air panas pada ibu hamil, dan menemukan pengaruhnya bisa menyebabkan keguguran. Inilah sebabnya ibu hamil tidak boleh lama-lama berendam di air hangat. Selain berisiko cacat tabung saraf, demam juga meningkatkan risiko masalah perkembangan lain, seperti gangguan jantung.

Demam di atas 38 derajat Celsius juga dikaitkan dengan infeksi. Sementara demam disertai ruam dan nyeri sendi dapat menjadi tanda infeksi dari Cytomegalovirus (CMV), Toksoplasma, dan Parvovirus. CMV adalah penyebab umum tuli bawaan pada bayi. Demikian seperti melansir dari Web MD.

5. Sakit kepala dan penglihatan kabur

Sakit kepala saat hamil sering kali dianggap sebagai salah satu keluhan umum. Penyebabnya bisa karena kurang tidur, perubahan hormon, gula darah rendah, dehidrasi, atau kekurangan nutrisi.

Namun, Bunda perlu waspada bila sakit kepala terjadi terus-menerus disertai penglihatan kabur ya. Kondisi tersebut bisa menjadi pertanda preeklamsia, yakni komplikasi kehamilan berisiko yang ditandai dengan tekanan darah tinggi.

Preeklamsia biasanya terjadi setelah minggu ke-32, namun juga bisa muncul di awal minggu ke-20. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), diperkirakan sekitar 2 hingga 8 persen ibu hamil mengalami preeklamsia.

6. Ketuban pecah dini

Ketuban pecah dini dalam istilah medis disebut Preterm Premature Rupture of Membranes (PPROM). Ketuban pecah dini dapat terjadi akibat melemahnya selaput ketuban secara fisiologis. Kondisi lantas diperparah dengan dorongan dari kontraksi rahim.

Menurut ulasan di National Institutes of Health (NIH) dan dikutip dari laman Medine Plus, ada beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan ketuban pecah dini, yakni infeksi rahim, leher rahim, atau vagina, perdarahan pervaginam di trimester kedua atau ketiga, riwayat ketuban pecah dini, indeks massa tubuh yang rendah, dan penggunaan obat-obat terlarang atau merokok.

Ketuban pecah dini dapat ditandai dengan keluarnya cairan yang tidak dapat berhenti dari vagina yang lama-kelamaan menjadi deras, mengalami keputihan abnormal, perdarahan, dan nyeri tekan di panggul. Kondisi ini dapat menimbulkan komplikasi seperti persalinan prematur, sindrom gangguan pernapasan pada bayi, perdarahan intraventrikular, dan hipoplasia paru janin.

7. Kesulitan bernapas disertai nyeri

Tanda kehamilan berisiko tinggi lainnya adalah kesulitan bernapas yang disertai nyeri dan denyut nadi menjadi lebih cepat. Pada kasus yang jarang terjadi, kondisi ini dapat disebabkan karena gumpalan darah yang terperangkap di paru-paru, Bunda.

"Gumpalan darah bisa saja menetap di paru-paru meski jarang terjadi. Namun, bisa berbahaya bagi ibu hamil, terutama yang mengalami pembekuan darah di kaki," kata direktur medis persalinan di Massachusetts General Hospital di Boston, Laura Riley, M.D, melansir dari Parents.

Selain itu, Bunda juga perlu waspada bila sesak napas disebabkan karena pneumonia. Pneumonia dapat disebabkan oleh virus atau bakteri, atau salah satunya. Komplikasi dari kondisi ini dapat berupa gagal napas, persalinan prematur, atau infeksi yang dapat berbahaya bagi Bunda dan janin.

8. Nyeri saat buang air kecil

Frekuensi buang air kecil (BAK) akan meningkat di awal dan akhir kehamilan. Bunda perlu waspada bila peningkatan ini disertai nyeri saat berkemih ya.

Sensasi nyeri seperti terbakar disertai kram perut dan demam ringan bisa menjadi pertanda Infeksi Saluran Kemih (ISK). Kondisi ini dapat disebabkan karena perubahan tubuh saat hamil, bakteri yang terperangkap di kandung kemih, atau memiliki riwayat ISK berulang.

ISK yang tidak diobati dapat menyebabkan komplikasi selama kehamilan. Komplikasi serius ini termasuk infeksi ginjal dan berpotensi meningkatkan risiko hambatan pertumbuhan janin, preeklamsia, dan kelahiran prematur.

10. Sakit punggung terus-menerus

Sakit punggung yang terjadi secara persisten atau terus-menerus bisa menjadi tanda beberapa komplikasi kehamilan. Misalnya, nyeri bisa menjadi tanda persalinan prematur atau disebabkan karena ISK.

Jika Bunda mengalami nyeri punggung yang parah, atau jika nyeri berlangsung lebih dari dua minggu, segera hubungi dokter spesialis kebidanan dan ginekologi atau penyedia layanan kebidanan lainnya. Dokter dapat menentukan penyebab dan mencari cara untuk menanganinya sesuai kondisi Bunda.

11. Pembengkakan di satu kaki disertai rasa sakit

Pembengkakan di salah satu kaki juga bisa menjadi tanda kehamilan berisiko tinggi, Bunda. Kondisi tersebut dapat menandakan adanya bekuan darah.

Bila pembengkakan disertai sakit kepada dan penglihatan kabur, ini bisa menandakan preeklamsia. Sementara bila disertai dengan nyeri dada atau kesulitan bernapas, ini dapat mengindikasikan adanya gangguan jantung.

12. Kelelahan ekstrem hingga sulit tidur

Kelelahan yang parah hingga sulit tidur selama hamil bisa disebabkan karena anemia, diabetes melitus, atau insomnia. Kelelahan mungkin menjadi parah bila Bunda mengalami stres saat hamil.

Bunda sebaiknya segera periksa ke dokter bila mengalami kelelahan secara tiba-tiba dan gejalanya semakin parah. Tanda bahaya lainnya adalah kelelahan yang disertai demam, nyeri dada, kesulitan bernapas, atau tidak mampu melakukan aktivitas rutin sehari-hari.

13. Sering kontraksi sebelum usia kehamilan 37 minggu

Kontraksi menjadi salah satu tanda melahirkan. Bila kontraksi terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu dengan intensitas sering, maka Bunda perlu waspada.

Kondisi tersebut bisa menjadi tanda kehamilan berisiko tinggi. Kontraksi teratur setelah minggu ke-20 atau sebelum minggu ke-37 bisa memicu persalinan prematur. Bayi yang lahir sebelum minggu ke-37 berisiko mengalami masalah pernapasan dan makan.

Kontraksi yang terjadi sebelum waktunya dapat disebabkan karena dehidrasi, sembelit, atau melakukan olahraga berat. Bila mengalami kontraksi dini, Bunda sebaiknya segera periksa kehamilan ke dokter.

Demikian 13 tanda kehamilan berisiko tinggi yang perlu Bunda ketahui dan sadari. Semoga informasi ini bermanfaat ya.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(ank/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda