KEHAMILAN
4 Cara Mencegah Kehamilan Ektopik Terulang Kembali
Melly Febrida | HaiBunda
Rabu, 28 Feb 2024 09:50 WIBBunda yang pernah mengalami kehamilan ektopik mungkin memiliki kekhawatiran kondisi itu akan terulang lagi. Adakah cara mencegah kehamilan ektopik terulang kembali?
Tarek Khalife, M.D., seorang obgyn di Mankato dan New Prague, Minnesota, mengatakan bahwa kehamilan ektopik jarang terjadi. Tapi, jika terjadi, perlu penanganan serius.
Kehamilan ektopik terjadi ketika sel telur yang telah dibuahi menempel di luar rahim. Sekitar 90 persen menempel pada tuba fallopi. Namun pada kasus lain, dapat menempel pada ovarium, bekas luka operasi caesar, leher rahim, atau bahkan perut.
"Jika menempel di perut, risiko komplikasi meningkat secara signifikan," kata Khalife dilansir Mayoclinic.
Menurut Khalife, jarang sekali kehamilan ektopik terjadi bersamaan dengan kehamilan intrauterin normal lainnya. Namun ini masih mungkin terjadi dan menjadi tantangan penting dalam diagnosis dan pengobatan.
"Untungnya, kejadian ini jarang terjadi, kecuali pada pasien yang menerima perawatan kesuburan, dengan rasio prevalensinya adalah 1 dalam 100, dibandingkan dengan 1 dalam 30.000 pada kehamilan spontan," katanya.
Tanda dan gejala kehamilan ektopik
Kehamilan ektopik tidak memiliki gejala spesifik. Gejala yang berkaitan dengan kehamilan ektopik juga bervariasi, mulai dari tidak menunjukkan gejala, terutama pada tahap awal hingga nyeri perut bagian bawah yang parah. Disertai juga dengan pusing akibat pendarahan internal yang masif.
"Gambaran dan gejalanya juga bervariasi, bergantung pada lokasi implantasi ektopik. Gejala kehamilan ektopik yang umum dilaporkan meliputi bercak vagina dan nyeri perut bagian bawah atau panggul yang tidak jelas," katanya.
Apabila Bunda terlambat menstruasi, penting untuk melacak menstruasi. Terutama jika tidak menggunakan menggunakan alat kontrasepsi. Bunda harus melakukan tes kehamilan dan berkonsultasi dengan ahli kesehatan sesegera mungkin.
Cara di atas dapat membantu mendokumentasikan potensi lokasi kehamilan dan kelangsungan hidup pada usia kehamilan sekitar lima hingga enam minggu dan meningkatkan kemungkinan diagnosis dini dan pengobatan kehamilan ektopik.
Terkadang, diagnosis menjadi sulit jika kehamilan ektopik masih dalam tahap awal dan kantung belum terlihat pada USG.
Faktor risiko kehamilan ektopik
Sekitar separuh kehamilan ektopik terjadi pada pasien yang tidak diketahui faktor risikonya. Risiko kehamilan ektopik meningkat ketika jalur bebas sel telur yang telah dibuahi ke dalam rongga rahim terpengaruh. Ini mungkin termasuk:
- Tuba fallopi yang rusak atau terputus, baik karena operasi atau infeksi sebelumnya – paling umum adalah klamidia.
- Kehamilan yang merupakan produk pengobatan infertilitas.
- Kehamilan ektopik sebelumnya.
Cara mencegah kehamilan ektopik terulang lagi
Melansir laman Vinmec, Le Thi Phuong, dokter spesialis kebidanan dan ginekologi mengatakan saat ini belum ada cara untuk mencegah kehamilan ektopik agar tidak berulang lagi. Seorang perempuan hanya dapat melakukan tindakan pencegahan untuk meminimalkan terulangnya kehamilan ektopik, antara lain:
- Pengobatan dini penyakit atau infeksi pada organ reproduksi seperti perlengketan saluran tuba, kelainan bawaan struktur saluran tuba, infeksi Chlamydia, endometriosis, infeksi ginekologi.
- Gunakan alat kontrasepsi yang aman selama 6 bulan - 1 tahun setelah operasi ketika tubuh siap untuk memiliki bayi.
- Bunda yang hamil kembali setelah kehamilan ektopik perlu melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala untuk mengetahui secara pasti letak massa kehamilan dan kelainan lainnya (jika ada).
- Skrining prenatal membantu ibu hamil mendeteksi komplikasi kehamilan secara dini untuk mendapatkan intervensi tepat waktu.
Bagaimana dengan kemungkinan hamil normal?
Perempuan yang menjalani pengobatan dengan operasi penyelamatan saluran tuba dan operasi pengangkatan tuba fallopi memiliki tingkat kehamilan yang hampir sama setelah pengobatan, mengingat saluran tuba lainnya dalam keadaan sehat.
Jika tuba fallopi lainnya rusak atau tidak ada, lebih baik mencoba menyisakan tuba fallopi untuk memaksimalkan potensi kesuburan dengan sedikit peningkatan risiko kekambuhan.
Apabila terjadi kerusakan parah pada tuba dan perlu dilakukan pengangkatan, potensi reproduksi akan sangat terganggu. Jika ini masalahnya, perawatan kesuburan seperti fertilisasi in vitro akan menjadi satu-satunya cara untuk mencapai kehamilan.
Pengobatan untuk kehamilan ektopik
Pengobatan kehamilan ektopik bergantung pada usia kehamilan, gejala, dan lokasi kantung kehamilan. Kehamilan ektopik lanjut biasanya muncul dengan gejala pecah, nyeri, atau pendarahan hebat, dan dalam situasi ini, perawatan bedah sering kali diindikasikan untuk operasi pengangkatan kehamilan dan pengendalian pendarahan untuk melindungi ibu.
Diagnosa dini kehamilan ektopik dan sebelum timbulnya gejala dapat menggunakan pengobatan untuk menghentikan pertumbuhan kehamilan dan memungkinkan tubuh menyerapnya tanpa mengangkat saluran tuba.
Dalam kasus kehamilan tuba, perawatan bedah mencakup operasi laparoskopi untuk mengangkat jaringan ektopik dan memperbaiki tuba fallopi.
Jika tuba fallopi rusak parah, mungkin perlu diangkat. Kondisi tuba fallopi dan tingkat kerusakan akibat kehamilan ektopik biasanya menentukan pendekatan yang direkomendasikan.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(pri/pri)