HaiBunda

KEHAMILAN

Beda Inseminasi dan Bayi Tabung untuk Mengetahui Tingkat Keberhasilan Program Kehamilan

dr. Marly Susanti Sp.OG-KFER   |   HaiBunda

Senin, 01 Jul 2024 13:07 WIB
Bayi tabung dan perbedaannya dengan inseminasi buatan/ Foto: Getty Images/Lacheev
Jakarta -

Inseminasi dan program bayi tabung adalah dua teknologi reproduksi yang berbeda. Pasangan suami istri dengan indikasi tertentu dapat memilih inseminasi atau bayi tabung sebagai pilihan untuk mendapatkan momongan.

Mengetahui perbedaan inseminasi dan bayi tabung sangat penting bagi suami istri yang ingin mendapatkan kehamilan. Apalagi bila Bunda dan Ayah memutuskan untuk menggunakan teknologi reproduksi untuk perawatan kesuburan.

Beda inseminasi dan bayi tabung

Berikut beda inseminasi dan bayi tabung, serta tingkat keberhasilan setiap program hamil ini:


Inseminasi buatan

Inseminasi buatan adalah proses memasukkan sel sperma secara sengaja ke dalam rahim seorang perempuan dengan tujuan memperoleh kehamilan. Proses pembuahan inseminasi tetap terjadi secara alami dengan tingkat keberhasilan 10 hingga 20 persen.

Indikasi inseminasi

Salah satu indikasi inseminasi adalah masalah sperma pada pria. Perlu diketahui, normalnya sperma akan mati di vagina sekitar 40 persen. Bila jumlah, bentuk, dan gerakan sperma kurang baik, maka hanya sedikit sperma yang sampai ke saluran tuba.
Padahal, pembuahan bisa terjadi bila paling sedikit ada satu juta sperma yang masuk. Semakin banyak sperma yang masuk maka semakin tingkat keberhasilannya tinggi.

Beberapa indikasi medis yang dialami perempuan juga bisa menjadi alasan dilakukan inseminasi. Di antaranya seperti gangguan di mulut rahim karena infeksi kronis, endometriosis ringan, dan unexplained infertility (tidak kunjung hamil meski sudah mengonsumsi obat penyubur dan rutin berhubungan seksual).

Pada kasus yang jarang terjadi, kondisi antibodi antisperma juga bisa menjadi indikasi dilakukannya inseminasi buatan. Antibodi antisperma pada perempuan bisa menimbulkan gejala seperti vagina kemerahan dan terasa panas atau bengkak selesai berhubungan seksual.

Bayi tabung

Program bayi tabung atau in vitro fertilization (IVF) merupakan suatu proses di mana pembuahan sel telur dengan sperma dilakukan di luar tubuh. Setelah terjadi pembentukan embrio, kemudian dimasukkan kembali ke dalam rahim.

Dalam program bayi tabung, dokter akan memilih embrio yang baik untuk dipindahkan ke dalam rahim. Embrio yang dianggap tidak bagus akan dibuang atas persetujuan pasangan suami istri.

Tingkat keberhasilan bayi tabung lebih besar dibandingkan inseminasi, yakni 40 sampai 50 persen, dapat meningkatkan peluang hamil.

Tahapan bayi tabung

Ada beberapa tahap dalam proses bayi tabung, yaitu:

  1. Hiperstimulasi ovarium terkontrol untuk mendapatkan sel telur sebanyak mungkin
  2. Ovum Pick Up atau panen sel telur
  3. Preparasi sperma
  4. Intracytoplasmic Sperm Injection (ICSI) atau proses penyuntikan sperma untuk membuahi sel telur
  5. Inkubasi embrio selama 3-5 hari
  6. Transfer embrio atau memasukkan embrio ke dalam rahim (implantasi)

Sampai saat ini, kegagalan terbanyak program bayi tabung disebabkan karena kegagalan implantasi. Belum banyak pilihan atau teknologi yang bisa membantu proses menempelnya embrio ke rahim. Hal tersebut berbeda dengan proses pembentukan embrio yang angka keberhasilannya hampir 90 persen.

Indikasi bayi tabung

Indikasi bayi tabung dapat berasal dari faktor suami, istri, atau keduanya. Berikut beberapa indikasinya:

Faktor perempuan

  • Kerusakan saluran tuba
  • Unexplained infertility
  • Endometriosis derajat sedang dan berat
  • Gangguan di mulut Rahim
  • Antibodi antisperma

Faktor pria

  • Jumlah total sperma yang bergerak kurang dari 1 juta atau tidak ada sama sekali (azoospermia)
  • Jumlah total sperma yang bergerak lebih dari 1 juta dan kurang dari 10 juta
  • Lama Infertil lebih dari 2 tahun

Inseminasi buatan vs program bayi tabung

Berikut beberapa fakta terkait inseminasi dan program bayi tabung:

Program bayi tabung setelah inseminasi

Faktor suami istri yang sudah menikah cukup lama, dan berusia di atas 35 tahun juga bisa menjadi indikasi untuk melakukan inseminasi dan bayi tabung.
Biasanya, dokter akan menganjurkan pasangan untuk melakukan inseminasi sebanyak 1-2 kali. Bila tak berhasil maka dianjurkan untuk program bayi tabung.

Sementara itu, bila pasangan masih di bawah 35 tahun tapi tak kunjung memiliki anak, tindakan inseminasi dapat diulang sebanyak tiga kali. Jika tak berhasil, maka dianjurkan untuk menjalani program bayi tabung.

Lantas, adakah batas usia pasangan suami istri menjalani inseminasi dan bayi tabung?

Dari segi usia tidak ada batasan. Tetapi, dokter biasanya harus memberikan informed consent ke pasien tentang angka aneuploidi yang meningkat di atas usia 35 tahun. Aneuploidi adalah jumlah kromosom yang tidak normal yang berkaitan dengan cacat janin.

Setelah ada informed consent dari pasien yang bersangkutan, program hamil dengan inseminasi atau bayi tabung bisa dilanjutkan. Untuk memastikan aneuploidi, dokter kemungkinan besar akan menganjurkan pemeriksaan Preimplantation Genetic Screening (PGS).

PGS dilakukan untuk melihat apakah terdapat kromosom aneuploidi atau tidak. Bila ditemukan aneuploidi, embrio transfer tidak akan dilakukan. Selain masalah dinding rahim yang tidak baik, kegagalan bayi tabung juga bisa dikarenakan kualitas embrio yang tidak baik (aneuploidi).

Pemberian obat hormon pada inseminasi dan bayi tabung

Pemberian obat hormon untuk stimulasi sel telur dilakukan pada tahap inseminasi dan program bayi tabung. Bedanya, dosis obat yang diberikan saat inseminasi lebih rendah dibandingkan ketika bayi tabung.

Pada inseminasi, dosis obat rendah karena sel telur yang diharapkan keluar berjumlah maksimal empat. Penelitian menyatakan bahwa sel telur yang keluar lebih dari empat bisa menurunkan tingkat keberhasilan kehamilan.

Berbeda dengan inseminasi, dosis obat pada bayi tabung cenderung lebih tinggi. Sebab, pada proses ini sel telur diharapkan keluar sebanyak mungkin, atau sekitar 10 hingga 15 sel telur untuk dibuahi dengan sperma dan menjadi embrio.

Obat hormon pada inseminasi dan program bayi tabung sama-sama diberikan di hari ke-2 atau ke-3 awal siklus haid dalam bentuk oral, suntik, atau kombinasi keduanya.

Risiko inseminasi dan bayi tabung

Proses inseminasi dan bayi tabung tidak menimbulkan risiko apa pun bagi pasangan suami istri. Kehamilan yang didapat melalui kedua cara tersebut akan dianggap kehamilan biasa, begitu juga dengan risikonya.

Meski begitu, ada tiga risiko yang berkaitan secara langsung dan tidak langsung dengan inseminasi dan program bayi tabung, yakni:

1. Kelainan bawaan karena faktor usia

Risiko kelainan bawaan, misalnya, dapat meningkat pada kehamilan karena faktor usia, yakni hamil di atas 35 tahun. Risiko ini setidaknya meningkat sekitar 20 hingga 40 persen pada kehamilan perempuan di atas 35 tahun. Tak hanya pada kehamilan dari inseminasi atau bayi tabung, risiko juga bisa meningkat pada kehamilan alami.

2. Kanker ovarium karena penggunaan obat yang salah

Mengonsumsi obat penyubur (hormon) secara terus-menerus tanpa resep dokter bisa meningkatkan risiko kanker ovarium. Dokter biasanya memberikan obat hormon dengan dosis yang tepat dan diberikan jeda agar tidak memberikan efek jangka panjang.

3. Tubuh menjadi gemuk karena minum obat

Pemberian obat hormon bisa menimbulkan efek samping bloating atau terjadi retensi cairan dalam tubuh. Akibatnya, tubuh tampak gemuk.

Obat hormon juga dapat meningkatkan nafsu makan, yang secara tak langsung bisa menyebabkan berat badan bertambah.

Kemungkinan hamil kembar melalui inseminasi dan bayi tabung

Baik inseminasi atau bayi tabung, risiko kehamilan bayi kembar pasti meningkat. Kenapa? Saat inseminasi, ada dua hingga empat sel telur yang matang dan bila dibuahi semua oleh sperma, maka dapat terjadi kehamilan kembar.

Sementara pada bayi tabung, dokter akan memasukkan dua hingga tiga embrio ke dalam rahim perempuan. Jika semua embrio tumbuh, maka otomatis terjadi kehamilan kembar.

Persiapan sebelum inseminasi dan bayi tabung

Sebelum menjalani inseminasi dan program bayi tabung, pasangan suami istri perlu melakukan persiapan yang matang. Berikut beberapa persiapannya:

1. Persiapan mental

Kesiapan mental sangat penting sebelum suami istri memulai inseminasi atau bayi tabung. Jangan sampai mengikuti program ini dalam tekanan lingkungan (desakan orang tua) atau belum siap menjalani prosesnya (suntik setiap hari).

Gangguan kecemasan yang muncul karena belum siap secara mental bisa memengaruhi keberhasilan program, bahkan menimbulkan masalah baru seperti baby blues setelah melahirkan. Pastikan untuk mengikuti perawatan kesuburan ini karena motivasi, bukan tekanan.

2. Persiapan finansial

Persiapan finansial dapat mencakup biaya selama menjalani perawatan kesuburan. Usahakan suami dan istri tidak mengumpulkan biaya dari pinjaman, melainkan memang punya dana lebih.

Mendapatkan dana dari pinjaman bisa menjadi beban, sehingga memengaruhi kondisi mental. Belum lagi, program inseminasi atau bayi tabung bisa gagal, yang mungkin bisa memicu munculnya masalah finansial baru.

3. Persiapan fisik

Sebelum memulai inseminasi atau bayi tabung, suami istri juga perlu memastikan kondisi tubuhnya siap. Persiapan fisik yang dapat dilakukan seperti olahraga rutin dan konsumsi makanan bergizi untuk mendapatkan berat badan ideal.

Perlu diketahui, 50 persen kegagalan implantasi pada proses bayi tabung terjadi karena berat badan berlebih atau obesitas.

Setelah mengetahui perbedaan inseminasi dan bayi tabung, semoga bisa menjadi bahan pertimbangan untuk pasangan suami istri yang ingin memulai program hamil. Selain persiapan fisik, penting juga untuk mempersiapkan mental dan finansial agar tak menimbulkan masalah di kemudian hari.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(ank/rap)

Simak video di bawah ini, Bun:

Serba-serbi Bayi Tabung: Penyebab Kegagalan dan Efek bagi Pasien

TOPIK TERKAIT

ARTIKEL TERKAIT

TERPOPULER

5 Potret Romantis Amanda Rawles & Suami Pengusaha Bulan Madu di Labuan Bajo

Mom's Life Nadhifa Fitrina

Persahabatan Soimah & Ivan Gunawan, Belasan Tahun Simpan Sakit Hati hingga Rasa Bersalah

Mom's Life Nadhifa Fitrina

Sering Berkeringat di Malam Hari? Waspada Bisa jadi Gejala Kanker

Mom's Life Amira Salsabila

Ketahui Perbedaan Antara Air Mani dan Sperma, Mana yang Bisa Bikin Hamil?

Kehamilan Melly Febrida

Seperti Apa Makanan Padat Bayi? Kenali Pilihan Terbaiknya

Parenting Nadhifa Fitrina

REKOMENDASI
PRODUK

TERBARU DARI HAIBUNDA

19 Rekomendasi Film Bioskop Terbaru Agustus 2025 dari Indonesia hingga Hollywood

5 Potret Romantis Amanda Rawles & Suami Pengusaha Bulan Madu di Labuan Bajo

Seperti Apa Makanan Padat Bayi? Kenali Pilihan Terbaiknya

Sering Berkeringat di Malam Hari? Waspada Bisa jadi Gejala Kanker

5 Ide Aktivitas Motorik Anak Usia 4 Tahun Sebelum Belajar Menulis

FOTO

VIDEO

DETIK NETWORK