Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

kehamilan

Menjawab Mitos Tanda Kehamilan yang Sering Dipercaya, Simak Faktanya!

Annisa Karnesyia   |   HaiBunda

Selasa, 16 Jul 2024 09:07 WIB

Morning Sickness
Ilustrasi Tanda Hamil Morning Sicknesss/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Nitcharee Sukhontapirom
Daftar Isi
Jakarta -

Mitos tanda kehamilan masih banyak beredar di masyarakat. Beberapa orang bahkan menyakini mitos ini dapat memprediksi jenis kelamin anak, Bunda.

Perlu diketahui ya, tidak semua ibu hamil mengalami tanda kehamilan di trimester pertama. Ada beberapa ibu hamil yang bahkan menjalani kehamilan tanda keluhan berarti.

Memahami tanda-tanda kehamilan ini menjadi penting bagi Bunda untuk mencegah komplikasi. Selain itu, Bunda juga bisa membedakan mana yang mitos dan fakta.

Mitos tanda kehamilan

Berikut telah HaiBunda rangkum dari beberapa sumber, 5 mitos tanda kehamilan yang sering dipercaya beserta faktanya:

1. Morning sickness

Morning sickness di trimester pertama sering dikaitkan sebagai tanda kehamilan. Pernyataan tersebut adalah fakta ya, Bunda.

Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG), mual dan muntah saat hamil atau morning sickness merupakan kondisi yang umum terjadi. Keluhan ini biasanya tidak membahayakan janin, namun dapat memengaruhi hidup Bunda, termasuk kemampuan untuk bekerja atau melakukan aktivitas normal sehari-hari.

Morning sickness dapat terjadi sejak usia kehamilan 6 minggu dan umumnya akan hilang di usia 14 minggu.

Selain tanda hamil, morning sickness juga dikaitkan dengan jenis kelamin bayi. Beberapa orang percaya bahwa morning sickness yang cukup parah menandakan Bunda sedang hamil bayi perempuan.

"Pemikiran tersebut muncul karena ibu yang hamil anak perempuan dianggap memiliki kadar hormon yang tinggi, sehingga dapat memperburuk rasa mual. Sementara pada ibu hamil yang mengandung anak laki-laki akan mengalami sedikit rasa mual karena kadar hormonnya lebih rendah," ujar dokter spesialis kebidanan dan ginekologi Dr. Stacy Henigsman, dilansir Medical News Today.

Perlu diketahui ya, sampai saat ini hanya sedikit penelitian yang menjelaskan tentang teori morning sickness dan jenis kelamin anak. Misalnya pada penelitian yang diterbitkan di Archives of Gynecology and Obstetrics tahun 2020, dilaporkan bahwa tingkat mual dan muntah yang lebih tinggi terjadi di trimester pertama pada ibu yang hamil anak perempuan.

Penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk menguatkan anggapan tersebut, Bunda. "Saat ini, tidak ada penelitian yang cukup untuk sepenuhnya mendukung pernyataan tersebut," ujar Henigsman.

2. Ngidam makanan asin dan gurih

Ngidam di awal kehamilan juga merupakan tanda hamil yang dialami banyak Bunda. Hingga kini masih belum diketahui penyebab ngidam. Namun, kemungkinan besar karena perubahan hormon di awal kehamilan.

Selain tanda hamil, ngidam juga dikaitkan dengan jenis kelamin anak. Menurut kepercayaan, ibu hamil yang ngidam makanan asin dan gurih berarti sedang hamil anak laki-laki. Sebaliknya, ibu hamil diprediksi hamil anak perempuan bila ia suka makan manis seperti es krim dan cokelat.

Menurut Henigsman, itu semua hanya mitos. Sejauh ini, tidak ada studi yang menemukan hubungan signifikan antara ngidam makanan dengan jenis kelamin bayi.

Penelitian justru menemukan kaitan ngidam dengan kebutuhan nutrisi ibu hamil. Studi terbaru yang diterbitkan di BMJ Journal pada 500 ibu hamil menemukan bahwa 75 persen ibu hamil mengalami ngidam, dengan 40,6 persen mengalami kekurangan zat besi, dan 29,1 kekurangan vitamin D.

Ilustrasi Ibu HamilIlustrasi Ibu Hamil Makan Cokelat/ Foto: Getty Images/iStockphoto

3. Perubahan suasana hati

Tanda hamil yang satu ini mirip dengan tanda haid alias premenstual syndrome (PMS). Perubahan suasana hati memang tanda hamil yang mudah dikenali. Tetapi, tidak semua ibu hamil mengalami perubahan suasana hati di trimester awal, Bunda.

Perubahan suasana hati terjadi karena perubahan hormon, khususnya kadar estrogen yang meningkat di trimester pertama. Hormon ini dapat meningkat lebih dari 100 kali lipat selama 12 minggu pertama kehamilan.

"Estrogen dikaitkan dengan serotonin kimia otak, yang dikenal sebagai hormon 'bahagia'," ujar penasihat kesuburan, Rachel Gurevich, RN, dilansir Very Well Family.

"Interaksi estrogen dan serotonin belum banyak dipahami. Tapi, yang tampak jelas adalah bahwa perubahan estrogen menjadi penyebab ketidakseimbangan suasana hati. Selain itu, kecemasan dan keinginan untuk marah juga berhubungan dengan perubahan estrogen," sambungnya.

Selain perubahan hormon, perubahan suasana hati juga dapat dipicu oleh morning sickness dan kelelahan yang dialami di awal kehamilan. Ketidaknyamanan selama hamil bisa menyebabkan tekanan emosional, sehingga memengaruhi mood.

4. Perubahan kulit dan rambut

Perubahan hormonal dapat menyebabkan rambut rontok dan kulit berubah saat hamil muda. Kondisi tersebut memang bisa menjadi tanda kehamilan, Bunda.

Nah, yang perlu digarisbawahi adalah anggapan bahwa perubahan kulit dan rambut ini tidak dapat dikaitkan dengan prediksi jenis kelamin anak. Ada anggapan mengatakan bahwa hamil anak perempuan bisa menyebabkan kulit Bunda berjerawat, kusam, dan rambut lepek. Sementara saat hamil anak laki-laki, Bunda bisa terlihat glowing.

Hal tersebut adalah mitos. Seperti dijelaskan sebelumnya, perubahan hormon menjadi penyebab utama kulit dan rambut berubah saat hamil.

"Secara realistis, perubahan hormonal yang luas yang terjadi selama kehamilan memengaruhi kulit dan rambut pada kebanyakan perempuan, apapun jenis kelamin anak yang di dalam kandungan," ungkap Henigsman.

"Hingga 90 persen ibu hamil mengalami hiperpigmentasi, sementara 70 persen mengalami melasma, yaitu bercak pigmentasi pada kulit, biasanya terjadi di wajah."

5. Mudah merasa lelah

Kebanyakan ibu hamil akan merasa lelah di trimester awal dan akhir kehamilan. Keluhan tersebut wajar dan dapat menjadi tanda kehamilan.

Di trimester pertama, tubuh Bunda bekerja secara aktif menyesuaikan diri, baik secara fisik dan emosional. Hal tersebut bisa memicu kelelahan, ditambah dengan peningkatan hormon progesteron yang membuat Bunda mudah mengantuk.

Kelelahan di awal kehamilan sering kali juga dikaitkan dengan jenis kelamin janin. Beberapa orang percaya bahwa ibu hamil akan merasa lebih lelah saat ia mengandung bayi laki-laki. Sebaliknya, mereka yang hamil anak perempuan akan terlihat lebih aktif dan bersemangat.

Sayangnya, pernyataan tersebut hanya mitos belaka. Sampai saat ini, belum ada penelitian yang mendukung klaim tersebut. Jenis kelamin anak hanya bisa diketahui melalui pemeriksaan medis, seperti USG. Itu pun tidak 100 persen akurat mendeteksi jenis kelamin.

Demikian beberapa mitos tanda kehamilan yang masih dipercaya oleh sebagian orang dan faktanya. Semoga informasi ini bermanfaat ya, Bunda!

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(ank/ank)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda